Berita Palembang

Diskon Listrik dan Angkutan Udara Sumbang Deflasi di Sumsel

Inflasi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada Januari 2025 mengalami deflasi sebesar -0,36 persen

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Yandi Triansyah
Istimewa
DISKON LISTRIK - Salah satu warga yang sedang memasukkan nomor token listrik, menikmati diskon listrik Januari sebesar 50 persen. Akibatnya Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada Januari 2025 mengalami deflasi sebesar -0,36 Persen atau lebih tinggi dari nasional yang mengalami deflasi -0,76 persen. 

SRIPOKU.COM,PALEMBANG - Inflasi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada Januari 2025 mengalami deflasi sebesar -0,36 persen atau lebih tinggi dari nasional yang mengalami deflasi -0,76 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Mohammad Wahyu Yulianto, mengatakan bahwa kondisi deflasi di Januari ini dipengaruhi karena adanya diskon tarif listrik dan angkutan udara.

"Adanya diskon tarif listrik dan angkutan udara ini berpengaruh sangat signifikan, sehingga terjadi deflasi," kata Wahyu usai rilis BPS di Griya Agung, Senin (3/2/2025).

Menurut Wahyu, adanya diskon listrik sampai 50 persen sangat kuat menarik deflasi. Pada Januari, pemerintah memberikan intervensi administrator price seperti tarif listrik dan angkutan udara untuk menekan atau menjaga perkembangan inflasi di awal tahun, sehingga adanya komoditas yang naik dapat diimbangi.

"Silahkan memanfaatkan ini sehingga kita bisa punya stok pulsa listrik untuk beberapa bulan ke depan. Karena diskonnya hanya berlaku dua bulan. Manfaat diskon tarif listrik ini sebaik-baiknya," pesan Wahyu.

Masih kata Wahyu, di bulan Maret yang juga bulan Ramadan biasanya pengeluaran listrik akan lebih banyak. Tapi kalau sudah punya stok pulsa listrik, sehingga bisa relatif aman.

Menurutnya, ada beberapa peristiwa yang mempengaruhi terhadap kondisi perkembangan inflasi di Sumsel pada Januari 2025 baik yang mempengaruhi pada inflasi ataupun deflasi seperti penyesuaian harga BBM non subsidi, penyesuaian harga LPG 3 kg, harga beli gabah petani dan lain-lain.

Kemudian, cuaca ekstrem yang menyebabkan gagal panen, sehingga harga cabai naik, termasuk juga distribusi terganggu sehingga harga komoditas ini naik.

Selanjutnya, tarif cukai sembako, UMP naik 6,5 persen per 1 Januari 2025, dan upaya konsisten Pemerintah dalam pasar murah untuk menjaga stabilitas harga.

"Sedangkan komoditas penyumbang inflasi yaitu cabai merah dan cabai rawit hampir merata di setiap daerah," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved