Media Mainstream 'Dikerangkeng' Rezim (?)

Pertanyaan mendasar yg patut dan pantas kita ajukan adalah, apakah media mainstream yang kita gembar-gemborkan sebagai media independen itu masih ada?

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM / Istimewa
Yurnaldi Wartawan Utama, Mentor Jurnalistik, dan Penulis Buku-buku Serial Wartawan Hebat 

Termasuk juga memotret masyarakat yang bergerak efisien dan cepat, yang dilahirkan revolusi industri keempat yang berbasis digitalisasi dan kemampuan analisis data.

Media mainstream sebaiknya masuk ke dalam isu-isu substantif lain bagi khalayak.

Mengambil kembali posisi sebagai agen demokrasi yang menjernihkan isu, bukan disinformasi yang mengeruhkan isu.

Media massa ideal seharusnya selalu berada di pihak jurnalisme yang baik dengan informasi yang mencerahkan, bermakna, optimisme, membangkitkan harapan bagi masyarakat.

ilustrasi
Update 9 Januari 2022. (https://covid19.go.id/)

Dengan cara demikian, ia bisa menjadi jembatan berbagai pandangan berbeda di tengah-tengah masyarakatnya.

Kepada kawan-kawan wartawan di media mainstream, terutama media cetak, diharapkan cukup selektif mengutip berita dari media sosial (media daring) seperti Twitter dan Instagram.

Pengambilan berita dari media sosial seringkali mudah disalahpahami pembaca.

Kesalahan pembaca itu melahirkan hoaks.

Gempuran media sosial yang lebih cepat menyajikan berita daripada harian berita cetak mendorong masyarakat mendapatkan insformasi instan.

Masyarakat seringkali kalap dan tidak jernih membaca informasi.

Akhirnya, muncullah jejaring hoaks yang menyesatkan.

Bahkan, sebagian besar hoaks mengarah pada pelumpuhan nalar sehat.

Jajak pendapat Kompas tahun 2017 lalu menyebutkan, mayoritas responden (85 persen) berpendapat, pemberitaan hoaks yang banyak beredar di media sosial telah sampai pada taraf yang meresahkan atau bahkan sangat meresahkan.

Di tengah maraknya media sosial, pers maisntream dituntut untuk menjelaskan duduknya perkara dan mengangkat fakta yang selama ini tak terungkap.

Peran pers sebagai penyuara orang yang tak bisa bersuara justru menjadi kebutuhan saat ini. Jur-nalisme hadir adalah untuk melayani kepentingan masyarakat, bukan kepentingan yang lain, ter-masuk kepentingan rezim.

Ini harus disadari.

Kekuatan sebagai mengonfirmasi fakta ini menjadi nilai tawar media massa mainstream.

Disiplin verifikasi dan akurasi adalah prinsip jurnalistik yang menjadikan media massa tetap kredibel dan dipilih publik.

Strategi media massa mainstream dalam mempertahankan diri di era digital adalah kembali pada esensi jurnalisme yang bermartabat dan mencerahkan masyarakat.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved