LIPSUS

'Apapun Sampahnya Kami Angkut', Tekad Petugas Kebersihan Kota Palembang

Tiga sosok pria justru baru memulai "ronde kedua" pertarungan mereka dalam bau menyengat sampah disekitarnya.

Editor: Yandi Triansyah

Ringkasan Berita:
  • Produksi sampah mencapai 1.220 ton per hari di Kota Palembang.
  • Penuntasan masalah sampah menjadi bagian dari program unggulan "Palembang Gercep" atau Gerak cepat untuk penanganan masalah persampahan di Kota Palembang
  • Implementasi program "Gercep" terlihat dalam tindakan cepat, dengan melakukan penyediaan bank sampah hingga normalisasi saluran air yang tersumbat sampah plastik, dan melakukan penertiban hingga penindakan
 

 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Rona jingga di langit mulai memudar berganti pekatnya malam. Saat itu sebagian besar warga Palembang sudah bersiap merebahkan diri di rumah.

Namun, suasana berbeda terjadi di Depo Sampah Sementara (TPS) Silaberanti, Jalan Jenderal A. Yani, Kamis (20/11/2025) sore.

Tiga sosok pria justru baru memulai "ronde kedua" pertarungan mereka dalam bau menyengat sampah disekitarnya. Salah satu pria itu adalah adalah Deddy Bambang (42).

Dengan perlengkapan sarung tangan karet dan sepatu boot, warga kawasan Musi 2 ini menjadi salah seorang dari banyak sosok garda terdepan kebersihan Kota Palembang.

Baca juga: Proyek PSEL Palembang Capai 66,6 Persen, Sampah Harian yang Capai 1.240 Ton Siap Diolah Jadi Energi

Tubuhnya yang kekar hasil tempaan rutin mengangkat berton-ton limbah ke atas truk—menjadi saksi bisu betapa kerasnya profesi yang ia jalani selama empat tahun terakhir.

Bagi Deddy dan timnya, moto kerja mereka sederhana namun tegas: “Belum pulang sebelum sampah semua terangkut.”

Tanggung jawab di TPS Silaberanti memang tidak main-main. Dalam sehari, tim ini wajib mengangkut sampah dalam dua kali ritase (putaran).

Sekali angkut, truk bisa memuat hingga 3 ton sampah. Artinya, total 6 ton sampah harus mereka pindahkan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) setiap harinya.

“Alhamdulillah, dikatakan cukup ya cukup, dikatakan tidak ya juga tidak. Kita syukuri saja,” ujar Deddy tersenyum simpul saat disinggung soal upah Rp 100.000 per hari yang diterimanya setiap Jumat.

Deddy menceritakan, sembari mengangkut mereka juga menyortir sampah-sampah yang masih bisa dimanfaatkan dan menghasilkan pundi rupiah.

Seperti kertas kardus dan plastik, mereka pilih dan dikumpulkan kemudian dijual di penampungan akhirnya menghasilkan rupiah dan mereka berbagi rezeki sesame kelompok mereka sendiri.

“Alhamdulillah bisa terkumpul kami dapat rezeki Rp50 ribu hingga 70 ribu per orang. Sopir juga kami bagi,” kata Deddy disertai senyuman.

Pantauan di lapangan pada Jumat (21/11/2025), gunungan sampah dalam kantong kresek dan karung plastik tampak memadati TPS. Menurut Deddy, volume ini masih tergolong wajar.

“Ini masih terbilang sedikit, pernah lebih dari ini. Kami tidak akan pulang sebelum bersih. Telat sedikit saja diangkut, sudah pasti menggunung,” jelasnya sembari menyeka keringat.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved