Banjir Bandang Terjang Lahat

Cerita Kakek di Desa Gunung Kembang Lahat, Andai Banjir Datang di Malam Hari Banyak Nyawa Melayang

Banjir bandang di beberapa desa yang ada di Lahat beberapa hari lalu masih menyisakan trauma untuk sejumlah warga.

Penulis: Ehdi Amin | Editor: Refly Permana
sripoku.com/ehdi amin
Bantuan untuk warga Desa Gunung Kembang terus berdatangan pasca dilandan banjir bandang. 

Laporan wartawan Sripoku.com, Ehdi Amin

SRIPOKU.COM, LAHAT - Banyak kisah mengharukan saat banjir bandang terjadi di sejumlah desa yang ada di Kabupaten Lahat, Kamis (9/1/2020). Meski kini kondisi sudah membaik, tetap saja peristiwa ini masih menyisakan trauma untuk sebagian besar masyarakatnya.

Pasalnya, banjir bandang yang terjadi barusan ini tersebut merupakan salah satu yang terparah. Puluhan rumah terendam, hanyut, hingga aktivitas sehari-hari benar-benar lumpuh total.

Mulai dari anak-anak hingga lansia berjuang menyelematkan diri. Syukur, tak ada korban jiwa, para korban pun bisa kembali melanjutkan hidup meski banyak yang harus mereka kerjakan untuk bisa kembali memulai kehidupan pasca bencana alam ini.

Karir Diramal Hancur, Rosa Meldianti Buktikan Keseksiannya Lewat Foto Begini, Nahas Banjir Kutukan!

Di Desa Gunung Agung Kecamatan Kikim Timur, misalnya, puluhan rumah terendam.

Beberapa bahkan rusak hingga ada yang hanyut. Arus air yang deras benar-benar dirasakan warga sehingga untuk menyelematkan diri butuh perjuangan yang ekstra, boro-boro untuk menyelematkan harta benda.

Cerita mencekam diutarakan salah satu warga di sana, Fi'i. Kakek 72 tahun ini beranggapan, jika saja banjir terjadi pada malam hari, mungkin banyak warga Desa Gunung Agung akan tewas pada malam itu.

Warga Desa Gunung Kembang tengah membersihkan sisa-sisa banjir bandang.
Warga Desa Gunung Kembang tengah membersihkan sisa-sisa banjir bandang. (sripoku.com/ehdi amin)

"Kami bersyukur karena banjir bandang terjadi pada pukul 08.00, jadi kita semua sudah terjaga sehingga sudah bisa mempersiapkan diri untuk nyari tempat aman," cerita Fi'i.

Fi'i, yang sejak lahir tinggal di desa setempat mengungkapkan betapa dahsyatnya banjir kali ini, yang menurutnya banjir paling parah jika dibanding sebelum sebelumnya.

Lelaki yang sudah mempunyai cucu ini menceritakan betapa mencekamnya desa saat air mulai menggempur desa.

Tampak, peralatan dan perabotan rumah milik warga Desa Gunung Kembang yang berserakan diterjang banjir bandang.
Tampak, peralatan dan perabotan rumah milik warga Desa Gunung Kembang yang berserakan diterjang banjir bandang. (sripoku.com/ehdi amin)

Ia yang sudah tidak terlalu bertenaga lagi terpaksa berusaha sekuat tenaga berlari menyelamatkan nyawa ke lokasi lebih tinggi atau kawasan perkebunan yang ada di desa.

Warga Desa Gunung Kembang Lahat Sudah Lelah, Sejak 1972 Kerap Dilanda Banjir

"Entah tidak tahu lagi apa yang dirasa saat ini. Kami mulai panik saat air mulai menorobos masuk ke desa. kami berusaha lari hingga tunggang langgang.

Saya sempat nyaris terseret sebelum dibantu warga. Alhamdulillah kami bisa berada di lokasi yang lebih tinggi," ujarnya saat dibincangi Jumat (10/1/2020) .

Saat air mulai merendam rumah hingga kedalaman tiga meter lebih, ia dan keluargapun hanya pasrah.

Bahkan, saat rumah anaknya roboh. Saat itu, katanya tak ada yang bisa diselamatkan sementara deras dan dalamnya air membuat warga tak berani untuk berbuat apa apa.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved