Breaking News

Pantun di Alam Melayu

Bahkan, pohon kelapa yang rindang juga dapat dijadikan sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas. Bagi orang Melayu, pantun sudah mendarah daging

Editor: aminuddin
SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ
Albar Sentosa Subari 

DR. (HC) Tenas Effendy, sebagai kampiun pantun terbilang yang dimiliki Melayu, memberi gambaran yang padan dalam bidal-bidal Melayu sebagai berikut :

Dimana orang berhimpun , disana pantun dilantun.

Dimana orang berbual, disana pantun dijual.

Dimana orang berhelat, disana pantun melekat.

Dimana orang berkampung, disana pantun bersambung.

Rindang kayu karena daunnya.

Terpandang Melayu karena pantunnya.

Orang asing yang pertama kali memasyhurkan pantun Melayu ke dunia barat adalah H. C. Klinkert dalam artikel nya " de Pantun of Minnezangen der Maleiers" ( pantun orang Melayu berkasih kasihan) pada tahun 1868.

Kemudian Prof. Pynabel tahun 1883 dan beberapa pencinta pantun lainnya.

Demikianlah sejarah singkat dari fungsi dan makna dari sebuah pantun.

Sebagai generasi muda kita, yang mengaku orang Melayu ditantang untuk melestarikannya, yang merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia umumnya dan Melayu khususnya .

Sehingga aneh kalau mutiara yang terpendam ini akan hilang cahayanya, kalau tidak diajarkan di pendidikan formal ataupun in formal.

Selaku ketua pembina adat Sumsel saya mulai menyampaikan beberapa pantun saat ada kesempatan menyampaikan sekapur sirih pada setiap kesempatan, walaupun masih tahap belajar dan aneh di telinga orang yang pandai. 

Harapan semua pemangku adat dapat mensosialisasikan.

Kalau bukan sekarang kapan lagi, dan kalau bukan kita siapa lagi. 

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved