Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Inilah Fakta Prasasti Kedukan Bukit Akta Kelahirannya Sriwijaya

Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Inilah Fakta Prasasti Kedukan Bukit Akta Kelahirannya Sriwijaya

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM/WELLY HADINATA
Dua remaja yang sedang memperhatikan replika prasasti Kedukan Bukit yang menjadi salah satu koleksi peninggalan sejarah masa Kerajaan Sriwijaya di TPKS Palembang, Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Gandus Palembang, Selasa (3/5/2016). 

Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Inilah Fakta Prasasti Kedukan Bukit Akta Kelahirannya Sriwijaya

SRIPOKU.COM - Prasasti merupakan piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.

Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana masyarakatnya sudah mengenal tulisan.

Salah satu prasasti yang menjadi bagian penting dari sejarah Kerajaan Sriwijaya yakni Prasasti Kedukan Bukit.

Dikutip dari wikipedia, Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi.

Prasasti bersejarah ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna.

Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.

Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit (bobo.grid.id/Sylvana Toemon)

Berikut Fakta Prasasti Kedukan Bukit Bagian Penting dari Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Dilansir dari bobo.grid.id, prasasti yang berangka tahun 682 ini merupakan proklamasi pembentukan Sriwijaya, kerajaan maritim besar yang pernah ada di Nusantara.

Prasasti di Kampung Kecil

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tahun 1920 di Kampung Kedukan Bukit, di Palembang, Sumatera Selatan.

Kampung kecil ini berada di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke arah Sungai Musi.

Ukuran prasasti ini termasuk kecil. Kira-kira sebesar ban mobil. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuna dengan huruf Pallawa.

7 Selebriti Tanah Air yang Meninggal di Usia Muda dengan Cara Tragis, No 1 Dijuluki Pangeran Dangdut

Terjaring Razia Operasi Patuh Musi, Wanita di Palembang Ini Menangis dan Mengaku Anak Rantauan

Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Kamis 29 Agustus 2019, Cerah Berawan

Akta Kelahiran Sriwijaya

Prasasti Kedukan Bukit dapat dikatakan sebagai akta kelahiran Sriwijaya.

Pada batu besar yang bentuknya seperti telur ini menunjukkan 3 peristiwa penting dalam sejarah Sriwijaya.

Nama Dapunta Hiyang disebutkan dalam prasasti ini. Peristiwa pertama pada saat Dapunta Hiyang naik perahu ke kuil Buddha untuk merayakan Waisak.

Sebulan kemudian, Dapunta Hiyang naik perahu dengan membawa pasukan 20.000 tentara dan perbekalan.

Setelah itu Dapunta Hiyang mendirikan perkampungan bernama Sriwijaya, di tempat yang kini kita kenal sebagai Kota Palembang.

Prasasti ini sekarang berada di Museum Nasional. Saat ini prasasti itu menjadi bagian dalam Pameran “Kedatuan Sriwijaya The Great Maritime Empire” di Museum Nasional Jakarta pada tanggal 4 sampai 28 November 2017.

Bertulisan Mantra Berbahan Timah, Prasasti Logam Abad Ke-14 yang Pertama Kali Ditemukan di Sumbagsel

Arca Batu Gajah di Pagaralam Jadi incaran Pecinta Batu Akik, Peninggalan Sejarah Zaman Megalitikum

Wisata Sejarah Monpera Palembang, Jadi Saksi Bisu Mengenang Perang Lima Hari Lima Malam

Kontroversi Pernyataan Ridwan Saidi sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif

Sebelumnya Ridwan Saidi mengeluarkan pernyataan bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan fiktif. Pernyataan tersebut dia keluarkan di kanal YouTube Macan Idealis.

Budayawan asal Betawi tersebut mengklaim telah 30 tahun mempelajari bahasa kuno untuk menyelisik jejak-jejak keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Dia juga mengaku telah menelusuri jejak-jejak kerajaan tersebut seorang diri, tanpa guru, dan tanpa kolega,

"Saya sudah 30 tahun mempelajari bahasa-bahasa kuno. Banyak kesalahan mereka (arkeolog), prasasti di Jawa dan Sumatera adalah bahasa Melayu, tapi sebenarnya bahasa Armenia," ujar Ridwan ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (28/8/2019).

Budayawan Betawi Ridwan Saidi saat ditemui di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (12/2/2016) siang.
Budayawan Betawi Ridwan Saidi saat ditemui di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (12/2/2016) siang. (kompas.com/Andri Donnal Putera)

Menurutnya, Bahasa Armenia memberi pengaruh besar pada Bahasa Melayu. Ia mengganggap prasasti yang selama ini menjadi dasar keberadaan Kerajaaan Sriwijaya ditafsirkan secara keliru.

Jika dibaca menggunakan Bahasa Armenia, prasasti tersebut tidak menjelaskan adanya Kerajaan Sriwijaya.

"Oleh arkeolog dipukul rata itu bahasa Sanskerta. Itu yang harus dikoreksi, masa enggak boleh dikoreksi.

Bantahlah argumentasi saya bahwa menggunakan prasasti Kedukan Bukit (sebagai bukti adanya Kerajaan Sriwijaya) salah.

Karena yang mereka (arkeolog) andalkan itu. Maka, saya katakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif," kata Ridwan.

Ridwan juga mengatakan telah mendatangi beberapa situs di Palembang termasuk mengunjungi prasasti Kedukan Bukit.

Reaksi Al Ghazali Tahu Teman Sekelasnya Korban Ayah & Anak Dibakar Ibu Tiri, Terungkap Isi Chat WA

Terjaring Razia Operasi Patuh Musi, Wanita di Palembang Ini Menangis dan Mengaku Anak Rantauan

Inilah 6 Makanan Terbukti Ampuh Kurangi Kecanduan dan Hentikan Kebiasaan Merokok Secara Total!

Sejarawan Sumsel Vebry Al Lintani menyebutkan bahwa ucapan Ridwan merupakan pendapat pribadi tanpa didukung dengan fakta sejarah.

"Kami tidak tahu apa maksud dan tujuannya mengatakan demikian. Menurut saya, itu pendapat pribadi," kata Vebry.

Vebry pun mengungkapkan, berdirinya Kerajaan Sriwijaya bisa dilihat dari prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan Telaga Batu. Seluruh prasasti itu sudah ada sejak abad ke-7 Masehi.

"Ada juga catatan sejarah peninggalan I-Tsing atau Yi Jing, seorang biksu dari Tiongkok, dalam bukunya Nanhai yang menyebutkan pernah singgah ke Kerajaan Sriwijaya. Artinya jelas ada dan besar (Kerajaan Sriwijaya)," ucapnya.

Dodi Diundang Walikota Gaza, Serahkan Langsung Bantuan ke Warga Palestina

Siap-siap Mulai Hari Ini Sampai 14 Hari, Pengendara yang Ini Menjadi Sasaran Operasi Patuh Musi 2019

Kerap Berdandan Bak Wanita, 3 Artis Ini Kembali ke Kodratnya Saat Meninggal, No 2 Sempat Tersenyum!

Sementara itu, terkait rencana pelaporannya ke polisi, Ridwan Saidi tak ingin berkomentar banyak. "Mengenai rencana orang melaporkan, masak saya mesti tanggapin? Saya enggak mau kasih komentar deh, nanti dibilang begini begitu," ujar Ridwan.

Budayawan Betawi itu mengaku hanya ingin mengomentari masalah ini dari segi keilmuan sejarah. Menurutnya, pernyataan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan fiktif mengandung dasar keilmuan.

"Yang mau saya komentarin tentang materi perdebatan saja. Saya tetap akan penuhi panggilan (jika dipanggil) dan akan tetap bicara dalam konteks keilmuan," jelasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved