Jejak Try Sutrisno di OI, Bangun Jembatan Gantung di Desa Ulak Kerbau Lama Ini Kondisinya Sekarang

Bukti jejak sejarah Try Sutrisno di Ogan Ilir, bangun jembatan gantung di Desa Ulak Kerbau Lama ini penampakannya sekarang

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: adi kurniawan
Agung Dwipayana
JEMBATAN GANTUNG - Seorang warga menunjukkan tiang menara jembatan gantung di Desa Ulak Kerbau Lama, Minggu (27/4/2025) petang. Jembatan tersebut diresmikan tahun 1981 oleh Brigjen Try Sutrisno yang ketika itu menjabat Pangdam IV/Sriwijaya. 

SRIPOKU.COM, OGAN ILIR - Di tengah perbincangan publik mengenai sosok Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, terungkap sebuah warisan bersejarah yang ditinggalkannya bagi masyarakat Desa Ulak Kerbau Lama, Kecamatan Tanjung Raja, Ogan Ilir.

Warisan tersebut berupa jembatan gantung yang dibangun melalui program ABRI Masuk Desa pada awal tahun 1980-an.

Kisah pembangunan jembatan gantung ini diceritakan oleh Ruslan (67), seorang warga yang tinggal di dekat lokasi jembatan.

Menurutnya, jembatan gantung tersebut dibangun untuk mempermudah akses warga Desa Ulak Kerbau Lama yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

"Sekitar awal tahun 1980-an, jembatan gantung dibangun di Desa Ulak Kerbau Lama untuk mempermudah akses warga yang bekerja sebagai petani," ungkap Ruslan, Minggu (27/4/2025).

Pemilihan Desa Ulak Kerbau Lama sebagai lokasi pembangunan bukan tanpa alasan.

Desa ini dipilih sebagai bentuk penghormatan atas jasa para pejuang kemerdekaan asal desa tersebut, yaitu H. Khatib Tohir dan H. Muhammad Nur, yang merupakan anggota tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA) pada masa penjajahan Jepang.

"Dibangunlah jembatan gantung hingga selesai tahun 1981. Saya menyaksikan sendiri proses pembangunannya hingga diresmikan Jenderal Try Sutrisno, waktu itu umur saya 23 tahun," kenang Ruslan.

Saat itu, Try Sutrisno menjabat sebagai Pangdam IV/Sriwijaya (kini Kodam II/Sriwijaya) dengan pangkat Brigadir Jenderal.

Melalui program ABRI Masuk Desa, dibangunlah jembatan sepanjang 80 meter dengan lebar dua meter dan dua tiang menara setinggi 15 meter.

Keberadaan jembatan gantung ini disambut antusias oleh warga sebagai penunjang aktivitas ekonomi desa.

Namun, perawatan jembatan yang kurang maksimal menyebabkan kerusakan seiring berjalannya waktu.

"Setelah jembatan rusak, baru ada perbaikan. Seingat saya tahun 1989, 1993 dan satunya lagi lupa, mungkin di atas tahun 2000-an," tutur Ruslan.

Jembatan peninggalan Try Sutrisno akhirnya mengalami kerusakan parah pada tahun 2021.

Kini, di dekat sisa-sisa jembatan gantung berupa kerangka dan tiang menara, telah dibangun jembatan cor beton.

Ruslan meyakini bahwa jembatan gantung tersebut sebenarnya masih dapat diperbaiki secara menyeluruh karena pondasi tiang menara yang sangat kokoh.

"Dulu yang bangun jembatan ini ABRI dan tidak korupsi seperti sekarang. Material baja dan kayu dulu itu benar-benar kualitas terbaik," pungkas Ruslan, mengenang warisan bersejarah dari Try Sutrisno di tanah kelahirannya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved