Talang Tuwo
Talang Tuwo, Prasasti Tinggalan Kerajaan Sriwijaya yang Membicarakan tentang Penataan Ruang dan LH
Jika sekarang banyak kerusakan alam terjadi, itu karena kita salah dalam memaknai alam dan hanya melihat dari sudut pandang kepentingan manusia semata
Perlu sekali ini untuk dituliskan ke generasi sekarang.
Ketiga, banyak perspektif yang sudah bicara tentang Sriwijaya, tapi perspektif Komu nikasi Lingkungan belum ada.
Buku ini mencoba membahasnya.
Pesan yang hendak saya sampaikan adalah pertama, ribuan tahun lalu, di abad 7 M, leluhur kita sudah bicara soal penataan ruang dan LH.
Bisa dibayangkan, di saat semuanya masih berupa hutan belantara, lahan masih luas, pemimpin saat itu sudah memikirkan dan melakukan penataan.
Kedua, Raja Sriwijaya tidak bicara bahwa alam ini hanya untuk manusia saja, tapi untuk semua makhluk, termasuk non manusia.
Karena itu jika sekarang banyak kerusakan alam terjadi, semua karena kita salah dalam memaknai alam dan hanya melihat dari sudut pandang kepentingan manusia semata.
Ketiga, seluruh pengelolaan dan penataan alam adalah untuk Kemakmuran Semua Makhluk.
Ini pesan penting, bahwa pengelo laan alam jangan hanya untuk segelintir manusia saja, tapi semuanya.
Hukum keseimbangan alam ada pada gagasan ini.
Keempat, pengelolaan alam dan penanaman tanaman jangan menggunakan pola monokultur.
Raja Sriwijaya dalam Prasasti Talang Tuwo berkata tentang multikultur, tanamlah beragam tumbuhan, jangan satu jenis.
Ini prinsip penting dalam sistem ekologis.
Kelima, manusia dan alam adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Manusia bisa mencapai kemakmuran jika persandingan hidup dengan lingkungan alam dilaksanakan secara seimbang.