Virus Corona di Sumsel
Warga Palembang Siap-siap New Normal! Apa Beda New Normal dan PSBB? Ini Penjelasan Profesor Yuwono
Dengan new normal ini, masyarakat mulai dari masyarakat umum, pelajar/mahasiswa, pegawai kantoran, pejabat dan lain sebagainya bisa kembali menjalani
Penulis: maya citra rosa | Editor: Sudarwan
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Kota Palembang, akan segera menerapkan new normal di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Jika masih ada warga masyarakat yang belum mengetahui apa itu new normal, berikut ini penjelasannya?
Konsep new normal merupakan anjuran dari Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) untuk dilakukan dalam wabah virus corona atau covid-19.
• New Normal Palembang Diterapkan, Sekolah Dibuka jika Kasus Covid-19 Turun
• Pasar Pagi Kebun Bunga Palembang Sementara Waktu Tutup Pasca Seorang Pedagang Positif Rapid Test
• Pria Status PDP di Muratara Meninggal, Dimakamkan Protokol Covid-19, Hasil Swab Test Belum Keluar
Ahli mikrobiologi sekaligus Ketua Jubir Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Sumsel, Prof Dr dr Yuwono M.Biomed menjelaskan apa yang dimaksud dan bagaimana konsep new normal yang akan diterapkan di Sumsel khususnya.
New normal itu adalah perubahan perilaku dengan latar belakangnya tiga hal yang belum dapat efektif dalam penanganan wabah covid-19 saat ini yaitu obat, pencegahan dan vaksin.
Dengan new normal ini, masyarakat mulai dari masyarakat umum, pelajar/mahasiswa, pegawai kantoran, pejabat dan lain sebagainya bisa kembali menjalani aktivitasnya berdampingan dengan virus corona.
Perubahan perilaku tersebut menuntut agar masyarakat dapat beradaptasi dengan protokol kesehatan yang selama ini dilakukan dan tentu ini bukan hal yang mudah.
• Gubernur Sumsel Herman Deru: Provinsi Sumatera Selatan Siap Terapkan New Normal, Ini Pertimbangannya
• Apa Itu New Normal? Ini Penjelasannya, Herman Deru Klaim Sumsel Sangat Siap Menerapkan New Normal
• Video : Mayoritas Pelanggar PSBB Palembang Kendaraan Roda Dua, Puluhan Warga di Bawa ke Jalan Tasik
WHO melihat apabila kondisi penanganan covid-19 tetap seperti yang terjadi saat ini, diperkirakan butuh waktu hingga lima tahun sampai benar-benar bisa hidup seperti dulu.
Menurut Yuwono, lima tahun hidup dalam kondisi pandemi yang mengharuskan masyarakat dikarantina dan di rumah saja, tentu tidak dapat dilakukan.
"Oleh karena itu WHO mengeluarkan protokol dengan nama new normal artinya hidup normal kembali dalam atau bersama pandemi covid-19," ujarnya.
Menurutnya new normal adalah budaya yang harus dimulai dari sebuah kebiasaan.
Sehingga paling tidak, new normal harus dibangun selama tiga bulan terlebih dahulu, dimana mengarahkan dengan pendekatan edukasi kepada masyarakat mengenai perilaku baru ini.
New normal berbeda dengan PSBB yang merupakan peraturan pemerintah, bersifat program dengan menerapkan sanksi.
• Manfaatkan Halaman Parkir Mall, RS Siloam Sriwijaya Siapkan Ruangan Khusus Pasien Covid-19
• Pria Ini Terombang-ambing 133 Hari di Lautan Tanpa Makanan, Bertahan Hidup Dengan Cara Mengerikan!
• Sniper AS Rela Merayap Sejauh 2,5 Km Selama 4 Hari Berturut-turut Demi Tembak Mati Jenderal Ini!
PSSB hanya dapat bertahan 14 hari hingga satu bulan tergantung kebijakan pemerintah.
Namun new normal dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama dengan edukasi sebagai langkah penerapannya.
Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, pada tahun 2004, masyarakat hidup bebas.
Masuk tahun 2005, muncul wabah flu burung, yang membuat masyarakat hidup dalam ketakutan.
Sedangkan pada tahun 2006, masyarakat kembali hidup normal karena wabah flu burung sudah tidak ada lagi.
Berbeda dengan kondisi wabah virus corona saat ini, tahun 2019 lalu tidak ada.
Menuju tahun 2020 virus corona masuk.
"Namun tahun 2021 kita tidak bisa hidup seperti tahun 2019 lalu. Hal ini yang disebut dengan new normal," ujarnya.
Hal tersebut terdapat perbedaan wabah flu burung dan virus corona.
• Dituduh Sudah Memperkosa Seorang Perempuan, Pria di Palembang Ini Dipukul dan Ditendang Membabi Buta
• Video Kecelakaan Perahu di Desa Tanjung Atap, 2 Sejoli Ikut Jadi Korban Jiwa, Tunangan Pasca Lebaran
Flu burung penyebarannya tidak separah virus corona, namun angka kematiannya tinggi.
Sedangkan virus corona penyebarannya tinggi, namun angka kematiannya rendah.
"Flu burung itu angka kematiannya bisa sampai 75%, bayangkan jika positif 900 orang, yang meninggal bisa sampai 700 orang," ujarnya.
Melihat kondisi di Sumsel saat ini, warga Sumsel sudah mulai lebih baik dalam melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Seperti contohnya tidak banyak lagi warga yang meludah sembarangan di jalan atau tempat umum.
Selain itu tidak ada lagi kumpul-kumpul.
Masyarakat mulai terbiasa memakai masker saat bepergian dan lebih sering mencuci tangan.
"Ini adalah budaya yang baik dan harus dipertahankan," ujarnya.