Selamat Jalan Pak Alex Noerdin-Ishak Mekki, Selamat Datang Pak Herman Deru-Mawardi Yahya

KPU Sumsel 12 Agustus 2018 lalu telah menetapkan pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya sebagai pemenang pilkada

Editor: Salman Rasyidin
SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ
Joko Siswanto 

Selamat Jalan Pak Alex Noerdin-Ishak Mekki,
Selamat Datang Pak Herman Deru-Mawardi Yahya
Oleh: Joko Siswanto
Dosen FISIP UNSRI/Rektor Universitas Taman Siswa Palembang
KPU Sumsel tanggal 12 Agustus 2018 lalu telah menetapkan pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya secara resmi dan sah sebagai pemenang pilkada gubernur Sumsel 2018.

Setelah melalui proses administratif, pasangan yang menang tersebut akan dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Jakarta konon direncanakan pada tanggal 27 September 2018.

Untuk itu, sudah sepatutnya seluruh lapisan masyarakat Sumsel bisa menerima hasil tersebut dan mengucapkan selamat atas pelantikan pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel 2018-2023.

Kontestasi pilkada sebagai salah satu kegiatan terlembaga di negara demokrasi yang memperebutkan salah satu nilai politik, yakni kekuasaan, memang berkonsekuensi terhadap kondisi relasi antar-individu dan sosial kemasyarakatan menjadi relatif terganggu karena berbeda pilihan dan dukungan.

Ketegangan dan ketidaknyamanan dalam berinteraksi yang dibumbui saling curiga dan saling menyerang melancarkan pengaruh antar-pendukung dan simpatisan, baik melalui media sosial maupun dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Tak pelak telah menimbulkan luka di perasaan dan sakit di hati, sudah seharusnya ikut ditutup dan diakhiri.

Semua bentuk "permusuhan" harus dipungkasi yang dilandasi sikap kedewasaan berdemokrasi seiring dengan dibukanya lembaran baru dengan dilantiknya pasangan gubernur baru.

Pihak yang belum beruntung (kalah) baik parpol, pasangan calon, pendukung, simpatisan dan pemilih harus mau dan mampu menerima kekalahan secara ksatria.

Pihak yang kalah harus menyadari sekaligus berkaca diri akan kelemahan dan kekurangannya ketika berkontestasi sehingga kalah.

Kekalahan adalah keniscayaan dan resiko dari suatu kontestasi yang harus diterima dengan lapang dada dan berjiwa besar.

Jauhkan sikap politik yang berkesan "mbalelo" kepada gubernur/wakil gubernur terpilih.

Kendati terasa berat, dendam politik dan permusuhan pribadi harus dikubur dalam-dalam, dan sebaliknya harus berani dan berkemauan untuk merajut kembali jalinan persahabatan politik dan pribadi demi kepentingan bersama, kepentingan rakyat Sumsel, kepentingan bangsa, daerah dan NKRI.

Bagi pihak yang menang pun harus menyadari dan memahami bahwa kemenangan bukanlah puncak eforia kebahagiaan dan akhir dari perjuangan.

Akan tetapi, justru sebagai pintu pembuka untuk membuktikan bahwa kemenangan itu adalah modal perjuangan lima tahun ke depan yang harus ditunjukkan kepada masyarakat Sumsel bahwa janji-janjinya mampu diwujudkan.

Jika hal tersebut terbukti maka kemenangan itu pantas untuk disandangnya.

Halaman
1234
Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved