Mimbar Jumat

Kisah Sulaiman dan Makan Gratis

Dalam sebuah riwayat Nabiyullah Sulaiman pernah bermaksud menanggung makan seluruh makhluk yang berada di bawah kekuasaannya.

Editor: tarso romli
SRIPOKU.COM/Istimewa
Abdurrahmansyah: Guru Besar pada Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang 

SYAHDAN dalam sebuah riwayat Nabiyullah Sulaiman pernah bermaksud menanggung makan seluruh makhluk yang berada di bawah kekuasaannya. Kisah ini termaktub dalam kitab Durrotun Naashihiin Fii Al-Wa'izhin Wa Al-Irsyad karya Syekh 'Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khowbawiy.

Nabi Sulaiman dikenal sebagai nabi yang dianugerahi kewibawaan, marwah, power, dan menguasai sumber daya yang terdiri dari personil manusia, jin, dan binatang, termasuk kekayaan alam melimpah.  

Dengan power yang dimilikinya Nabi Sulaiman sanggup menanggung makan seluruh manusia di wilayah kekuasannya. Setiap hari dapur kerajaan Nabi Sulaiman memasak daging dari 4.000 ekor unta, 5.000 ekor sapi, dan 6.000 ekor kambing untuk dibagikan kepada rakyat dan anggota kerajaan.

Pada suatu hari, setelah merasa sukses memberi makan seluruh rakyat dan anggota kerajaan, Sulaiman bermaksud meningkatkan scope kebijakan dengan memberi makan seluruh makhluk. Aksi Sulaiman ini didorong oleh sifat Nabi Sulaiman yang sangat pemurah.

Nabi Sulaiman memohon kepada Allah SWT untuk mengizinkan memberi makan semua makhluk hidup di muka bumi. Ternyata Allah SWT mengabulkan do’a Nabi Sulaiman dan sembari Allah SWT menjawab: “Sungguh engkau (Nabi Sulaiman) tidak akan mampu”.

Berbekal fakta kebesaran kekuasaan yang dimiliki, Nabi Sulaiman mulai melaksanakan programnya. Sebagai pelaksana program ini dikerahkan satuan tugas yang terdiri atas armada jin dan manusia.

Untuk menghidangkan makanan saja Nabi Sulaiman membutuhkan tempat yang sangat luas di mana panjang dan lebar meja hidangannya setara dengan satu bulan perjalanan. Setelah semua hidangan siap, Allah SWT bertanya kepada Nabi Sulaiman,

 "Makhluk manakah yang akan memulai (memakan hidangan yang kamu sediakan)?" Nabi Sulaiman menjawab, "Mereka yang ada di darat dan di laut."

Kemudian dengan kekuasan-Nya, Allah memerintahkan satu makhluk besar dari golongan ikan untuk pertama kali menyantap makanan yang disajikan. Alangkah terkejutnya Nabi Sulaiman ketika melihat satu ikan besar melahap semua hidangan yang sudah disediakannya. Ikan itu kemudian berkata:

"Hai Sulaiman, kenyangkanlah perutku, kini aku masih merasa lapar”. 

Seketika itu pula, Nabi Sulaiman tersungkur lunglai bersujud sambil menangis dan memohon ampunan Allah SWT karena telah menyelinap di hatinya perasaan sombong dan merasa mampu memberi makan semua makhluk hidup.

Tulisan ini tidak bermaksud membandingkan pigur pemerintah dengan sosok Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam, karena memang tidak patut dibandingkan. Namun isu mengenai adanya kesamaan perasaan kasih, sayang dan bertanggungjawab seorang pemimpin terhadap kalangan yang dipimpinnya agaknya penting dikontekstualisasikan.

Program Makan Bergizi Gratis: Sebuah Keangkuhan?

Kisah “kesombongan” Nabi Sulaiman di atas sungguh menjadi pelajaran penting bagi kita semua betapa niat baik yang tulus sekalipun jika dilakukan dengan tanpa perhitungan yang matang dengan tidak mempertimbangkan kukuatan dan kelemahan secara komprehensif akan berdampak buruk dan gagalnya sebuah program.

Saat ini rakyat Indonesia sedang ditunjukkan oleh niat baik pemerintah untuk membantu masyarakat sebagai realisasi janji kampanye politik dalam bentuk program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi anak-anak sekolah di seluruh Indonesia yang membutuhkan anggaran sangat besar mencapai triliyunan rupiah.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved