Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Al-Quds dan Tali Ruhani Umat Islam Dunia
Karena itu, kesusahan dan bencana yang dialami kaum muslim di Palestina adalah kesusahan seluruh umat Islam dunia.
Oleh: Abdurrahmansyah
(Guru Besar pada Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang)
SRIPOKU.COM -- Prolog
Al-Quds atau Masjid al-Aqsha (Bait al-Maqdis) di Palestina adalah situs suci sekaligus menjadi kiblat arah shalat pertama umat Islam selama 17 bulan sebelum dialihkan ke Masjidil Haram di Mekkah atas perintah Allah SWT. Posisi al-Aqsha saat ini berada di kompleks Haram al-Sharif di Kota Tua Yerusalem.
Merujuk karya Tafsir Ibnu Katsir, ath-Thabari, dan al-Qurthubi menyebutkan bahwa al-Aqsha untuk pertama kali dibangun oleh malaikat atas perintah Allah Jalla Jallaluhu. Sebagian ulama menyebutkan bahwa al-Aqsha dibangun pertama kali oleh Nabi Adam AS dan dilanjutkan kembali oleh Nabi Ibrahim AS. Setelah itu, pada masa Nabi Sulaiman AS situs al-Aqsha direnovasi dengan sangat besar, kuat, dan indah, namun runtuh setelah 370 tahun kemudian karena diserbu dan dihancurkan oleh bangsa Babilonia.
Masjid al-Aqsha selanjutnya pernah direnovasi oleh Khalifah Umar ibn Khattab RA. Bangunan al-Aqsha terus menerus mengalami banyak renovasi dan perluasan terutama di masa Dinasti Umayyah, Abbadiyah, dan di masa khalifah Utsmaniyyah Turki.
Setelah keruntuhan kekhalifahan Utsmani di Turki, pada tahun 1948 dengan diproklamasikannya berdirinya negara Israel, konflik dan intimidasi di sekitar kompleks masjid al-Aqsha semakin massif dan tidak pernah berhenti sampai hari ini. Posisi kaum muslim Palestina selalu di bawah kontrol pemerintahan Israel termasuk dalam hal security di dalam kompleks Haram al-Sharif di Yerusalem. Negara-negara Arab di sekitar Palestina khususnya dan negara-negara muslim di dunia sama sekali tidak berdaya membebaskan al-Aqsha dari kontrol dan kendali Israel. Lobi-lobi internasional Yahudi sangat kuat memengaruhi negara-negara adikuasa Barat (Uni Eropa) untuk tidak melepaskan al-Aqsha ke tangan umat Islam Palestina secara defacto dan kepada kaum muslim dunia secara hakikat.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Al-Quds sebagai Simbol Tali Ruhani Umat Islam Dunia
Masjid al-Aqsha adalah satu-satunya masjid yang saat ini berada di luar Negara Saudi Arabia yang disebut Rasulullah Muhammad SAW sebagai masjid yang memiliki nilai pahala ibadah yang tinggi yaitu satu kali sholat di al-Aqsha sama nilai pahalanya dengan 500 kali sholat di masjid lain. Sementara sekali sholat di Masjid al-Haram di Mekkah setara dengan 100.000 kali di masjid lain dan sekali sholat di Masjid an-Nabawi di Madinah setara dengan 1000 kali sholat pada masjid lain di muka bumi.
Secara normatif, setidaknya terdapat empat fakta doktriner mengenai posisi al-Aqsha (Bait al-Maqdis). Pertama, al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi (HR. Bukhari & Muslim). Kedua, ganjaran pahala sholat di masjid al-Aqsha lebih besar dibanding sholat di masjid lain (HR. Bazar, Ibnu Khuzaimah, & Thabrani dari Jabir bin Abdullah). Ketiga, al-Aqsha termasuk dari tiga masjid yang paling utama di muka bumi (HR. Bukhari & Muslim). Keempat, diampuni segala dosa bagi seseorang yang sholat di Masjid al-Aqsha (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Ibn Majah). Fakta lain terkait dengan masjid al-Aqsha adalah posisi Bait al-Maqdis (Dome of the rock) sebagai tempat take off ketika Rasulullah SAW melakukan perjalanan yang Isra’ dan Mi’raj yang diberkati menuju ke Sidrat al-Muntaha (QS. al-Isra: 1).
Di kalangan para spiritualist atau penganut sufisme, posisi al-Aqsha sangat penting sebagai pijakan menuju ke hadirat Tuhan. Secara historis, posisi al-Aqsha di Yerusalem yang dulu kala menjadi tanah kelahiran dan distrik dakwah para Nabi, khususnya kepada Bani Isra’il agar memahami ajaran Tuhan yang hakiki. Secara generik, kata “Bani Isra’il” merujuk pada kosa kata Ibrani yakni “esra eli” yang bermakna “Berjalan menuju Tuhan” atau “Hamba yang diperjalankan Tuhan”. Konotasi kata tersebut sangat positif karena mengisyaratkan ketundukan pada Tuhan. Semua Para Nabi dan Rasul diutus allah SWT untuk mengajarkan konsep ketundukan pada Tuhan dan keyakinan tauhid, yakni meng-Esa-kan Tuhan dan tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu apapun selain DIA. Hakikat ajaran tauhid menjadi konsep sentral dan sangat penting bagi penganut ajaran sufistik atau tasawuf.

Pernyataan populer di kalangan penganut tasawuf bahwa shalat adalah kondisi mi’raj kaum beriman (ash-shalat al-mi’raj al-mukminin) dapat dimaknai dengan sangat dekat dengan peristiwa mi’raj Nabi Muhammad SAW dari masjid al-Aqsha di Yerusalem menuju lintas batas petala langit di upuk jauh. Di sisi lain, ibadah shalat bagi umat Islam dipandang sebagai ibadah primer dari rangkaian ibadah lainnya. Bahkan tapal batas antara predikat muslim dan kafir terletak pada ibadah shalat. Hadits yang menyebutkan bahwa: “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari Buraidah al-Aslami).
Secara khusus, perintah ibadah shalat dengan semua rangkaian gerakan dan bacaannya diterima Rasulullah Muhammad SAW melalui pengalaman Isra’ dan Mi’raj. Dengan demikian, terdapat hubungan zahir dan batin antara al-Aqsha dan ibadah shalat. Dengan demikian, al-Aqsha merupakan tali sejarah spiritual dan sekaligus tali ruhani qalbiyah kaum muslim seluruh dunia.
Bagi kaum sufi, aktivitas shalat bukan sekedar gerakan fisik dan rangkaian bacaan semata tanpa makna, namun lebih dalam dari itu adalah kondisi menghubungkan ruhani kepada Sang Pemilik Ruh. Bahkan kondisi keterhubungan ruhani seorang muslim dengan Allah SWT justru harus diupayakan berlangsung secara terus menerus (dai’man abadan). Kaum sufi senantiasa berlatih dan mengkondisikan hati dan pikirannya untuk senantiasa terhubung (connected) dengan Allah SWT, dalam berbagai kondisi, yakni ketika berdiri, duduk, dan berbaring (Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. (QS. Ali Imran: 190-191). Dalam setiap tarikan nafas kaum sufi selalu menyebut nama Allah tiada henti sebagai ibadah zikir (mengingat) kepada Allah SWT.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Seorang ulama Syeikh Khalid al-Jundi dengan tegas mengungkapkan bahwa al-Aqsha adalah pintu langit, kiblat para nabi, destinasi dan tujuan orang-orang shaleh, serta tempat yang penuh kebaikan dan keberkahan. Dengan demikian, isu mengenai Palestina dan masjid al-Aqsha sama sekali tidak bisa dipisahkan dari konteks kesejarahan, keberislaman, dan keberimanan umat Islam di manapun berada. Sebagai kiblat fisik pertama dan kiblat ruhani, al-Aqsha benar-benar menjadi tali hubung (wasilah) setiap qalbu kaum muslim di seluruh dunia menuju kesadaran tauhid yang murni.
Karena itu, kesusahan dan bencana yang dialami kaum muslim di Palestina adalah kesusahan seluruh umat Islam dunia. Bukti iman yang kuat harus ditunjukkan dengan membantu secara fisik, jika tidak maka cukuplah dengan komentar dan pernyataan yang mengutuk setiap perilaku zhalim kaum Zionist Israel di Gaza. Dan jika tidak mampu berkomentar, maka sudah dianggap beriman jika mendoakan di dalam hati untuk keselamatan dan kebebasan al-Aqsha dan bangsa Palestina dari kolonialisme Zionist.
Konflik di Gaza Palestina yang sekarang berlangsung merupakan konflik terburuk sejak tahun 1948, dimana upaya pengusiran bangsa Arab Palestina terjadi secara massif. Secara politik konflik ini tidak akan pernah selesai sampai tujuan Israel untuk membangun Salomon Temple (Kuil Sulaiman) di atas puing-puing Masjid al-Aqsha berhasil. Namun jika tingkat iman umat Islam dunia berada pada titik aksi kekuasaan (power) tidak menutup kemungkinan al-Aqsha akan kembali ke tangan umat Islam, seiring dengan tegak beridirinya Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat. Semoga negara-negara Arab muslim dan umat muslim di seluruh dunia tidak berada pada posisi selemah-lemah iman. Semoga !!!! Wallahu a’lam bi-al-Shawwab. (*)
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.