Hari Pahlawan

Naik Kursi Roda, Sinta Nuriyah Wahid Wakili Gus Dur Terima Gelar Pahlawan Nasional dari Presiden RI

Pemberian gelar pahlawan nasional untuk Gus Dur ini lantas diwakili oleh istrinya, Sinta Nuriyah Wahid dan putrinya Yenny Wahid.

Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Odi Aria
TribunMuria.com/Saiful Masum
SOSOK SINTA WAHID - Sinta Nuriyah Wahid, istri Presiden keempat Abdurrahman Wahid. SOSOK Sinta Nuriyah Wahid, Didampingi Yenny Wahid Hadiri Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Gusdur 

SRIPOKU.COM - Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi salah satu peraih gelar Pahlawan Nasional yang diberikan Presiden Prabowo tepat di Hari Pahlawan 10 November 2025.

Pemberian gelar pahlawan nasional untuk Gus Dur ini lantas diwakili oleh istrinya, Sinta Nuriyah Wahid dan putrinya Yenny Wahid.

Berikut ini sosok Sinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur yang menjadi 100 orang paling berpengaruh versi TME.

Sinta Wahid
Sinta Wahid (Tribunnews)

Baca juga: PROFIL Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Dikenal Bapak Pluralisme

Sosok Sinta Nuriyah Wahid

Sinta Nuriyah Wahid lahir pada 8 Maret 1948 merupakan istri Presiden keempat Gus Dur.

Ia menjadi Ibu Negara Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga tahun 2001.

Ia merupakan putri dari Abdussyakur dan Siti Anisah Syakur.

Sinta jatuh cinta pada Gus Dur saat usianya 13 tahun.

Saat itu Gus Dur menjadi gurunya di pesantren.

Karena bapaknya, seorang penulis kaligrafi profesional, enggan menyetujui pernikahan mereka, Wahid pergi menuntut ilmu di luar negeri.

Ketika Wahid melamar untuk kedua kalinya dari Baghdad, Sinta menerima dan menikahinya tiga tahun sebelum Wahid pulang ke Indonesia. Kakek Wahid, Bisri Syansuri, menjadi pengganti mempelai pria dalam upacara pernikahan mereka.

Setelah Wahid pulang tahun 1971, barulah mereka meresmikan pernikahan secara hukum negara.

Dari pernikahannya dengan Gus Dur, Sinta memiliki empat orang anak. Yenny Wahid, Inayah Wahid, Anita Hayatunnufus, Alissa Qotrunnada.

Pada 14 Maret 1993, Sinta menjadi korban kecelakaan mobil yang melumpuhkan separuh tubuhnya.

Ia menjalani terapi fisik selama satu tahun agar dapat menggerakkan lengannya.

Namun sejak saat itu, ia harus beraktivitas menggunakan kursi roda.

Sinta mengenyam pendidikan S1 di bidang hukum syariah dari IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ia kemudian melanjutkan S2 di bidang kajian wanita di Universitas Indonesia. 

Ia meraih gelar Magister Humaniora pada 1998 dengan judul tesis "Perkawinan Usia Muda dan Kesehatan Reproduksi: Studi Kasus di Kecamatan Sekar Arum, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah".

Sejak suaminya dimakzulkan, Sinta menjadi aktivis pendukung Islam moderat. Ia memulai tradisi buka puasa lintas agama pada bulan Ramadan.

Ia masuk dalam daftar 100 Orang Paling Berpengaruh versi TIME pada tahun 2018.

Ia menerima gelar Doktor kehormatan dalam bidang sosiologi agama dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 18 Desember 2019.

Pada tahun 2001 Sinta mendirikan Yayasan Puan Amal Hayati, dengan tujuan agar bisa lebih efektif dalam berjuang membela hak dan membebaskan kaum perempuan dari belenggu ketertindasan dan keterbelakangan.

Terima gelar Pahlawan Gus Dur

Gus Dur resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional di bidang politik dan pendidikan Islam oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, Senin, 10 November 2025.

Tampak Sinta duduk di kursi roda dengan dimampingi putrinya, Yenny Wahid berdiri di samping pigura bergambar Gus Dur. 

"Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid dari Provinsi Jawa Timur; Tokoh dari Provinsi Jawa Timur. Pahlawan dalam bidang perjuangan politik dan pendidikan Islam. K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia," bunyi Keppres tersebut. 

Gus Dur dikenal luas sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) yang membawa organisasi itu ke arah modernisasi pemikiran. 

Ia juga pendiri Forum Demokrasi, wadah yang memperjuangkan kebebasan sipil di era menjelang Reformasi.

Sebagai Presiden RI ke-4, Gus Dur menjadi simbol pluralisme, toleransi, dan pembela kelompok minoritas, serta dikenal karena sikap-sikap politiknya yang berani dan humanis. 

Di bidang pendidikan Islam, ia mendorong integrasi nilai keislaman dengan modernitas dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved