Media Mainstream 'Dikerangkeng' Rezim (?)
Pertanyaan mendasar yg patut dan pantas kita ajukan adalah, apakah media mainstream yang kita gembar-gemborkan sebagai media independen itu masih ada?
Masyarakat masih butuh informasi yang benar sesuai data, fakta, dan terverifikasi yang disajikan media mainstream/media arus utama/media konvensional di Indonesia.
Akan tetapi, harapan masyarakat itu dewasa ini, hanya tinggal harapan, karena media mainstream sudah merasa nyaman dalam genggaman atau kendali pemerintah/rezim.
Tidak banyak yang menyadari, di balik banjirnya informasi/berita palsu/berita bohong/hoaks di media sosial sejak satu dasawarsa terakhir.
Itu sebenarnya bentuk perlawanan terhadap kinerja media mainstream.
Bayangkan, ketika publik berharap media mainstream menjadi garda terdepan sebagai sumber informasi yang valid, menjaga persatuan, dan kesatuan bangsa, serta membangkitkan semangat optimisme, ternyata hal itu jauh panggang dari api.
Berita bohong sudah menjadi persoalan yang membuat kredibilitas media serta dunia jurnalistik terpuruk.
Apa boleh buat, perselingkuhan antara media mainstream dan politik praktis tak terhindarkan lagi.
Tanda-tanda senjakala media arus utama sudah di depan mata.
Jangan heran, belakangan begitu banyak wartawan yang mengundurkan diri atau memilih pensiun dini.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Yang masih berharap dengan media mainstream, tiba-tiba kaget menerima kenyataan harus di-PHK.
Untuk media mainstream yang sampai sekarang masih bertahan, sebaiknya kembali ke fungsi pers yang sebenarnya.
Lakukan inovasi dan kreativitas di tengah pertumbuhan media daring yang sedemikian gencar.
Di era lompatan kemajuan teknologi dan di tengah melimpahnya informasi dan mis-informasi, keberadaan media mainstream makin dibutuhkan.
Ia diperlukan untuk membangun narasi kebudayaan dan peradaban baru.
