Opini
Mimbar Jumat: Guru Sebagai Pewaris Nabi
Dalam pandangan Islam, kedudukan guru menempati posisi yang sangat penting sebagai penunjuk jalan dalam menuntut ilmu
Guru Sebagai Pewaris Nabi
Oleh: Dr. Fitri Oviyanti, M.Ag
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Kedudukan Guru dalam Islam
SRIPOKU.COM -- Guru merupakan profesi yang mulia, dihormati dan disegani. Dalam pandangan Islam, kedudukan guru menempati posisi yang sangat penting sebagai penunjuk jalan dalam menuntut ilmu.
Pendidikan tanpa guru bukan hanya tidak bisa dilaksanakan, tetapi bahkan bisa menjadi menyesatkan.
Dikutip dari buku Ilmu Pendidikan Perspektif Islam karya Mohammad Kosim, dalam tradisi tasawuf dinyatakan bahwa orang yang belajar tanpa guru, maka gurunya ialah setan.
Statemen ini tampak menyeramkan, tetapi ini menunjukkan bahwa betapa guru memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting, terutama apabila berhubungan dengan pendidikan akidah dan agama.
Dalam surah Ali Imran ayat 164, Allah SWT menegaskan tugas para rasul.
Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah.

Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS.Alimron: 164).
Dalam ayat tersebut setidaknya ada tiga tugas pokok seorang rasul yang bisa dijadikan pegangan oleh setiap guru, yaitu membacakan ayat-ayat Allah (at-tilawah); membersihkan jiwa (at-tazkiyah); dan mengajarkan Alquran (al-kitab) dan sunah (al-hikmah).
Tugas ini selaras dengan amanah Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Kedudukan guru dalam Islam lebih dari sekadar pendidik. Guru adalah orang yang berilmu atau disebut juga ulama.
Ulama atau guru dikatakan sebagai pewaris para nabi (waratsat al-anbiya') yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan Allah SWT kepada para peserta didiknya. Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah riwayat hadits:
أَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا. إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ. فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِخَطٍ وَافِرٍ. رواه ابن ماجه
Artinya: "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya, para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, ia telah mendapat bagian yang banyak." (HR Ibnu Majah)
Hadits Riwayat Ibnu Majah tersebut menegaskan bahwa ulama atau guru merupakan pewaris para nabi. Muhammad Nafi mengemukakan pada buku Pendidik dalam Konsepsi Imam Al-Ghazali, bahwa guru merupakan spiritual father bagi seorang murid yang memberinya santapan jiwa serta rohani melalui ilmu dan pendidikan akhlak.
Pendidik (Guru) dalam ajaran agama Islam kedudukannya sangat dihargai. Sabda Rasulullah SAW: “Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada.” (H.R. Abu Daud & Tirmidzi). Sabda Rasul ini semakin menggambarkan betapa tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik).
Hal ini beralasan karena dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah SWT.
Amanah dan Tanggung Jawab Guru
Seorang guru dipandang mulia karena berilmu pengetahuan dan sangat dihargai kedudukannya dalam Islam. Seorang guru juga memiliki derajat yang tinggi, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat nantinya.
Derajat kedudukan guru dalam pandangan Islam diterangkan dalam Al-Qur'an, salah satunya termaktub dalam surah Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Sosok guru menurut Islam akan mendapatkan pahala yang terus mengalir selagi ilmu yang ia berikan senantiasa dimanfaatkan oleh murid-muridnya. Sebab, ilmu yang bermanfaat termasuk amalan yang tidak terputus pahalanya.
Mengutip dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Tingginya kedudukan guru dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT.
Sebagaimana pengakuan malaikat kepada Allah yang diabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 32:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَأَعِلْمَ لَنا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الحَكِيمُ
Artinya: "Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana."
Jika direnungkan, sebenarnya tugas yang diemban oleh seorang guru hampir sama dengan seorang rasul utusan Allah SWT.
Guru memiliki peran dan tanggung jawab dalam menyampaikan ilmu dan mengajarkan kebenaran kepada muridnya. Tugas ini harus dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan penuh tanggung jawab.
Guru sebagai Teladan
Manusia merupakan makhluk peniru. Teori pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa peniruan yang dilakukan oleh manusia dengan cara mencontoh orang lain.
Peniruan terhadap contoh/teladan akan menghasilkan penguatan (Slavin, 2011). Dalam hal ini, guru sangat dibutuhkan sebagai salah satu sumber teladan bagi siswa.
Keteladanan dari guru akan lebih menguatkan perilaku siswa dari pada hanya nasihat-nasihat dari guru. Memberi keteladanan kepada siswa merupakan salah satu strategi guru untuk menanamkan pendidikan karakter.
Pemilihan strategi ini penting dikarenakan keberhasilan guru dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengetahui srategi yang baik dan sesuai (Kurniasih, 2017).
Sebagai pewaris nabi, guru tentu saja diharapkan tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga guru harus mampu menjadi role model yang baik bagi peserta didiknya, yang dapat di contoh dan diidolakan.
Seorang guru harus menjadi orang pertama yang mengetahui dan memperaktekkan nilai-nilai baik sebelum ia ajarkan kepada siswanya.
Menjadi teladan bagi peserta didik juga merupakan kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru.
Bentuk keteladanan ini bisa bermacam-macam dan diharapkan bisa mempengaruhi karakter peserta didik.
Akhirnya, sebagaimana Rasulullah SAW yang menjadi teladan bagi umat manusia, maka guru sebagai pewaris nabi juga mengemban tanggung jawab yang sama.
Guru harus dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya, baik dalam bersikap, berperilaku, dan bertutur kata.
Guru sebagai teladan memainkan peran utama dalam penanaman nilai-nilai moral dan etika (akhlak) kepada peserta didik. Melalui tindakan dan perilaku sehari-hari, guru menunjukkan pentingnya nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan.
Peserta didik cenderung meniru perilaku guru, sehingga sikap dan perilaku guru akan sangat berpengaruh pada proses pembentukan karakter peserta didik.
Inilah yang menjadi nilai penting, sehingga profesi guru sangat mulia dalam Islam. Wallahu a’lam bisshowaf.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.