Mimbar Jumat

Refleksi Ruhani di Bulan Merdeka, Memaknai Kebebasan Jiwa saat Tidur

Tidur bukan sekadar peristirahatan fisik, melainkan juga sebuah fase spiritual yang menyerupai kematian dan bernilai ibadah jika sesuai sunnah.

Editor: tarso romli
handout
Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag-Guru Besar Ilmu Hadis UIN Raden Fatah Palembang 

Tidur termasuk di dalamnya. Bahkan, tidur seorang mukmin bisa lebih bernilai daripada begadang seorang fasik. Ungkapan ini bukanlah hadis Rasul secara langsung bukan pula teks ayat al Qur’an, namun merupakan hikmah sarat makna yang disarikan oleh para ulama dari beragam sumber syariat Islam.  

Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din menyatakan: "Boleh jadi tidur dan makan seseorang lebih utama daripada shalat dan puasa orang lain, karena niatnya.” Demikian pula Imam Ibn Qayyim menyebut: "Amal kecil bisa menjadi besar karena niat, dan amal besar bisa menjadi kecil karena niat."

Ini menegaskan bahwa nilai amal bukan pada aktivitasnya semata, melainkan pada orientasi batiniah pelakunya. Nilai suatu amal tidak diukur hanya dari bentuk lahiriahnya, melainkan dari niat, tujuan, dan dampaknya terhadap ketakwaan dan kemaslahatan.

Jika seorang tidur dengan niat mengistirahatkan tubuh agar bisa lebih kuat beribadah, maka tidurnya dicatat sebagai pahala. Jika tidur dilakukan dengan dzikir, taubat, dan niat memperbaiki diri, maka tidur itu menjadi cahaya di malam hari.

Tidak ada yang tahu apakah malamnya akan berlanjut ke pagi. Tidak ada pula yang tahu apakah tidur ini adalah yang terakhir. Maka jangan tidur dalam keadaan berdosa. Jangan tidur tanpa mengingat Allah dan jangan bangun tanpa bersyukur.

Dalam tidur, belajar melepaskan. Dalam bangun, belajar bersyukur. Dan dalam kematian, manusia akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan segalanya. Maka, jadikan tidur sebagai ibadah yang mendidik jiwa agar siap menghadapi tidur yang tak akan terbangun lagi. Karena pada akhirnya, kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari kelalaian. Dan tidur yang benar adalah tidur yang membebaskan ruh dari kelalaian, untuk kembali kepada-Nya dengan penuh kesadaran. (*)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved