Nafsu Kekuasaan

Membendung Nafsu Kekuasaan Untuk Kearifan

Ada sebuah pertanyaan yang membutuhkam jawaban baik baik yang terkait maupun masyarakat umum.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Membendung Nafsu Kekuasaan Untuk Kearifan
ist
Drs.HM. Daud Rusjdi AW

Peribahasa itu adalah Makan asam garam.

Makna yang terselubung disitu berarti pengalaman, dan biasanya peribahasa ini selalu dikaitkan dengan kearifan orang tua.

Di deretan yang lain peribahasa bagi yang belum berpengalaman dikenal dengan kalimat baru setahun jagung.

Masyarakat Melayu sangat menghormati orangtua.
Bagi mereka orang tua dianggap sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru.

Orangtua memang dianggap sebagai suhu atau guru yang banyak mengetahui tentang seluk beluk kehidupan.

Biasanya kepada merekalah tempatnmengadukan segala masalah yang menyangkut hidup dan kehidupan.

Mengapa orangtua mendapat tempat yang sedemikian tinggi?.

Kalau kita kembalikan kepada peribahasa tadi, jelas karena pengalamanlah maka orangtua ditempatkan pada posisi seperti itu.

Karena pengalaman itulah, orangtua dinilai selalu arif dalam bersikap, dan santun dalam berucap.

Ada yang perlu direnungi kembali yaitu keterkaitan antara pengalaman dan kearifan.

Pengalaman tidak selalu melahirkan kearifan kepada seseorang, tetapi kearifan dapat terwujud berdasarkan pengalaman yang pernah dilalui.

Dari situ kita dapat memahami, bahwa kearifan hanya dapat dimiliki oleh orang yang berpikir dan berhati, karena dengan kedua komponen itulah ia senantiasa dapat mengambil hikmah dari pengalman-pengalamannya.

Hasilnya, dari pembelajaran itulah yang dapat menumbuhkan kearifan.

Asalkan kedua komponen ini dipenuhi maka baik tua maupun muda akan medapatkan kearifan.

Itu adalah kearifan yang selalu berharga untuk disumbangkan kepada orang lain.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved