Dulu Jadi Tongkrongan Anak Muda, Blok M Kini Mati Suri Bagaikan Kuburan, Ditinggalkan Pengunjungnya
Kahar (62), salah satu penjual di Blok M Mall yang berjualan sejak 1992. Kahar anggap Blok M Mall sudah mati dan tak berjaya seperti tahun 1990-2000an
Label keren dan gaul sudah melekat di kening jika sudah ke Blok M Mall.
Buat anak Jakarta, rasanya belum sah jadi anak Jakarta kalau belum ke Blok M Mall saat itu.
Anak-anak muda era 2000-an misalnya suka ngeceng ke Blok M Mall, entah itu hanya jajan di kawasan kaki lima di sekitar Blok M Mall atau belanja kaset.
Biasanya juga, anak-anak muda datang dari arah Taman Martha Tiahahu setelah bersantai di taman.
Ada juga yang sengaja langsung turun dari Terminal Blok M menuju Blok M Mall yang terkoneksi langsung dengan tangga.
Ada juga anak-anak muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom dekat tangga jalur.
Mereka sekadar menelepon teman atau pacar dengan telepon koin.
"Dulu anak-anak muda dari mana saja ke Blok M Mall.
Ada dari Ciputat, Parung, Tangerang, pasti ke sini.
Kan aksesnya mudah, bus dari mana saja pasti ada yang ke Blok M," kata Kahar.
Pada era 1990 sampai 2000-an, jalur-jalur terminal di Blok M juga dipenuhi anak sekolah.
Jalur 5 dan 6 kerap menjadi tempat nongkrong kelompok STM Penerbangan dan SMK Poernama.
Kini, Blok M Mall kosong melompong.
Banyak kios yang tutup, apalagi saat ini dihantam pandemi Covid-19.
Pedagang-pedagang disebut tak sanggup membayar sewa kontrak.
"Yang sisa jualan sini paling yang punya hak pakai misalnya 30 tahun," ujarnya.
Salsabilla (23), seorang mahasiswa swasta di Jakarta, mengatakan, kawasan Blok M Mall tak menarik bagi anak muda saat ini.
Salsa sendiri sudah lima tahun tak berbelanja di Blok M Mall.
"Dulu sih Blok M Mall setahu saya sih dulu ramai dan megah ya.
Ada lorong panjang.
Banyak toko-toko baju.
Dulu sih belanja ke Blok M sama orangtua pas SD," kata Salsa saat ditemui Rabu sore.
Salsa lebih memilih belanja di dekat rumah dan tak sesuai dengan tren serta preferensi mode.
Blok M Mall dianggap tak menarik karena hanya jejeran toko biasa dan dekorasi lainnya.
Baca juga: Joe Biden Hampir Bunuh Diri, Peristiwa Tragis dan Kisah Sedih Mematangkan Kepribadiannya
Tak lagi ada teriakan
Ayo dipilih.. dipilih .. dipilih.. Rp 50.000 ... yang murah, yang murah," begitu teriak para pedagang dulu.
Dahulu, Blok M Mall penuh dengan teriakan promosi pedagang sambil berdiri di atas kursi plastik diselingi house music.
Kini, bising suara para pedagang yang mayoritas berasal dari tanah Minang berbalas teriakan promosi itu tak ada lagi.
Hening.
"Teriak-teriak itu dulu hampir setiap sehari.
Selama 10 tahun ke belakang itu udah enggak ada yang teriak-teriak.
Paling mau jelang-jelang Lebaran saja," tambah Kahar.
Blok M Mall memang berdenyut pada era 1990 sampai 2000-an.
Pengunjung fokus memilih barang-barang di Blok M Mall.
Kini, Blok M Mall seperti kuburan, menurut Kahar.
Meskipun demikian, Kahar bangga dengan eksistensi Blok M Mall.
"Tapi, Blok M Mall cukup hebatlah.
Biasa lebih dari 25 tahun itu hebat
Biasanya mall tujuh tahun sudah mati," ujarnya.