Pilkada Sumsel 2024
Petinggi PAN Sumsel Tanggapi Trend Koalisi PAN - Gerindra di Pilkada Sumsel 2024
Ketua Bapilu PAN Sumsel Abdul Aziz Kamis tak menampik adanya arahan untuk keberlangsungan Koalisi Indonesia Maju bisa saja terjadi di Sumsel
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Abdul Hafiz
perubahan tersebut atau kami sebut resistensi pemilih," kata Fatkurohman.
Dia menjelaskan banyak contoh tokoh dengan kepuasan dan elektabilitas unggul bahkan tinggi namun anti klimaks di hasil pilkada. Sebut saja Pilgub DKI Jakarta 2017, Pilkada Sumsel 2008,
Pilgub Jambi 2022. Begitu juga di pilbup atau pilwako seperti Pilkada Ogan Ilir 2013 Pilkada Muaraenim 2018, Pilwako Pagaralam 2018, Pilbup Mura 2020.
"Itu sebagaian kecil contoh pilkada dimana tokoh dalam catatan lembaga Survei di berbagai media memiliki elektabilitas unggul bahkan tinggi namun anti klimaks (kalah) di hasil pilkada," ungkapnya.

Baca juga: Ratu Dewa-Rasyid Rajasa Diisukan Berpasangan Prima Salam, Pilwako Bersama Koalisi Indonesia Maju
Dia juga menambahkan contoh yang paling dekat yakni pilgub Sumsel 2013, jejak digital jelang tahapan pilkada tingkat elektabilitas terhadap petahana tinggi diatas 50 persen
namun terus menurun hingga di angka 37 an persen walaupun masih memenangkan kontestasi dengan alot termasuk melalui pemungutan suara ulang (PSU).
"Begitu juga di pilgub Jambi 2020 justru kalau kita melihat jejak digital, tokoh paling buncit hasil Survei saat tahapan pilkada justru yang unggul,"terang Bung FK sapaannya.
Artinya yang harus diperhatikan itu bukan semata elektabilitas bagaimana pergerakan dan perubahan persepsi pemilih dari waktu ke waktu sampai jelang pemungutan suara atau kita sebut resistensi pemilih.
Menurut mantan Sekjen IKA Fisip Unsri ini, resistensi pemilih ini banyak faktor mulai dari faktor kedaerahan, suku agama termasuk politik uang. Kemudian instrumen lain yang penting juga bagaimana kandidat mampu mengkonsolidasikan pemilih hingga level bawah dan menguasai oponi publik.
"Kecenderungan di pilgub Sumsel, jika ada 4 tokoh atau calon yang mampu menarik 4 basis besar kedaerahan yakni Komering, Ogan, Musi dan Besemah angka elektabilitas tertinggi diantara 37 - 40 persen. Sementara pemilih Jawa akan cenderung mengikuti tren dinamika basis wilayah masing-masing," ujarnya.
Dia juga mengatakan pilkada masih ada sisa waktu 5 bulan, pergerakan pemilih saya pikir masih dinamis dan kecenderungan akan melihat siapa dulu calon yang akan maju secara definitif terutama di wilayah yang bukan menjadi basis utama petahana saat ini.
"Memang biasa jika belum ada kepastian tokoh yang maju, hasil survei petahana akan dominan. Namun jika sudah ada lawan pasti baru dapat dilihat bagaimana pergeseran pemilih.
Namun Elektabilitas tinggi bagi petahana itu sangat menguntungkan tinggal bagaimana menjaga resistensi pemilih tersebut," katanya.
Pelantikan 17 Kepala Daerah se-Sumsel Digelar 20 Februari 2025, Empat Lawang Lanjut di MK |
![]() |
---|
8 Kepala Daerah di Sumsel Segera Dilantik Usai MK Menolak Gugatan PHPU, Ada Ratu Dewa-Prima Salam |
![]() |
---|
Dari 11 Perkara PHPU di Sumsel, Hanya 1 yang Lanjut ke Pembuktian di MK |
![]() |
---|
Pelantikan Gubernur Sumsel 20 Februari 2025, Groundbreaking Tanjung Carat Masuk 100 Hari Kerja HDCU |
![]() |
---|
Gugatan Pilkada Sumsel Dinilai Sulit Dikabulkan MK, Pengamat Ungkap 3 Faktor Kunci Menentukan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.