Opini: Netanyahu Perlihatkan Peta Baru Timur Tengah tanpa Palestina

Nasib bangsa Palestina betul-betul malang, karena dengan peta baru, Israel sudah mencaplok 30-40 persen wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur

Editor: Bejoroy
Capture SripokuTV
Dasman Djamaluddin SH MHum (Mantan Wartawan Sriwijaya Post, Penulis Biografi dan Sejarawan) 

Oleh: Dasman Djamaluddin, SH MHum
(Mantan Wartawan Sriwijaya Post, Penulis Biografi dan Sejarawan)

SRIPOKU.COM -- SEMUA masyarakat internasional pasti kaget tidak percaya ketika menyaksikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memaparkan peta baru yang menghapus Palestina dalam pidatonya di sesi ke-78 Majelis Umum PBB (UNGA) pada Jumat, 22 September 2023.

Peta baru itu menunjukkan “Timur Tengah baru” di mana Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki tampak menjadi bagian dari Israel.

Bukti di lapangan menunjukkan, Israel memang tidak mengontrol Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, atau Jalur Gaza setelah terjadinya kekerasan pada 1948 di 80 persen wilayah bersejarah Palestina. Mereka secara ilegal menduduki wilayah tersebut pada 1967, dan terus melakukan hal yang dikenal sebagai pendudukan terpanjang dalam sejarah modern.

Dimasukkannya tanah Palestina (dan kadang-kadang tanah milik Suriah dan Libanon) dalam peta Israel adalah hal biasa di kalangan penganut konsep Eretz Yisrael – Israel Raya – yang merupakan bagian penting dari Zionisme ultra-nasionalis yang mengklaim semua tanah ini milik negara Zionis.

Awal tahun ini, Menteri Keuangan Netanyahu, Bezalel Smotrich, pun berbicara dari podium yang dihiasi peta yang juga mencakup Palestina, Libanon, dan Suriah sebagai bagian dari “Israel” Raya. Dalam kesempatan yang sama, ia mengatakan “tidak ada yang namanya orang Palestina”.

Penggunaan peta semacam itu oleh para pejabat Israel terjadi pada saat pemerintahan ultra-nasionalis Netanyahu telah mengambil langkah-langkah yang menurut para ahli merupakan “aneksasi de jure ” terhadap Tepi Barat yang diduduki. De jure adalah istilah hukum yang menggambarkan suatu praktik sebagaimana diakui dalam hukum.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Selama presentasi peta pada Jumat, 22 September 2023, Netanyahu dengan antusias mempromosikan pembentukan kembali kawasan berdasarkan pembentukan hubungan dengan negara-negara Arab, khususnya Arab Saudi.

“Tidak diragukan lagi: Kesepakatan Abraham menandai dimulainya era baru perdamaian,” klaimnya. “Saya yakin kita sedang berada di titik puncak terobosan yang lebih dramatis: perdamaian bersejarah antara Israel dan Arab Saudi.”

Pernyataannya muncul di tengah pembicaraan yang disponsori AS antara Israel dan Arab Saudi untuk menjalin hubungan formal.

Pekan ini, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menyatakan bahwa mereka semakin dekat dengan perjanjian semacam itu “setiap hari”.

Saat wawancara dengan Fox News, putra mahkota mengatakan “masalah Palestina sangat penting” dalam pembicaraan tersebut, namun tidak menjelaskan lebih lanjut.

Ketika ditanya konsesi apa yang ia harapkan akan diberikan Israel kepada Palestina, ia mengatakan bahwa hal itu adalah “bagian dari negosiasi”.

Netanyahu menekankan pada Jumat, 22 September 2023, bahwa “kita tidak boleh memberikan hak veto kepada Palestina atas perjanjian perdamaian baru dengan negara-negara Arab”.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved