Punti Kayu Aset Lokal yang Terabaikan
Agaknya kita perlu berbangga diri, karena dari sekian banyak kota di Indonesia, hanya Palembang yang memiliki taman hutan kota
Ada sarana kumpul keluarga yaitu di antara deretan pohon pinus, yang bisa digunakan untuk menggelar tikar bercengkrama dengan keluarga.
Kebun binatang mini, rumah hobit, pesona keajaiban dunia, taman air, kolam renang dan water boom.
Di tengah-tengah pohon pinus juga terdapat sarana outbond yang kabarnya hanya beroperasi di hari minggu.
Sekilas tawaran-tawaran ini cukup menggiurkan dan menjanjikan sebuah pemandangan eksotis nan ramah lingkungan di dalam kota.
Sekali lagi saya katakan bahwa TWA Punti Kayu adalah aset lokal yang sangat potensial.
Dengan areal yang cukup luas, banyaknya pepohonan tua, ini adalah surga kota, yang jika dilakukan penataan matang dan profesional, akan menjadi daya tarik wisata ekologis yang mumpuni.
Saya katakan potensial karena memang potensinya luar biasa, tetapi faktanya sekarang, TWA Punti Kayu terkesan dikelola setengah hati atau tidak menjadi prioritas pengembangan wisata.
Ada selorohan dari warga Palembang sendiri, bahwa masuk ke Punti Kayu bukanlah sebuah kebanggaan, bahkan ada yang menyebutkan bahwa yang datang ke kawasan ini hanyalah orang-orang dari "dusun".
Tak heran jika masuk Punti Kayu sering dijadikan bahan olok-olokan.
Kenapa hal ini terjadi? Tentu tak lepas dari soal branding dan pengelolaan yang profesional.
Menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata yang memiliki brand tersendiri haruslah memenuhi standar kawasan wisata berkelas.

Pertama, kenyamanan. Dimanapun orang mendatangi tempat wisata pasti mengharapkan suasana yang
nyaman dan tentunya aman.
Nyaman ini terkait dengan tata letak dan pengaturan ruang-ruang didalamnya.
Halini belum maksimal tampak di Punti Kayu.
Memang sudah ditempatkan posisi-posisi khusus bagi berbagai objek didalamnya, tetapi warga yang masuk tidak bisa mendapatkan petunjuk yang tepat.