Keteladan Bung Hatta
Mengenang Kembali Keteladan Bung Hatta
Dr. H. Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Mohammad Athar, adalah nama yang diberikan orangtuanya.
Sebagian kandungannya adalah sebagai berikut :
PRIBADI. Bung Karno. Sejak saya kemarin sore kembali dari Bandung sampai hari ini sudah banyak keluh-kesaah dari masyarakat Jakarta yang disampaikan kepada saya, bahwa pemuda-pemuda bersenjata berpakaian militer giat sekali mengadakan tetor untuk menekan supaya konsepsi Saudara diterima.
Bung Tomo didatangi oleh seorang pemuda bersenjata untuk memaksakan supaya ia menyetujui "konsepsi Bung Karno." Waktu ditanyakan ia menunjukkan surat identitasnya, bahwa ia diutus oleh KMKB.
Djamaludin Malik sudah dua kali diancam dengan pistol, sehingga dia sekarang menyingkir ke Sumatera Tengah.
Kiai Dahlan didatangi di rumahnya dan diancam supaya menyetujui konsepsi Bung itu.
Nyonya M. Maria Ulfah Santoso dibawa dengan paksa dengan jeep dari gedung sensor film ke markas besar pemuda TP di jalan Waringin, katanya untuk mempertanggungjawabkan pemutaran film cabul, tetapi diakhiri gertak supaya konsepsi Bung Karno itu disetujui.
Banyak pula pemimpin-pemimpin lain yang didatangi seperti Mr. Tambunan, Sdr. Natsir dan lain-lainnya, tetapi karena pintu terkunci hanya pamflet-pamflet saja yang ditebarkan di serambi dan halaman rumahnya.
Beberapa pemimpin partai, karena ketakutan, sudah lari ke luar kota.
Karena ancaman dan intimidasi, pers tak mau mengumumkan kejadian- kejadian yang tersebut di atas (Mochtar Lubis, 1988). Surat ini memperoleh respons positif dari Bung Karno.
Pribadi. Kepada Bung Hatta.
Bung mengetahui segenap perasaan-perasaan saya persoonlijk terhadap Bung.
Bagaimanapun juga, saya tetap mengingini yang kita berdua ini bekerjasama sebaik-baiknya dalam pengabdian kepada tanah air dan bangsa.Kapan-kapan marilah kita bertemu, untuk mengadakan perembukan bersama. Merdeka, Soekarno, 1/3/'57. (Mochtar Lubis, 1988).
Tanggapan berikutnya berisi antara lain : "Voelig" saya dengan kepala-kepala partai secara rahasia belum selesai. Karena itu pertemuan kita besok pagi itu saya tangguhkan sampai hari yang kemudian saya akan beritahukan kepada Bung. Dus: besok pagi tak jadi ada pertemuan. Moga-moga kita lekas bertemu. Merdeka, Soekarno. 6/3-'58. "Bung, Surat Bung sudah saya terima dan baca. Sayapun amat menyesal, bahwa pembicaraan kita 3 Maret itu dibocorkan orang.
Oleh siapa ? Saya tidak tahu.
Tetapi boleh saya beritahukan kepada Bung hal sebagai berikut : Satu hari sesudah pembicaraan kita itu, Duta Besar India Parthasarathi menceritakan kepada Saudara Djuanda.
Ditanya oleh Saudara Djuanda, dari mana ia mengetahui seemuanya itu, ia menjawab, "Dari pihak PSI."..... Merdeka, Soekarno 6/3-'58. (Mochtar Lubis, 1988) Ternyata Bung Karno juga memiliki perasaan yang sama dengan Bung Hatta mengenai kondisi bangsanya.