Berita PALI

Rumah Warga di PALI Porak-poranda Diterjang Angin Puting Beliung, BPBD Imbau Waspada Cuaca Ekstrem

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten PALI mengimbau masyarakat mewaspadai angin puting beliung akibat cuaca ekstrem

|
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Odi Aria
Sripoku.com/Apriansyah
Fakihan warga transmigrasi Sungai Jelike Tempirai Selatan asal Gunung Kidul Yogyakarta hanya bisa pasrah melihat kondisi rumahnya yang porak-poranda, Senin (14/10/2024). 

Beruntung saat kejadian, warga Transmigrasi asal Gunung Kidul Yogyakarta tersebut sedang tidak berada dirumah.

Karena saat kejadian, dia bersama istrinya sedang mengantar kedua anaknya yang masih balita ke Posyandu yang berada di dusun Tempirai.

"Saat kejadian kemarin, saya bersama istri dan kedua anak saya sedang berada di Posyandu, kemudian ada kabar dari warga yang memberitahu kalau atap rumah saya rusak gara-gara angin, kejadiannya sekitar jam 3 sore kemarin," kata Fakihan saat ditemui yang hanya bisa pasrah melihat kondisi rumahnya rusak berat,Senin (14/10/2024).

Mendapati kabar tersebut, Fakihan langsung bergegas menuju rumahnya, dan saat sampai dirumah dirinya tertunduk lemas dan hanya bisa pasrah ketika melihat kondisi rumahnya yang sudah porak poranda.

"Saat sampai sudah banyak warga dirumah, dan saat melihat kondisi rumah saya, saya hanya bisa pasrah pak, semuanya sudah hancur, barang-barang didalam rumah sudah basah semua, termasuk pupuk untuk petani," ujarnya.

Namun Fakihan masih bersyukur karena saat kejadian dirinya bersama istri dan kedua anaknya sedang tidak berada dirumah.

"Ga bisa ngebayangin kalau saat kejadian kemarin ada dirumah, bisa-bisa kami sekeluarga menjadi korban, mengingat tembok batako penahan atap roboh keruang tamu, apalagi sehari-hari nya anak saya sering bermain diruang tamu,"ungkapnya.

Melihat kondisi rumahnya yang tak memungkinkan lagi didiami, Fakihan beserta istri dan kedua anaknya saat ini mengungsi ditempat warga transmigrasi lainnya.

Fakihan hanya bisa berharap, rumah yang telah dihuninya sejak tahun 2022 lalu, segera diperbaiki oleh pemerintah.

Karena dirinya tidak memiliki modal untuk memperbaiki rumah tersebut, sebab saat ini dia hanya bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sementara lahan pekarangan yang diberikan pemerintah sebagai modal hidupnya menjadi warga transmigrasi belum menghasilkan apapun, dikarenakan sering terdampak banjir dan kekeringan sehingga menyebabkan gagal panen.

"Harapan saya mendapat uluran tangan pemerintah untuk memperbaiki rumah saya yang rusak ini, kalau tidak diperbaiki mau tinggal dimana lagi kami pak, kita disini kan perantau, sementara kita belum memiliki modal untuk memperbaiki nya. Sementara ini kita mengungsi dulu kerumah warga transmigrasi yang kosong," tuturnya.

Fakihan pria kelahiran tahun 1999, warga Gunung Kidul Yogyakarta ikut program transmigrasi ke Sungai Jelike Tempirai Selatan pada tahun 2022 lalu.

Fakihan datang bersama istri dan satu anaknya dengan harapan untuk memperbaiki nasib, yang mana selama di Yogyakarta ia hanya bekerja serabutan sebagai karyawan toko bangunan.

"Ikut transmigrasi ini karena di Jawa kan susah dapat kerjanya, cuma kerja serabutan, namun ketika di sini kami belum menghasilkan juga dari lahan yang di olah, karena saat hujan banjir saat kemarau kekeringan. Jadi harus cari kerja serabutan lagi di luar untuk tambahan kebutuhan hidup, kalau untuk Jadup hanya cukup untuk kebutuhan pangan,"imbuhnya.

"Namun saat ini, tampaknya saya bersama keluarga harus berjuang keras lagi untuk menggapai impian tersebut. Selagi kami berharap agar pemerintah dapat segera memperbaiki rumah saya yang rusak, agar kami sekeluarga bisa ada tempat hunian lagi, sebagai tempat kami berteduh dalam memperjuangkan nasib ikut bertransmigrasi ke Tempirai Selatan.

 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved