Dokter di Sekayu Alami Kekerasan
'BIAR JERA' Menkes Turunkan Tim ke Muba Bantu Proses Hukum Kasus Kekerasan Dokter Syahpri
Melalui akun media sosial resminya, Budi Gunadi menyatakan keprihatinannya atas insiden yang menimpa dr. Syahpri, Sp.PD K-GH
Penulis: Yandi Triansyah | Editor: Yandi Triansyah
Bagi Ismet, semua bermula dari harapan akan pelayanan terbaik. Ia mendaftarkan ibunya, sebagai pasien umum atau VIP di RSUD Sekayu pada hari Jumat, dengan harapan penanganan yang cepat dan maksimal untuk penyakit diabetes komplikasi yang diderita.
Namun, harapan itu perlahan pupus. Meskipun kondisi ibunya membaik demam turun dan gula darah stabil mereka harus menunggu selama empat hari, hingga Selasa, untuk bertemu dengan dokter spesialis penanggung jawab.
“Kami memilih pelayanan umum atau VIP karena ingin pelayanan maksimal. Kalau dokter tidak ada saat akhir pekan, apa bedanya dengan BPJS? Sedangkan VIP saja seperti ini,” keluh Ismet, Rabu (13/8/2025).
Kekecewaannya memuncak saat mengetahui hasil pemeriksaan dahak ibunya yang ia klaim sudah ada sejak Sabtu, namun baru ditindaklanjuti pada hari Selasa.
Saat ia mencoba meminta kejelasan, jawaban yang ia terima justru menyulut emosinya.
“Bagaimana saya bisa bersyukur melihat ibu saya terbaring sakit?” ungkap Ismet, menirukan saran yang ia terima.
“Saya tersulut emosi dan meminta dokter melepas masker untuk memastikan beliau benar dokter atau bukan,” akunya.
Baginya, pengalaman ini adalah potret nyata dari pelayanan yang harus dievaluasi oleh pihak rumah sakit.
Perspektif Dokter
Di sisi lain, dr. Syahpri Putra Wangsa memberikan gambaran situasi dari sudut pandang medis yang penuh risiko.
Ia menjelaskan bahwa saat hendak memasuki ruang perawatan, seorang perawat telah memberinya peringatan.
"Perawat yang bertugas memberi tahu bahwa keluarga pasien sedang marah-marah," ujarnya.
Mengenai penantian pasien, dr. Syahpri menjelaskan bahwa dokter jaga dan perawat adalah perpanjangan tangan dokter spesialis yang tidak mungkin berada di rumah sakit 24 jam sehari, terutama di akhir pekan.
Namun, alasan utama ia bersikeras memakai masker bukanlah karena arogansi, melainkan demi keamanan berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Kenapa saya memakai masker? Karena dari hasil rontgen dan radiologi ditemukan bercak pada paru-paru pasien yang diindikasikan TBC, salah satu penyakit yang sulit ditangani. Pemakaian masker itu SOP pemeriksaan indikasi penyakit TBC,” jelasnya.
| Kasus Kekerasan Dokter Syahpri di Muba Segera Disidangkan, Pelaku Gagal RJ karena Residivis |
|
|---|
| Dua Pelaku Penganiayaan dr Syahpri di Muba Resmi Ditahan, Kuasa Hukum Sebut Belum Ada Upaya Damai |
|
|---|
| Tampang Pelaku Penganiayaan Dokter Syahpri di RSUD Sekayu, Ismet Saputra Susul Adik Jadi Tersangka |
|
|---|
| IDI Muba Apresiasi Langkah Cepat Polres Muba dalam Kasus Kekerasan terhadap Dokter RSUD Sekayu |
|
|---|
| Usai Tersangka Ditangkap, RSUD Sekayu Serahkan Sepenuhnya Kasus Pengancaman Dokter Syahpri ke Polisi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.