Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Makna Merdeka dalam Bingkai Iman
Makna merdeka yang sesungguhnya juga mencakup kesadaran dan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik untuk menjaga, mempertahankan
Kemerdekaan merupakan salah satu karunia besar dari Allah subhaanahu wa ta’aala kepada hamba-Nya. Kemerdekaan merupakan ni’mat utama sesudah ni’mat keimanan.
Sebagaimana nikmat-nikmat lainnya Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan kita untuk mensyukurinya. Sebab mensyukuri nikmat Allah akan melipatgandakan nikmat-nikmat-Nya.
Sedangkan kufur ni’mat akan menyebabkan ni’mat itu berubah menjadi sumber bencana bahkan azab dari Allah Swt.
Tugas utama sebagai rakyat indonesia khususnya umat Islam yang mayoritas di negeri tercinta ini adalah menjaga, mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan, kedaulatan dan kehormatan bangsa untuk berdiri setara bahkan terdepan dengan bangsa-bangsa lain.
Begitu pula bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin semua potensi yang dimiliki untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan berperadaban.
Seorang manusia, menurut pandangan syariah, hanya akan disebut merdeka jika ia sadar dan berusaha keras memposisikan dirinya selaku hamba Allah SWT. saja dalam segenap dimensi dirinya, baik penciptaan, penghambaan, kecintaan, perasaan maupun perilaku. Dan ia divonis tidak merdeka atau belum merdeka bilamana ia masih menghambakan dirinya kepada selain Allah SWT.Atau dengan kata lain, kemerdekaan seseorang atau suatu bangsa sangat ditentukan pada seberapa besar upaya individu atau bangsa tersebut menjadikan kalimat tauhid laa ilaaha illallah sebagai motivator dan inspirator utama pembebasan diri atau bangsa dari dominasi apapun atau siapapun selain Allah SWT.
Pada dasarnya inilah yang telah diserukan oleh Rasulullah SAW. dan segenap nabi dan rasul lainnya sejak dahulu kala, sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut (sembahan selain Allah) itu” (QS An-Nahl :36). Suatu masyarakat atau negara bahkan individu tidak akan merdeka jika mereka tunduk kepada selain Allah.
Kemerdekaan yang hakiki juga bermakna memberi kebebasan dan kelapangan hati, pikiran, dan perbuatan manusia untuk menyampaikan pendapat dan berkreasi dalam amal perbuatan secara terbuka tanpa ada rasa kahwatir, takut dan tertekan. Firman Allah swt yang artinya:“Bebuatlah kamu, maka Allah, Rasul-Nya, dan Orang-orang beriman akan melihat perbuatanmu.” (QS. At Taubah [9]: 105). “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (untuk memilihnya).
Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.” (QS. Al-Balad [90]: 10-11). “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS. Al Baqarah [2]: 256). Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir.” (QS. Al Kahfi [18]: 29). Selain itu, setiap orang dipersilahkan untuk menjalankan syariat agamanya.
Kewajiban seorang muslim hanyalah menyampaikan kebenaran dengan cara yang arif dan bijaksana. Allah s.w.t. berfirman yang artinya “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. Al-Kaafiruun [109]: 6). Nabi Muhammad s.a.w. bahkan dinasehati Allah s.w.t. untuk tidak memaksa orang kafir beriman.
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?.” (QS. Yunus [10]: 99)
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu memerdekaan rakyat dan bangsanya dari ketergantungan ekonomi dan politik dari bangsa-bangsa lain serta mampu membangun kemandirian ekonomi dalam mengelola sumber ekonomi negaranya untuk menggapai kehidupan yang mandiri, adil dan sejahtera serta bermartabat. Begitu pula masyarakat mudah untuk memperoleh akses penghidupan yang layak, pekerjaan, informasi, pendidikan, kesehatan, perlindungan, lapangan usaha dan jaminan sosial serta bebas menjalankan syariat agama masing-masing.
Akhirnya kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan pikiran, tenaga, harta, air mata dan nyawa pejuang-pejuang bangsa terdahulu kita dapat terjaga, dipertahankan, terus diperjuangkan, dan diisi secara berkesinambungan dengan memaksimalkan seluruh potensi alam, sumber daya manusia, dan nilai-nilai juang bangsa Indonesia.
Untuk itu diharapkan semangat, dan kebersamaan sebagai bangsa yang besar untuk bangkit melawan belenggu ketertinggalan untuk mencapai kehidupan bangsa yang mandiri, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah swt yaitu terwujudnya Negara dan bangsa yang baldatun tayyibatun warabbun ghafuur. Wallahu ‘alam bisshowab.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.