TJSL Pertamina Patra Niaga, Menyulap Jeritan Kemarau Menjadi Senandung Kemakmuran di Dusun Lima

Selama puluhan tahun, para petani di Desa Pulau Semambu hidup dalam kerentanan ekonomi yang akut.

Penulis: Syahrul Hidayat | Editor: Welly Hadinata
Sripoku.com/Syahrul Hidayat
PANEN SEBULAN SEKALI -- Sungkono (60) bersama istri, Yatinah (60) memanen kangkung di lahan kelompok taninya di Dusun Lima, Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Sabtu (4/10/2025). Berkat sistem pengairan yang lancar dan stabil, menggerakkan Spider Web Irrigation System (SWIS), sebuah teknologi irigasi inovatif, kualitas kangkung atau bayam yang dihasilkan pun menjadi lebih baik, jadi andalan petani di lokasi itu karena bisa dipanen setiap bulan. S 

SRIPOKU.COM - Di balik terik matahari Ogan Ilir, Sumatera Selatan, terhampar bukan lagi cerita tentang keputusasaan, melainkan sebuah epik transformasi yang diukir oleh secercah energi terbarukan.

Inilah kisah Desa Pulau Semambu, tempat di mana lahan gersang seluas 117 hektare di Dusun Lima, yang dulunya merupakan medan perjuangan 130 petani melawan alam, kini menjadi kanvas bagi kehidupan baru.

Selama puluhan tahun, para petani di Desa Pulau Semambu hidup dalam kerentanan ekonomi yang akut.

Pertanian, yang seharusnya menjadi penopang, justru adalah pertaruhan tanpa jaminan. Tantangan utama mereka bukanlah cangkul atau pupuk, melainkan air.

Diceritakan oleh Agus Warsito (50),  Ketua Kelompok Tani Tunggal Makmur, untuk mengairi lahan, mereka harus menyedot air dari rawa yang berjarak sekitar 300 meter.

Proses ini bukan saja melelahkan, tetapi juga mahal setiap hari, modal harus dikeluarkan untuk membeli 2 liter bensin sebagai bahan bakar pompa. 

Ironisnya, semua usaha keras itu akan sia-sia saat musim kemarau tiba. Seluruh sumber air mengering, menghentikan total aktivitas pertanian, dan membuat para petani hanya bisa pasrah melihat kebun sayur mereka mengering.

Setiap tetes air terasa mahal, dan masa panen pun tak terjamin. Mereka diperbudak oleh keterbatasan alam.

Titik balik datang pada tahun 2022. Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)/CSR Sinergi Semambu, melihat masalah ini bukan sebagai kendala, tetapi sebagai peluang untuk mewujudkan kehidupan baru.

Program ini bertujuan mengatasi masalah sosial, lingkungan (termasuk karhutla), dan ekonomi masyarakat desa.

Langkah awalnya adalah revolusioner: mengganti bensin dengan matahari.

Pada tahun 2023, instalasi panel surya berukuran 3x6 meter yang menghasilkan 6.000 watt listrik dipasang. Instalasi ini bukan sekadar alat, melainkan sebuah solusi holistik yang secara harfiah mengubah kekeringan menjadi kemakmuran.

"Dulu ketika kemarau, kami hanya bisa pasrah... Sekarang, musim kemarau bukan lagi momok. Hasil panen kami bahkan tidak berbeda dengan musim hujan,” ujar Agus saat ditemui di kebun sayur milik Sungkono, Sabtu (4/10/2025).

Listrik dari panel surya ini kemudian dimanfaatkan untuk menggerakkan Spider Web Irrigation System (SWIS), sebuah teknologi irigasi inovatif.

Tenaga surya kini mengoperasikan pompa penyedot air secara gratis dan berkelanjutan dari sumur bor sedalam 80 meter. Air ditampung dalam tangki besar, lalu disalurkan secara efisien melalui delapan alat penyemprot air otomatis yang tersebar di lahan.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved