Indikator Ekonomi

Indikator Globalisasi Ekonomi Sumsel

Sistem perekonomian terbuka yang terjadi di Indonesia dapat dilihat dari aktivitas perdagangan in­ternasional.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Indikator Globalisasi Ekonomi Sumsel
ist
Anugrahani Prasetyowati

Dengan melihat data ini, seharusnya Pemerintah Provinsi Sumsel dapat lebih meng­gi­atkan akti­vi­tas ekspor dengan cara memberikan beberapa stimulus atau rangsangan kepada para eksportir baik dari usaha rumah tangga maupun usaha korporasi dengan melakukan berbagai pem­binaan mu­lai dari produksi hingga ke distribusi atau pengemasan penjualan agar dapat me­ningkatkan ku­alitas dan kuantitas komoditi andalan ekspor.

Salah satu contoh konkret adalah ni­lai ekspor dari perkebunan kopi yang belum maksimal di Provinsi Sumsel ini, se­mentara pro­duk­si kopi ini ter­­banyak dibandingkan provinsi lainnya yang ada di wilayah Su­ma­tera.

 Selain itu, komoditas ka­ret yang merupakan andalan pertama di provinsi ini semestinya juga dapat diolah menjadi ka­ret yang lebih matang dibandingkan dengan hanya mengekspor karet men­tah yang berupa lem­bar­an lembaran lateks yang dibekukan.

Pembinaan atau teknologi peng­olahan karet sederhana se­perti karet gelang yang banyak dibutuhkan oleh industri di Sumsel ini mungkin bisa diadop da­ri studi ke wilayah lain yang mempunyai teknologi tersebut.

Sementara itu, beberapa komoditas yang masih dibutuhkan oleh provinsi Sumsel dari luar negeri atau dari aktivitas impor dapat dibagi dalam beberapa jenis kelompok kebutuhan di­an­taranya un­tuk kebutuhan barang konsumsi, bahan baku dan barang modal.

Dari impor barang yang ber­as­al dari luar negeri, ternyata untuk kebutuhan barang konsumsi tidak sampai mencapai 1 (satu) per­sen, bahan baku dan penolong sekitar 64 persen, dan barang modal sekitar 35 persen.

Hal ini ber­arti bahwa pada triwulan pertama tahun 2020 masyarakat sumatera selatan tidak ter­lalu banyak meng­konsumsi barang impor atau barang dari luar negeri.

Sebaliknya, barang impor digunakan se­ba­gai bahan baku atau bahan penolong bagi industri-industri dan barang modal bagi pem­ba­ng­unan investasi di Provinsi Sumsel.

Langkah pemerintah untuk mengurangi impor bahan baku dan impor barang modal mungkin da­pat dilakukan dengan cara bekerjasama dengan para investor baik lokal maupun dari luar untuk mem­bangun industry atau usaha-usaha yang dapat memproduksi bahan-bahan baku dan ba­han pe­nolong serta barang modal.

Beberapa komoditi impor yang nilainya tinggi diantaranya adalah mesin-mesin, barang dari besi dan baja, dan pupuk.

Untuk Mesin, mungkin kita harus meng­im­por karena keterbatasan teknologi yang ada di provinsi Sumsel.

Tetapi untuk barang ba­­rang dari be­si dan baja yang kecil-kecil mungkin kita bisa melakukan studi banding ke wilayah la­in menge­nai teknologi atau cara yang digunakan agar dapat diproduksi sendiri di provinsi ini.

A­pa­la­gi pupuk, untuk pupuk anorganik yang selalu kita impor, mungkin dapat digantikan dengan me­­mproduksi pupuk organik yang bahan bakunya sebenarnya melimpah disekitar alam di wila­yah ini.

 Menciptakan ketahanan ekonomi yang tangguh dan meningkatkan globalisasi ekonomi wilayah Su­msel di tengah tantangan ekonomi global sangat diperlukan adanya dukungan se­lu­ruh lapisan pe­laku kegiatan ekonomi, dengan cara memacu aktivitas ekspor dan menekan impor.

Un­tuk itu, Pe­ran Pemerintah Daerah Provinsi Sumsel sangat diperlukan terutama da­lam memberikan ke­bi­jak­an di bidang perindustrian, pertanian, pertambangan serta perdagangan un­tuk terus men­dukung eksportir Indonesia, khususnya di wilayah Sumsel.

Kebijakan da­ri pemerintah pusat se­perti mempermudah dan menyederhanakan perijinan melalui One Single sub­mission (OSS) dan perbaikan layanan kepabeanan untuk menunjang daya saing dunia usaha dan ekspor harus didukung sepenuhnya secara konsisten oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved