Sidang Pembunuhan Sekeluarga

Luis Takut Lihat Asep

Meski sudah berulangkali diminta Majelis Hakim yang dipimpin oleh Ahmad Yunus SH MH di PN Palembang Senin (3/9),

Penulis: admin | Editor: Bedjo

Selain mengetahui peristiwa menyedihkan itu, Luis juga mengetahui banyak hal terkait hubungan dua orangtuanya dengan Asep. Luis, yang mengetahui ayahnya sangat menggemari mengoleksi benda-benda antik, merasa tertarik begitu Asep menawari dirinya kalung babi. Terlebih, selain antik, kalung babi itu bisa memperbanyak uang.

“Oom ini (Asep) menawari ayah kalung babi seharga Rp 200 miliar. Saya tidak tahu apakah ayah sudah memberinya uang atau belum,” kata Asep.

Selain Asep, Igun SH dan Karman SH selaku JPU juga memanggil Edi di permukaan sidang. Pria yang memperkenalkan Asep dengan Mukkong ini mengatakan kalau dirinya memang sempat dimintai tolong oleh Mukkong untuk memperkenalkan Mukkong dengan Asep. Mukkong tertarik untuk kenalan dengan Asep karena Mukkong menganggap Asep orang hebat.

“Mukkong bertemu Asep saat Asep memijat tubuh saya. Sejak saat itu, keduanya berbicara dan Mukkong tertarik untuk mengajak Asep ke rumahnya,” ujar Edi.

Mendengar Asep bisa menggandakan uang dari mulut Mukkong, Edi sempat tidak percaya. Tidak ingin Mukkong ditipu Asep, Edi mencoba mempertanyakan hal itu kepada Asep. Dan, Asep menyanggupi permintaan Mukkong.

“Dia bahkan menunjukkan kepada saya saat kulitnya tidak luka dibeset silet. Saya mulai yakin ia memang orang sakti. Sebab itu, saya mengajak dia bertemu Mukkong dan istrinya,” ujar Edi, yang memang temanan dengan Mukkong dan Asep.

Di rumah Mukkong, Edi yang diajak ke sana mengetahui Acen memberikan uang Rp 1 juta kepada Asep. Adapun total uang yang harus diberikan kepada Asep adalah senilai Rp 5 juta. Sayangnya, Edi tidak mengetahui apakah sisa uang sudah diberikan Acen atau belum.

JPU juga menghadirkan Andi, adik dari Acen, di muka sidang. Diakui Andi, ia memang sering minta diantarkan oleh Acen ke rumah Asep. Namun, ia tidak berani banyak tanya karena Acen pernah memarahinya akibat terlalu banyak tanya.

“Katanya, Asep bisa memperbanyak uang dalam waktu singkat. Hanya itu yang dikatakan Acen kepada saya. Karena ia marah, saya tidak berani nanya apa-apa lagi,” ujar Andi, yang mengantarkan pihak kepolisian ke rumah Asep saat penangkapan.

Saksi lainnya, Wi Cui selaku orangtua dari Acen, mengakui tidak kenal sama sekali dengan sosok Asep. Pasalnya, ia sangat jarang mengunjungi rumah Acen. Terlebih, ia tinggal di kawasan Kertapati, yang jaraknya cukup jauh dengan rumah Acen yang ada di kawasan 14 Ilir.

“Saya mengetahui peristiwa ini dari seorang pembeli saya. Begitu saya datangi ke rumah, peristiwa itu benar adanya,” kata Wi Cui, yang sempat ditangkap Ditreskrimsus Polda Sumsel karena kasus tahu berformalin.

Wi Cui langsung menyusul mayat anak, menantu, dan dua cucunya ke Kamar Mayat Palembang. Ia membenarkan bahwa Mukkong, Acen, dan Sherly tewas dengan luka tusuk berjumlah belasan. Sementara Ranti tewas karena terkena kobaran api.

“Kata pihak kepolisian, Ranti terbakar saat kejadian. Ia yang saat itu sedang tidur terlambat mengetahui peristiwa ini,” kata pria yang mengasuh Luis sejak tewasnya ayah, ibu, dan dua kakak perempuannya.

Sidang Asep selaku terdakwa pembunuh Mukkong dan istri beserta dua anaknya dengan agenda pemanggilan saksi masih berlanjut. Kedua JPU mengaku masih memiliki saksi yang bisa dimunculkan di muka sidang. Adapun agendanya sidang keterangan saksi berlanjut pada minggu depan. (cw6)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved