Mimbar Jumat
Menitipkan Pembangunan Peradaban Islami Pada Paslon
MENJELANG Pilkada serentak tanggal 27 november 2024, berbagai tahapan telah dilakukan oleh penyelenggara (KPU) di berbagai wilayah di Indonesia.
Oleh : Dr. Maftukhatusolikhah, M. Ag
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang
MENJELANG Pilkada serentak tanggal 27 november 2024, berbagai tahapan telah dilakukan oleh penyelenggara (KPU) di berbagai wilayah di Indonesia.
Tahapan-tahapan pilkada tersebut dirancang sedemikian rupa untuk memastikan bahwa pemilihan berlangsung secara adil, transparan, dan demokratis sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu.
Proses pemilihan pemimpin-pemimpin tersebut merupakan hal yang krusial mengingat bukan hanya sebagai ajang pemilihan pemimpin, melainkan sebuah proses demokrasi yang dapat membentuk karakter bangsa dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu Masyarakat diminta cerdas dan arif dalam menentukan pilihan pasangan calon pemimpin. Mengapa demikian? Tulisan ini memberikan perspektif dari sudut pandang Pembangunan peradaban Islami.
Dalam Hadis nabi Muhammad SAW “Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun an ra’iyyatihi “yang artinya "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya," menegaskan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memimpin dalam kapasitasnya masing-masing.
Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan yang diambil dalam peran kepemimpinan mereka.
Ini menciptakan kesadaran bahwa tanggung jawab adalah bagian integral dari kepemimpinan. Oleh karena itu kepemimpinan dalam Islam bukan hanya diartikan sebagai pemegang posisi kekuasaan, namun bagaimana tanggung jawab yang merupakan amanah tersebut dijalankan sesuai dengan keinginan pemberi amanah, sehingga harus dijalankan dengan integritas dan kejujuran, serta menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap tindakan dan kebijakan yang diambil.
Dalam konteks Pembangunan, kepemimpinan yang bersih dan efektif pada dasarnya merupakan harapan yang dicita-citakan dalam rangka memajukan peradaban.
Dengan kata lain pembangunan merupakan faktor penting dalam menjaga keberlangsungan peradaban. Dalam konteks pemilihan umum, pembangunan dapat dikatakan merupakan bagian atau bahkan inti dari kampanye para Paslon, yang menjanjikan bahwa dalam kepemimpinannya nanti, akan melakukan pembangunan apa, serta bagaimana strategi dan langkah konkret berupa program kerja yang akan dijalankan dalam rangka mewujudkan visi dan misi mereka.
Oleh karena itu, masyarakat harus jeli melihat muatan kampanye para paslon tersebut, agar 5 tahun ke depan benar-benar dapat merasakan perubahan menuju kesejahteraan untuk semua.
Dengan demikian masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi dan misi yang jelas, tetapi juga integritas dan komitmen terhadap kesejahteraan rakyat.
Pemimpin yang baik, dalam perspektif Islam, adalah mereka yang memahami bahwa keberhasilan kepemimpinan terletak pada kemampuan untuk membawa masyarakat menuju kesejahteraan yang berkelanjutan.
Dalam hal ini pemimpin perlu menyadari bahwa keberhasilan suatu pemerintahan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari kepuasan masyarakat dan kualitas hidup yang meningkat.
Oleh karena itu, program-program yang diimplementasikan harus mengedepankan aspek partisipatif, di mana masyarakat diberdayakan untuk ikut serta dalam pembangunan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.