Opini
Ekspor Sumsel dalam Bayang-Bayang Trump 2.0
Bagi Sumatera Selatan, lumbung ekspor batubara, karet, Kelapa sawit dan kopi, kebijakan proteksionis AS adalah tantangan sekaligus peluang berbenah.
Proteksionisme modern tak hanya menghadirkan tarif tinggi, tetapi juga hambatan non-tarif seperti standar lingkungan dan sosial yang ketat. Kebijakan ini berpotensi memperumit ekspor andalan Sumsel—batubara, kelapa sawit, dan kayu—yang kerap terimbas isu lingkungan.
Tantangan proteksionisme tak hanya soal standar ketat. Ketergantungan pada ekspor komoditas primer membuat negara berkembang rentan terhadap kebijakan negara besar. Di Sumsel, 56,43 % ekspor selama Januari–Oktober 2024 ditujukan ke tiga pasar utama—Tiongkok, India, dan Korea Selatan. Ketergantungan ini berisiko; setiap perlambatan ekonomi atau perubahan kebijakan di negara-negara tersebut dapat langsung menekan permintaan ekspor. Lebih jauh, ekspor Sumsel ke AS, pasar terbesar kelima, menyumbang 5,56?ri total ekspor pada periode yang sama. Jika proteksionisme ketat AS kembali diterapkan, dampaknya tentu akan signifikan.
Ekonom Paul Krugman, memperingatkan bahwa proteksionisme dan perang dagang tidak hanya mengganggu keseimbangan ekonomi global, tetapi juga menciptakan ketidakpastian, dan memperlambat pertumbuhan—terutama di negara berkembang. Bagi Sumsel, ketidakpastian ini bisa memperburuk situasi, terutama mengingat penurunan ekspor kumulatif yang berlangsung sepanjang tahun.
Peluang Diversifikasi Pasar dan Hilirisasi Produk
Menghadapi ancaman proteksionisme, Sumatera Selatan harus mengurangi ketergantungan pada pasar besar dengan memperluas ekspor ke wilayah baru seperti Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Diversifikasi ini penting untuk mengurangi risiko dan menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang.
Namun, diversifikasi saja tidak cukup. Sumsel perlu mengadopsi hilirisasi dengan mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah, seperti oleokimia dari kelapa sawit atau ban dari karet. Langkah ini akan meningkatkan nilai ekonomi sekaligus daya saing Sumsel di pasar global.
Pentingnya Sertifikasi dan Standar Keberlanjutan
Di tengah meningkatnya kesadaran global akan isu lingkungan, penerapan standar internasional dan praktik keberlanjutan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Jeffrey Sachs, pakar ekonomi pembangunan berkelanjutan, menekankan, agar tetap kompetitif di pasar global, setiap daerah atau negara harus mengadopsi standar keberlanjutan. Di negara-negara maju, standar lingkungan dan sosial sudah menjadi syarat utama untuk produk impor.
Untuk itu, adopsi sertifikasi seperti RSPO untuk kelapa sawit dan standar ISO untuk produk lainnya menjadi sangat penting. Sertifikasi ini tidak hanya akan membantu memenuhi persyaratan pasar internasional, tetapi juga meningkatkan daya saing dan reputasi produk Sumsel di mata konsumen global. Memang, penerapan standar ini membutuhkan investasi tambahan, seperti teknologi ramah lingkungan dan pelatihan tenaga kerja. Namun, manfaatnya dalam jangka panjang akan signifikan — sertifikasi keberlanjutan tidak hanya membantu menjaga akses pasar internasional tetapi juga meningkatkan citra dan daya saing produk Sumsel.
Memperkuat Diplomasi dan Kerja Sama Internasional
Selain itu, menyeimbangkan keterbukaan global dengan kedaulatan nasional juga menjadi langkah penting. Bagi Sumatera Selatan, ini berarti memperkuat diplomasi ekonomi untuk menjalin kemitraan perdagangan yang kokoh sekaligus melindungi kepentingan domestik. Kerja sama dengan ASEAN (23,24?ri ekspor Sumsel) dan Uni Eropa (3,11 % ) selama Januari–Oktober 2024 berpotensi memperluas pasar dan memperkuat posisi dagang.
Selain perjanjian perdagangan, Sumsel dapat memanfaatkan forum internasional dan pameran dagang untuk mempromosikan produk unggulan. Partisipasi aktif dalam acara ini tidak hanya membuka peluang kemitraan baru dan menarik investasi asing, tetapi juga membantu mendiversifikasi pasar ekspor, mengurangi ketergantungan pada beberapa negara utama.
Masa Depan Ekonomi Sumsel di Era Trump 2.0
Potensi kembalinya Proteksionisme di Era Trump 2.0 tidak perlu membuat gentar. Justru, ini bisa menjadi momentum untuk memperkuat fondasi ekonomi melalui diversifikasi pasar, hilirisasi produk, dan adopsi standar keberlanjutan serta penguatan diplomasi internasional.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, Sumsel bisa membangun ekonomi yang lebih tangguh dan siap menghadapi perubahan kebijakan global. Seperti kata Drucker, “Cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya.” (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.