Opini: Ekonomi Sumsel Tumbuh 5,24 persen, Sudah On The Track kah?
Tuhan menganugerahkan Bumi Sriwijaya ini dengan kekayaan sumber daya alam dan mineral yang melimpah.
Oleh: Choirul Okviyanto, SST., ME., MPP.
(Statistisi Ahli Muda Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan)
SRIPOKU.COM -- "Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat", begitu pesan dari Bapak Proklamator bangsa ini, Moh. Hatta, dan salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu bangsa ialah pertumbuhan ekonomi.
Kondisi Perekonomian Terkini
Pada tanggal 7 Agustus 2023 kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) kembali melakukan rilis kondisi perkembangan ekonomi yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu April sd Juni (triwulan II) tahun 2023. Hasilnya, performa ekonomi Indonesia sepanjang periode kuartal kedua (Q2) tumbuh solid sebesar 5,17 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya atau meningkat 3,86 persen terhadap kondisi ekonomi di bulan Januari sd Maret (Q1) tahun 2023. Dengan total nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh unit usaha di seluruh wilayah Indonesia pada kuartal kedua sebesar Rp.5.226,7 triliun.
Sebelumnya, beberapa pengamat ekonomi meramalkan bahwa kondisi ekonomi di negeri ini akan sedikit mengalami perlambatan. Bahkan IMF memprediksi ekonomi dibeberapa negara berkembang termasuk Indonesia hanya akan tumbuh pada kisaran angka 4 persen saja. Hal tersebut ditengarai oleh ketidakstabilan pasar keuangan dunia serta turunnya harga beberapa komoditas ekspor unggulan seperti batubara, minyak kelapa sawit, dan biji besi di pasar global.
Namun demikian, BPS berargumen bahwa tradisi ritual perayaan Idul Fitri dan Idul Adha serta libur sekolah yang jatuh pada awal dan akhir kuartal kedua tahun ini, mampu mendongkrak kinerja ekonomi Indonesia melalui pengeluaran rumah tangga yang meningkat 5,23 persen dibandingkan tahun 2022 dan berkontribusi 53,31 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih lanjut, pengeluaran rumah tangga juga sanggup memberikan sumbangsih terbesar pertumbuhan ekonomi sejumlah 2,77 persen dari 5,17 persen pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun ini.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Pada level regional, geliat perekonomian di wilayah Provinsi Sumatera Selatan juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. BPS Provinsi Sumatera Selatan mencatat bahwa nilai seluruh produksi barang dan jasa di Sumsel pada triwulan II tahun 2023 sebesar Rp.158,88 triliun atau tumbuh sebesar 5,24 persen dibandingkan dengan perkembangan ekonomi di kuartal kedua tahun sebelumnya. Bahkan secara q-to-q, perekonomian sumsel mampu kembali perkasa dan tumbuh melejit 4,57 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya di tahun 2023. Padahal pada dua kuartal terakhir yaitu kuartal pertama tahun 2023 dan kuartal keempat tahun 2022, perekonomian sumsel terpuruk dan mengalami kontraksi masing-masing sebesar -0,11 persen dan -1,74 persen.
Sama halnya di level nasional, pengeluaran rumah tangga masih menjadi lokomotif utama pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan. BPS Sumatera Selatan merekam bahwa 59,98 persen ekonomi Sumsel ditopang oleh pengeluaran rumah tangga atau 3,11 persen dari 5,24 persen pertumbuhan ekonomi di triwulan II merupakan kontribusi dari konsumsi rumah tangga. Bulan suci Ramadhan, hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan libur sekolah yang jatuh pada periode kuartal kedua tahun ini, diduga menjadi pemicu meningkatnya konsumsi rumah tangga sebesar 5,27 persen dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Sedangkan dari sisi produksi, kekayaan Bumi Sriwijaya yang subur dan mengandung begitu banyak sumber daya mineral di dalamnya, masih menjadi penggerak utama roda perekonomian di daerah ini. Sebesar 27,12 persen, sektor pertambangan telah memberikan sumbangsihnya terhadap total PDRB Sumsel selama kuartal kedua tahun ini. Meskipun terjadi penurunan produktifitas batubara dibandingkan kuartal pertama yang kemungkinan disebabkan oleh turunnya harga batubara dipasar global, sektor pertambangan tetap perkasa dengan tumbuh 10,36 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada kuartal yang sama.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Visi Indonesia Emas
Pertanyaannya sekarang adalah apakah kinerja ekonomi Sumsel sudah selaras dengan target nasional yang tertuang dalam Visi Indonesia Emas 2045?
Di dalam dokumen Visi Indonesia Emas 2045, tertuang target pembangunan ekonomi yang manyatakan bahwa pada tahun 2036 Indonesia akan mentas dari negara berkembang dan naik level ke kelompok negara-negara maju dengan pendapatan setiap penduduk lebih dari 12.535 USD. Lebih rinci, Bappenas menyusun skenario target pertumbuhan ekonomi 5 tahunan dimana pada tahun 2025 PDB perkapita mencapai 6.305 USD, 2030 mencapai 8.804 USD perkapita, 2035 sebesar 12.233 USD perkapita dan pada periode 100 tahun kemerdekaan RI di tahun 2045 menjadi salah satu negara perekonomian terbesar di dunia dengan PDB perkapita sebesar 23.199 USD.
Sementara itu, sepanjang tahun 2022, total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp. 343,48 triliun. Yang berarti bahwa dengan penduduk Sumsel sebanyak 8.647.262 jiwa pada tahun 2022, income per kapita penduduk Sumsel hanya sekitar 2.676,36 USD saja. Sehingga, untuk menjadi bagian dari Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2036 dengan pendapatan perkapita lebih dari 12.535 USD, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi Sumsel sekitar 11 persen setiap tahunnya.
Dari sini terlihat jelas bahwa ekonomi Sumsel yang tumbuh dengan rata-rata 5 persen setiap tahunnya belum sejalan dengan target capaian pembangunan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Pun demikian halnya pada level nasional, Indonesia harus menggenjot kinerja ekonominya hingga mencapai pertumbuhan rata-rata 7 persenan agar mampu keluar dari middle income trap pada tahun 2036.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Meningkatkan Nilai Tambah Produk
Richard Baldwin (The Great Convergence: Information Technology and The New Globalization, 2016) memperkenalkan sebuah gagasan smile curve yang digunakan untuk mengilustrasikan perubahan nilai tambah suatu produk yang dihasilkan di era globalisasi. Diagram senyum yang mirip huruf U tersebut membagi share of value added suatu produk menjadi tiga fase yaitu kegiatan pra-fabrikasi seperti ide, design, keuangan, dan layanan organisasi; kegiatan fabrikasi meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan di pabrik; kegiatan pasca-fabrikasi yang terdiri dari pemasaran, layanan purna jual, dan sejenisnya. Dari ketiga fase tersebut, kegiatan fabrikasi memiliki nilai tambah paling kecil dibandingkan dengan dua fase lainnya atau berada pada posisi paling bawah dari smile curve sedangkan kegiatan pra dan pasca-fabrikasi berada pada dua sisi yang lain.
Baldwin mencontohkan bagaimana perusahaan Apple menjalankan proses bisnisnya dengan memanfaatkan value added chain secara sempurna. Sebagian besar produk Apple di design di California dan Apple menangani pemasaran, distribusi, layanan purna jual, serta berbagai layanan melalui App Store, seperti iTunes, iCloud, dan sejenisnya. Di sisi lain, fase fabrikasi produk Apple banyak dilakukan di China serta diorganisir oleh perusahaan yang sama sekali berbeda yaitu Foxconn.
Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, Thailand, Vietnam bahkan China, keberadaan pabrik-pabrik industri akan memberikan keuntungan besar bagi negaranya. Membuka lapangan pekerjaan bagi para usia produktif, peningkatan pertumbuhan ekonomi, hingga merangsang munculnya usaha baru didaerah sekitar pabrik. Namun demikian, berdasarkan smile curve di atas, nilai tambah yang lebih besar dari suatu produk akan berada dimana ide, design, pemasaran, dan jasa-jasa lainnya dikembangkan yaitu di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (untuk kasus Apple). Hal ini juga yang disinyalir menjadi penyebab dari betahnya Indonesia berada pada level negara berkembang dan tidak segera beranjak menuju kelompok negara dengan status advanced economies.
Dalam konteks kedaerahan, agak-agaknya Provinsi Sumsel belum dapat berbicara banyak perihal industrialisasi. Warisan pembangunan ekonomi yang Jawa Sentris dimasa lalu, menyisakan ketertinggalan wilayah lain selain Jawa dalam menghadirkan produk dengan nilai tambah tinggi. Alih-alih bercerita tentang fabrikasi, komoditas primer (barang mentah dan setengah jadi) dari pertambangan dan pertanian masih menjadi penopang utama perekonomian di Sumsel. Batu bara, CPO, pulp, karet, dan kopi merupakan contoh komoditas unggulan yang masih minim akan sentuhan industri serta teknologi. Sehingga, komoditas tersebut belum dapat menghadirkan kemaslahatan yang lebih luas bagi masyarakat Sumsel akibat dari belum maksimalnya nilai tambah yang dihasilkan.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Nampaknya, kehadiran akan sumber daya manusia unggul melalui pendidikan dan keterampilan yang mumpuni serta dibuka selebar-lebarnya kesempatan melakukan riset maupun penelitian, menjadi salah satu alternatif solusi dari permasalahan di atas. SDM yang cakap, akan mampu meningkatkan absortive capacity dalam menyerap seluruh pengetahuan baru dan transfer teknologi dari negara maju untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar global. Di tahun 80an, sering terdengar akronim "ATM" yang selalu disematkan ke negara Jepang, amati, tiru, dan modifikasi. Hal serupa juga dilakukan Tiongkok di awal abad ke 21 ini, menciptakan banyak produk yang pada awalnya dipandang sebelah mata oleh bangsa lain, namun akhirnya mampu berdiri sejajar dengan produk-produk yang sudah mapan.
Tuhan menganugerahkan Bumi Sriwijaya ini dengan kekayaan sumber daya alam dan mineral yang melimpah. Ditambah dengan SDM unggul, seharusnya mampu menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Kekayaan alam dan SDM berkualitas merupakan kombinasi tepat dalam menghasilkan produk yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi. Sehingga pada ujungnya akan melejitkan pertumbuhan ekonomi, menghadirkan kemakmuran bagi segenap masyarakat, serta membawa daerah ini terus melaju untuk Sumsel maju. Bukan hanya sekedar mengeruk kekayaan alam yang telah Tuhan titipkan di daerah yang kita cintai ini dan hanya memperkaya segelintir orang saja.
"Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak, dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi"
-Moh.Hatta- (*)
Sumsel 7 dari 10 Provinsi dengan Jumlah Desa Terbanyak di Indonesia 2024, Total Ada 3283 Desa |
![]() |
---|
SUMSEL Nomor 6 dari 10 Provinsi yang Warganya Sudah Jarang Dengarkan Siaran Radio, Cuma 12 Persen |
![]() |
---|
Sumsel Nomor 5 dari 10 Provinsi Penghasil Padi Terbanyak di Indonesia 2025, Pulau Jawa Mendominasi |
![]() |
---|
Sumsel 9 dari Daftar 10 Provinsi dengan Jumlah Lansia Terbanyak di Indonesia 2024, Tertinggi Jabar |
![]() |
---|
Sumsel Urutan 9 dari 10 Provinsi dengan Kasus Curanmor Tertinggi di Indonesia, Capai 383 per 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.