Sidang Pembunuhan Sekeluarga
Luis Takut Lihat Asep
Meski sudah berulangkali diminta Majelis Hakim yang dipimpin oleh Ahmad Yunus SH MH di PN Palembang Senin (3/9),
Penulis: admin | Editor: Bedjo
Tidak hanya itu, Luis juga tidak pernah menyebut nama Asep saat memberikan kesaksian. Dia menyebut Asep dengan sapaan Oom, dan hanya menggunakan jari telunjuknya ke arah Asep untuk memastikan bahwa pembunuh keluarganya adalah Asep.
“Sebelum kejadian, memang saya melihat Oom ini (Asep) datang ke rumah menemui papa (Mukkong alias Atet). Dia membawa kalung babi yang dikatakannya bisa memperbanyak uang,” kata Luis.
Meski terkesan takut, Luis cukup lancar memberikan kesaksian. Tidak ada tanda-tanda ia bakal meneteskan air mata selama memberikan kesaksian. Bahkan, begitu usai memberikan kesaksian, Luis bisa bercanda dan tertawa lepas dengan pihak KPID Palembang.
Diceritakan Luis, sebelum peristiwa yang melayangkan nyawa ayah, ibu, dan dua kakak perempuannya, Luis yang sedang menonton televisi di lantai dua rumahnya mendengar suara motor yang parkir di depan rumahnya. Luis mengetahui, motor itu milik Edi. Tidak lama kemudian, ia mendengar suara ketukan pintu yang langsung disambut oleh Acen, ibu dari Luis.
“Saya melihat Oom ini (Asep) datang bersama Om Edi. Bersama ibu, keduanya langsung naik ke lantai tiga rumah kami. Sementara saya dan dua kakak perempuan saya memilih masuk kamar untuk tidur,” kata Luis.
Saat melihat kedatangan Asep, Luis sempat melihat Asep membawa kalung yang disebut Asep kalung babi. Luis sempat bertanya kepada ibunya apa guna dari kalung babi itu. Dari jawaban ibunya Luis tahu bahwa kalung babi itu digunakan Asep untuk memperbanyak uang.
“Ibu tampaknya sangat percaya dengan ucapan Oom ini (Asep). Ibu pun sudah memberikan uang kepada dia (Asep) senilai Rp 1 juta. Sementara Rp 4 juta sisanya saya tidak tahu sudah diberikan ibu atau belum,” kata Luis.
Saat Luis lagi tertidur, Luis sempat terbangun ketika peristiwa menyedihkan itu datang tepat di pukul 00.00. Namun, karena masih bawaan mengantuk, Luis pun memilih untuk tidur lagi. Ia tidak tahu ayah dan ibunya sudah meregang nyawa karena ditusuk oleh Asep beberapa kali di beberapa bagian tubuh mereka.
Tidak ingin ada yang mengetahui perbuatannya, Asep berniat menghabisi seluruh isi rumah. Mulanya, ia mendatangi kamar Luis dan mendapati Luis sedang tidur.
“Oom ini (Asep) membangunkan saya dengan ucapan ‘Kalau mau pintar, ayo ikut Oom. Luis mau pintar kan?”, ujar Luis, mencoba mengulang kembali kata-kata Asep.
Karena tertarik dengan ajakan Asep, Luis menurutinya. Asep pun membimbing Luis ke kamar mandi rumah Mukkong yang ada di lantai dua. Di sana, di tengah kegelapan yang teramat sangat, Asep memukul punggung Luis dengan linggis. Belum puas, Asep selanjutnya menusuk pinggang kanan Luis dengan pisau panjang milik Mukkong.
“Dia sempat menusuk saya. Lalu, ia mengikat leher saya dengan kabel listrik yang sudah diputus saat saya sudah terjatuh. Saya sempat merasa sesak selama lima menit sebelum saya pingsan,” ujar Luis.
Mendengar ucapan Luis, sebagian penonton sidang menghela nafas dalam-dalam. Sambil menatap wajah Asep, yang memilih memejamkan matanya sejenak sesaat usai Luis mengatakan hal tersebut, penonton sidang ada yang berbisik.
“Gila, kejam sekali. Dia ini kan masih anak kecil,” begitulah bisikkan yang terdengar dari mulut sebagian penonton.
Di saat Luis nyaris pingsan, Asep masih mencoba menghujamkan pisaunya ke arah tubuh Luis. Namun, Sherly selaku kakak perempuan Luis yang paling tua, datang. Ia langsung menutupi tubuh adik bungsunya sehingga mata pisau yang dipegang Asep menancap di tubuh putih Sherly. Saat itu, Luis pingsan dan tidak mengetahui apa lagi yang terjadi selanjutnya.
“Saat saya terbangun, saya sudah ditolong oleh warga di dekat rumah. Saya sudah tahu rumah saya terbakar, namun belum tahu kejelasan nasib dari keluarga saya,” kata Luis, dengan pandangan matanya yang polos yang terus tertuju pada bola mata Majelis Hakim.