Opini: Ekonomi Sumsel Tumbuh 5,24 persen, Sudah On The Track kah?

Tuhan menganugerahkan Bumi Sriwijaya ini dengan kekayaan sumber daya alam dan mineral yang melimpah.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Choirul Okviyanto, SST., ME., MPP (Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Sumatera Selatan) 

Meningkatkan Nilai Tambah Produk
Richard Baldwin (The Great Convergence: Information Technology and The New Globalization, 2016) memperkenalkan sebuah gagasan smile curve yang digunakan untuk mengilustrasikan perubahan nilai tambah suatu produk yang dihasilkan di era globalisasi. Diagram senyum yang mirip huruf U tersebut membagi share of value added suatu produk menjadi tiga fase yaitu kegiatan pra-fabrikasi seperti ide, design, keuangan, dan layanan organisasi; kegiatan fabrikasi meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan di pabrik; kegiatan pasca-fabrikasi yang terdiri dari pemasaran, layanan purna jual, dan sejenisnya. Dari ketiga fase tersebut, kegiatan fabrikasi memiliki nilai tambah paling kecil dibandingkan dengan dua fase lainnya atau berada pada posisi paling bawah dari smile curve sedangkan kegiatan pra dan pasca-fabrikasi berada pada dua sisi yang lain.

Baldwin mencontohkan bagaimana perusahaan Apple menjalankan proses bisnisnya dengan memanfaatkan value added chain secara sempurna. Sebagian besar produk Apple di design di California dan Apple menangani pemasaran, distribusi, layanan purna jual, serta berbagai layanan melalui App Store, seperti iTunes, iCloud, dan sejenisnya. Di sisi lain, fase fabrikasi produk Apple banyak dilakukan di China serta diorganisir oleh perusahaan yang sama sekali berbeda yaitu Foxconn.

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, Thailand, Vietnam bahkan China, keberadaan pabrik-pabrik industri akan memberikan keuntungan besar bagi negaranya. Membuka lapangan pekerjaan bagi para usia produktif, peningkatan pertumbuhan ekonomi, hingga merangsang munculnya usaha baru didaerah sekitar pabrik. Namun demikian, berdasarkan smile curve di atas, nilai tambah yang lebih besar dari suatu produk akan berada dimana ide, design, pemasaran, dan jasa-jasa lainnya dikembangkan yaitu di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (untuk kasus Apple). Hal ini juga yang disinyalir menjadi penyebab dari betahnya Indonesia berada pada level negara berkembang dan tidak segera beranjak menuju kelompok negara dengan status advanced economies.

Dalam konteks kedaerahan, agak-agaknya Provinsi Sumsel belum dapat berbicara banyak perihal industrialisasi. Warisan pembangunan ekonomi yang Jawa Sentris dimasa lalu, menyisakan ketertinggalan wilayah lain selain Jawa dalam menghadirkan produk dengan nilai tambah tinggi. Alih-alih bercerita tentang fabrikasi, komoditas primer (barang mentah dan setengah jadi) dari pertambangan dan pertanian masih menjadi penopang utama perekonomian di Sumsel. Batu bara, CPO, pulp, karet, dan kopi merupakan contoh komoditas unggulan yang masih minim akan sentuhan industri serta teknologi. Sehingga, komoditas tersebut belum dapat menghadirkan kemaslahatan yang lebih luas bagi masyarakat Sumsel akibat dari belum maksimalnya nilai tambah yang dihasilkan.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Nampaknya, kehadiran akan sumber daya manusia unggul melalui pendidikan dan keterampilan yang mumpuni serta dibuka selebar-lebarnya kesempatan melakukan riset maupun penelitian, menjadi salah satu alternatif solusi dari permasalahan di atas. SDM yang cakap, akan mampu meningkatkan absortive capacity dalam menyerap seluruh pengetahuan baru dan transfer teknologi dari negara maju untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar global. Di tahun 80an, sering terdengar akronim "ATM" yang selalu disematkan ke negara Jepang, amati, tiru, dan modifikasi. Hal serupa juga dilakukan Tiongkok di awal abad ke 21 ini, menciptakan banyak produk yang pada awalnya dipandang sebelah mata oleh bangsa lain, namun akhirnya mampu berdiri sejajar dengan produk-produk yang sudah mapan.

Tuhan menganugerahkan Bumi Sriwijaya ini dengan kekayaan sumber daya alam dan mineral yang melimpah. Ditambah dengan SDM unggul, seharusnya mampu menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Kekayaan alam dan SDM berkualitas merupakan kombinasi tepat dalam menghasilkan produk yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi. Sehingga pada ujungnya akan melejitkan pertumbuhan ekonomi, menghadirkan kemakmuran bagi segenap masyarakat, serta membawa daerah ini terus melaju untuk Sumsel maju. Bukan hanya sekedar mengeruk kekayaan alam yang telah Tuhan titipkan di daerah yang kita cintai ini dan hanya memperkaya segelintir orang saja.

"Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak, dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi"
-Moh.Hatta- (*)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved