Mata Lokal Desa
Menelusuri Jejak Leluhur di Sungai Komering, Kisah Kekayaan Budaya yang Terjalin dengan Lampung
Di balik hamparan kekayaan alam Sumatera Selatan, tersembunyi mozaik keragaman suku yang memperkaya identitas provinsi ini.
Penulis: Choirul OKUT | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, MARTAPURA - Di balik hamparan kekayaan alam Sumatera Selatan, tersembunyi mozaik keragaman suku yang memperkaya identitas provinsi ini.
Salah satu permata dalam mozaik tersebut adalah suku Komering, masyarakat asli yang mendiami subur wilayah di sepanjang aliran Sungai Komering, membentang dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, hingga Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Fahmi, seorang tokoh pemuda Komering dari Desa Pulau Negara, Kecamatan BP Peliung, dengan antusias berbagi tentang akar sejarah suku Komering yang panjang dan penuh liku.
Menurut penelusurannya melalui berbagai literatur, nama "Komering" mulai dikenal luas pada masa penjajahan Belanda.
Kala itu, bangsa penjajah menyebutnya sebagai "Kemering," sebuah nama yang dalam cerita rakyat setempat diasosiasikan dengan makhluk sakti menyerupai harimau jadi-jadian.
"Jika melihat di beberapa artikel yang sering saya baca, nama Komering sendiri mulai dikenal luas pada masa kolonial Belanda. Kala itu, Belanda menyebutnya sebagai Kemering, yang dalam cerita rakyat diartikan sebagai makhluk sakti menyerupai harimau jadi-jadian," ungkap Fahmi, Selasa (15/04/2025).
Lebih lanjut, ia menyampaikan adanya pendapat lain yang meyakini bahwa nama Komering berasal dari istilah geografis, yakni "Way Komering" yang berarti Sungai Komering itu sendiri.
Sungai yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat setempat ini diyakini memiliki peran sentral dalam pembentukan identitas suku.
Salah satu titik krusial dalam sejarah Komering terletak di pertemuan Sungai Saka dan Selabung di wilayah Muara Dua. Lokasi ini diyakini menjadi salah satu pusat perkembangan awal masyarakat Komering.
Menariknya, dalam aspek dialektika bahasa dan adat, suku Komering menunjukkan kemiripan yang signifikan dengan suku Lampung.
Kesamaan ini memperkuat dugaan kuat bahwa suku Komering pada masa lampau kemungkinan besar merupakan bagian dari rumpun besar suku Lampung.
"Selain bahasa, keterkaitan ini juga didukung oleh kondisi geografis dan sistem transportasi masyarakat zaman dahulu. Sebelum infrastruktur modern berkembang, sungai menjadi satu-satunya jalur utama bagi masyarakat dalam beraktivitas, berdagang, dan berpindah tempat," beber Fahmi.
Fakta bahwa hulu dari sungai-sungai besar di Sumatera Selatan, termasuk Sungai Komering, bermuara dari wilayah Lampung semakin menguatkan teori migrasi leluhur masyarakat Komering dari tanah Lampung.
Mereka kemudian menyebar dan menetap di sepanjang tepian Sungai Komering, hingga akhirnya berkembang menjadi kelompok masyarakat yang kini dikenal sebagai suku Komering.
Meskipun secara administratif Komering termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan, ikatan budaya, bahasa, dan adat antara suku Komering dan masyarakat Lampung tetap terasa kental.
Melihat Napal Jaringan Desa Singapura OKU, Wahana Seluncuran Alami di Sungai Ogan Digemari Anak-anak |
![]() |
---|
Desa Remayu, Jejak Perdagangan Kuno di Tengah Harta Karun Pecahan Keramik Belanda dan Cina |
![]() |
---|
Ruwatan Bumi di Karang Binangun Sumsel : Doa, Budaya, dan Bisikan Leluhur di Tengah Deru Zaman |
![]() |
---|
Inovasi Desa Talang Lubuk Banyuasin, Ubah Buah Nipah Jadi Tepung Bernilai Ekonomis Tinggi |
![]() |
---|
ASAL Usul dan Legenda Desa Semangus di Musi Rawas Sumsel, Berasal dari Ikan Sema yang Hangus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.