Budaya Ulu dan Ilir

Budaya Ulu dan Ilir Memiliki Perbedaan dalam Mengembangkan Struktur Masyarakat Karena Perdagangan

Masyarakat ilir sangat fokus pada dunia luar dan dengan mudah menyerap unsur kebudayaan asing seperti Eropa, India dan Jawa,Timur Tengah, dan Tiongkok

Editor: aminuddin
sripoku.com/chairul nisyah
Ilustrasu Aktifitas transportasi air yang ada di Perairan Sungai Musi Jembatan Ampera Palembang. 

Sebagai imbalan masyarakat Ulu dapat mengharapkan perlindungan dan para raja setempat dibekali dengan gelar serta tanda-tanda kerajaan (Andaya, 1993:76).

Hubungan antara Ulu dan Ilir dapat berjalan cukup lancar karena hubungan antara kedua pihak ditandai oleh ikatan kekerabatan.

Bangsawan Ilir sering mengambil seorang perempuan Ulu sebagai istri untuk menjamin agar hubungan Ulu-Ilir berjalan lancar.

Sebagai imbalan orang Ulu dapat mengharap perlindungan dan imbalan lain seperti hadiah-hadiah bergengsi semisal gelar.

Sang raja juga diharapkan untuk dapat memutuskan perselisihan antar kampung atau antar daerah yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak pihak terkait.

Hal ini sering terjadi karena kebanyakan masyarakat Ulu tidak mengenal sistem pemerintahan pusat sehingga hanya raja yang di Ilir yang dapat berfungsi sebagai otoritas tertinggi.

Perselisihan yang paling sering perlu diselesaikan berkaitan dengan batas-batas daerah (marga).

Keputusan yang diambil diabadikan dalam sebuah piagam.

Kesuksesan Ilir di Ulu ternyata sangat tergantung kemauan pada penduduk Ulu sendiri, namun mesti diakui bahwa pada umumnya daerah Ulu menerima kepemimpinan Ilir dengan mengakui kedaulatan para raja atau sultan di pesisir.

Selama periode yang mencukupi dalam karya Barbara Andaya " to live at Brother " (Andaya, 1993, yaitu abad ke 17 sampai abad 18 dominasi Ilir jelas menonjol.

Namun demikian ada pula masa yang roda pemerintahan digerakkan dari daerah Ulu.

Salah satu contoh adalah kerajaan Malayu di masa pemerintahan Akarendrawarman dan penggantinya Adityawarman.

Selama masa pemerintahan Adityawarman (1347-1377), Kerajaan Malayu mengalami puncak kejayaan.

Pada saat itu kerajaan berpusat di daerah Minangkabau, dan pindah ke pedalaman Sumatra pada awal abad ke 14.

Yang selama ini kerajaan Malayu sebelumnya berada di pesisir dan timbulnya sebuah kerajaan besar di lembah-lembah pegunungan Bukit Barisan merupakan fenomena yang perku dikaji lebih dalam.

Penulis : Albar Sentosa Subari, Ketua Pembina Adat Sumsel

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved