Deretan Kerabat Mantan Kepala Daerah di Sumsel Berpeluang Duduk di Legislatif, Ini Kata Pengamat
Sejumlah keluarga atau kerabat mantan kepala daerah atau wakil kepala daerah di Sumsel berlomba- lomba menjadi anggota legislatif pada Pemilu 2024.
Penulis: Arief Basuki | Editor: adi kurniawan
Pengamat politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Prof Dr Febrian menilai banyaknya kerabat dari pejabat atau mantan pejabat di Sumsel tersebut sangat besar peluang jadi, mengingat mereka biasanya punya kedudukan dengan menguasai medan dan berbagai modus, mengingat hal. Ini bukan hal baru tapi sekarang kentara.
"Seperti DPD itu anak kemarin sore, kualitas tidak ada dan duduk. Jadi memprihatinkan sekali, beda dengan sebelumnya dulu," ucap Febrian
Diterangkan Febrian terjadinya hal ini, karena demokrasi saat ini 'terpasung', siapa yang punya link, jabatan , uang, maka dia yang jadi.
"Harapan apa yang kita harapkan ke mereka, kalau berharap output keterwakilan DPD kecil harapannya.
Selama ini juga diperhatikan awal DPD ada diduduki mantan Bupati dan sebagainya dengan kualifikasi cukup baik, mantan ketua PGRI, termasuk alm Percha Leanpuri cukup baik. Tapi kalau ini baru tamat juga langsung maju, sehingga harus lihat lagi, " terangnya.
Ditambahkan Dekan Fakultas Hukum Unsri ini, mereka yang punya kuasa menempati kerabatnya ini, idealnya lebih pada prestisius (status) dan bisa juga dianggap pekerjaan atau barometer kepentingan lain.
"Misalnya jangka panjangnya seperti apa untuk langkah politik. Jadi menyedihkan untuk mereka yang duduk di kursi DPD RI nanti, " tandasnya
Belum lagi untuk tingkat legislatif DPR RI, DPRD provinsi maupun Kabupaten kota dilihatnya masih banyak mereka maju karena kerabat penjabat atau mantan pejabat, sehingga saat duduk nanti tidak berkualitas dan tidak bisa melihat idealisme partai, dengan menggontong atau mengusung orang-orang seperti itu.
"Pastinya ini yang mengusung itu salah, makanya jangan pilih sebenarnya, dan pasti jadi PR parpol dan figur pimpinan itu, pak HD sudah clear orangnya dimana termasuk Mawardi Yahya, belum lagi mantan Bupati dan Wabup serta Walikota yang banyak kerabatnya yang belum ada kualitas," tuturnya.
Ditambahkan Febrian, masyarakat tetap memilih mereka dinilai karena cenderung apatis dan motif bukan karena di kualitas caleg, tapi lebih pada kedekatan mengetahui ada hubungan, dan sistem pemilu yang tidak gampang dengan banyak calon yang bertarung, kecuali yang sudah melekat karena uang dan sebagainya.
"Pastinya, pendidikan masyarakat masih minim dan belum dewasa juga, " pungkasnya.
Dapil I pemenang Golkar lalu PAN masuk di nomor sekian, PDIP, Gerindra, PKB juga lumayan mengalami perubahan di DPR dan quick count tidak bisa dia kisi nunggu real count karena PKB bisa naik masuk 5 besar, NasDem hingga PKS.
Simak berita Sripoku.com lainnya di Google News
Yuk gabung di Grup Whatsapp resmi Sriwijaya Post buat dapat update info seputar Sumatera Selatan dan Palembang lebih cepat ! (Klik di sini)
Tanggapi Masalah Angkutan Mahasiswa, Rektor Unsri: Sesuai UU, Itu Tanggung Jawab Pemerintah |
![]() |
---|
Penyakit Diabetes Intai Anak-anak di Lubuklinggau, IDAI Sumsel Beberkan Penyebab dan Pencegahannya |
![]() |
---|
Opini : Hari Anak Tengah Nasional |
![]() |
---|
Makin Panas! Ridwan Kamil Tolak Opsi Damai, Pilih Lanjutkan Perkara dengan Lisa Mariana |
![]() |
---|
Daftar Wamen Rangkap Jabatan yang Akan Terdampak Langsung Putusan MK Nama Eddy Hiariej Mencuat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.