Pilkada Sumsel 2024
Reaksi Panglima Pemenangan HDCU Terkait Seruan Menangkan Kotak Kosong Pilgub Sumsel 2024
Panglima Pemenangan Tim HDCU Muhammad Asrul Indrawan angkat bicara terkait seruan untuk memenangkan kotak kosong jika seandainya HDCU
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Abdul Hafiz
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Panglima Pemenangan Tim HDCU (Herman Deru - Cik Ujang) Kota Palembang, Muhammad Asrul Indrawan angkat bicara terkait seruan untuk memenangkan kotak kosong jika seandainya HDCU menjadi calon tunggal.
"Ya kita dengar ada pendapat beberapa pengamat bahwa kalau terjadi calon tunggal, itu masyarakat harus melawan itu. Tidak sembarangan partai politik itu memilih calon, dengan segala kajian, pertimbangan-pertimbangan yang mendasar adalah hasil survei," ungkap Muhammad Asrul Indrawan, Rabu (3/7/2024).
Menurutnya, Jika masyarakat dilakukan survei ternyata pasangan ini lebih tinggi jauh dibanding pasangan lain artinya kemungkinan kotak kosong menang itu tidak terjadi di Pilgub Sumsel.
"Karena masyarakat pemilih lebih tinggi memilih pasangan itu dibading dengan yang tidak memilihnya. Akan sulit terjadi kotak kosong itu menang kalau seandainya ada calon tunggal di Pilkada Sumsel 2024 ini," kata Ketua DPD ADO Sumsel.
Ia menegaskan tidak serta merta HDCU ini terus akan memborong semua partai. HDCU tidak ada keinginan memborong partai. Semua diserahkan kepada partai politik di Sumsel yang mempunyai kursi, mekanismenya.
Semua aturan main, semua aturan administrasi dipenuhi oleh HDCU sehingga partai politik bisa menimbang mana yang lebih layak diusung dan saat ini seluruh partai dominasinya hasil survei.
Malahan beberapa partai tidak ada mahar. Artinya dia benar-benar mengusung dengan pertimbangan yang matang. Bukan semata-mata karena ada apa-apanya.
"Berbeda apabila ada calon yang ingin memborong semua partai. Kalau HDCU tidak ingin itu. Dia ingin ada kompetitor. Artinya dia ingin Pilkada ini berlangsung dengan baik, aman, damai, zero conflict tanpa persoalan dan ada kompetitor keinginannya," kata Ketua PW GPK Sumsel.
Tapi fenomenanya berbeda di lapangan. Begitu survei dia tinggi. Baik dia disurvei bersama-sama dengan kandidat lain ataupun dengan kompetitor secara head to head jauh lebih unggul.
Diterangkannya, partai politik itu akan tertarik dengan hasil survei ini. Dan dia akan menimbang-nimbang kalau mengusung dengan orang yang tidak akan menang. Ini perlu jiwa kenegarawan yang tinggi. Seorang ketua umum partai politik tentu punya pemikiran tersendiri.
Itu yang perlu diketahui jika masyarakat dihadapkan kotak kosong nanti ada calon tunggal terus dia melawan itu dia memenangkan kotak kosong. Justru hasil survei itulah yang menentukan yang paling tinggi.
"Artinya kalau dia yang paling tinggi, di atas rata-rata, tidak mungkin kotak kosong yang menang. Hasil surveinya di atas 70 persen," terangnya.
Perlu ditekankan yang pertama hasil survei itu adalah pandangan dari setiap parpol. Jadi dasarnya dalam mengusung calon selain kader, hasil survei. Dia akan menimbang itu. Kalau dipersentasikan kader 20 persen, hasil survei 80 persen pertimbangannya.
"Artinya jika kader hasil surveinya tinggi, pasti didukung. Tapi kader kalau hasil surveinya rendah itu akan menjadi pertimbangan lain. Parpol itu pasti menilai. Acuan yang paling mendasar itu adalah hasil survei. Semua partai," pungkasnya.
Mencuatnya isu Pilkada Sumsel 2024 mendatang berkemungkinan hanya diikuti satu paslon yakni HDCU (Herman Deru - Cik Ujang) yang bakal melawan kotak kosong sempat mendapat tanggapan dua pengamat politik.
Keduanya pada intinya menyatakan keprihatinan jika hal ini nantinya sampat terjadi di Pilgub Sumsel yang akan digelar 27 November 2024 nanti.
Pengamat politik Drs Bagindo Togar Butar Butar mengaku mencermati ada calon yang berharap menjadi calon tunggal artinya berhadapan dengan kotak kosong. Kemudian ada yang mengklaim dia paling layak pemenang. Lalu ada pula yang berharap menang dengan cara bahwa lawan-lawannya akan berhadapan dengan hukum.
"Artinya kesimpulannya apa? Mereka berharap merekalah pemenang tanpa masuk gelanggang. Sedangkan pertarungan yang elegan, pemenang sejati itu adalah bertarung di atas gelanggang," ungkap Drs Bagindo Togar Butar Butar.
Bagindo menyayangkan mereka yang memprovokasi sibuk saling klaim, akan tetapi abai dengan konsolidasi dan ini tidak baik untuk pendidikan politik. Menurutnya demokrasi itu kehilangan substansinya, kehilangan esensi dan legitimasinya.
"Kita tadinya berharap dari tiga calon bahwa Pilgub Sumsel rasa Pilpres sekarang tidak kita dapatkan ketika berhadapan dengan kotak kosong.
Saya pastikan tingkat partisipasi itu di Bawah 40 persen. Kalau dua paslon yang bertarung paling tinggi cuma 60 persen," kata Bagindo.
Ia mengingatkan kesuksesan ini ketika calon ini menarik. Sebetulnya ini sudah menarik, mereka berkompetisi dengan cara-cara yang elegan dan mereka mendorong mengutamakan penajaman program, dan cara-cara kampanye dan bertarung simpatik.
Sehingga menariknya Pilgub nanti seolah-olah rasa Pilpres karena calonnya semua menarik. Kompetisi tinggi akan membuat program-program calon-calon cukup menarik akan membuahkan Pilgub menjadi menarik.
Pilgub yang menarik akan meningkatkan tingkat partisipasi politik yang menarik. Sedangkan partisipasi politik yang tinggi itu adalah syarat utama yang dikatakan Pemilu itu sukses.

Baca juga: Sosok Apriyadi Bacabup Muba, Antara Prestasi dan Defamasi Jelang Pilkada Musi Banyuasin 2024
Mantan Ketua IKA Fisip Unsri ini juga mengingatkan punya target 77 sampai 78 persen. Akan tetapi kalau begini masih formatnya cara-cara paslon ini untuk bertarung menuju Pilgub Sumsel 2024 kesan klaim paling pantas jadi pemenang, ia memastikan masyarakat akhirnya akan pesimis bahwa ini akan melahirkan pemilih.
Karena mereka tidak berani bertarung di atas gelanggang. Seharusnya mereka melakukan penajaman program, membuat program terbaik yang akan membuat masyarakat yakin dan akan memilih mereka. Bukan seperti ini mereka merasa paling pantas, terkesan akhirnya pongah dan terjebak dengan halusinasi yang tidak pantas.
"Ini bukan lagi Pilgub rasa Pilpres. Yang ada nanti Pilgub rasa Pilkades. Apakah paslon ini rela mengorbankan partisipasi masyarakat demi ambisi politiknya," katanya.
Sebab esensi dan substansi demokrasi itu kata Bagindo adalah partisipasi masyarakat. Sanggupkah dia akan berusaha seperti itu?
Saya pinjam istilah membenarkan (mantan Ketua KPU Sumsel) Amrah Muslimin bahwa kalau begitu mereka kok ikhlas mematikan demokrasi demi ambisi mereka. Kan ini persoalannya," kata Direktur Eksekutif Forum Demokrasi Sriwijaya.
Ia menyarankan sebaiknya paslon tadi konsenlah terhadap penajaman berkompetisi secara fair, memfokuskan kepada program-program daripada sibuk saling klaim memprovokasi calon lain.
"Ini akibat ambisi elite-elite paslon tadi akhirnya mereka rela mematikan substansi partisipasi masyarakat. Daripada saling klaim, kenapa tidak konsolidasi dan membuat program menarik yang bisa terlaksana, program teruji dan itu kelak bermanfaat bagi masyarakat banyak. Bukan untuk kelompok-kelompok tertentu," pungkasnya.
Sementara pengamat politik lainnya Prof Dr Febrian SH MS menyatakan prihatin kalau memperhatikan budaya demokrasi di Sumsel ini kemudian sampai dengan cuma satu pasang calon dan lawan kotak kosong.
"Komentar saya pertama adalah memprihatinkan ada satu pasang calon boleh dikatakan mendominasi suara partai dan suara partai itu lalu akan melawan kotak kosong.
Kondisi memprihatinkan ini juga menjadi ancaman kematian demokrasi terlihat di Pilkada Provinsi Sumatera Selatan. Ini sangat disayangkan," ungkap Prof Dr Febrian SH MS.
Guru Besar di Bidang Ilmu Hukum Tata Negara ini menerangkan itu yang dilawan notabene masyarakat yang diwakilkan ke kotak kosong.
"Bagi pemerhati, pengamat, ahli akademisi juga pertimbangkan bahwasanya masyarakat bisa memilih kotak kosong untuk melawan dombinasi kekuasaan.
Satu Paslon yang mendominasi suara partai dan muncul sendirian itu bisa dilawan oleh masyarakat dengan kotak kosong," kata Dekan Fakultas Hukum Unsri.
Menurut Febrian, mestinya masyarakat membalikkan pemikiran bahwasanya melawan kotak kosong itu mereka akan menang.
"Semakin tinggi partisipasi dan kesadaran masyarakat terhadap demokrasi. Pemasungan yang seperti ini juga akan dilawan oleh masyarakat," pungkasnya.
Pelantikan 17 Kepala Daerah se-Sumsel Digelar 20 Februari 2025, Empat Lawang Lanjut di MK |
![]() |
---|
8 Kepala Daerah di Sumsel Segera Dilantik Usai MK Menolak Gugatan PHPU, Ada Ratu Dewa-Prima Salam |
![]() |
---|
Dari 11 Perkara PHPU di Sumsel, Hanya 1 yang Lanjut ke Pembuktian di MK |
![]() |
---|
Pelantikan Gubernur Sumsel 20 Februari 2025, Groundbreaking Tanjung Carat Masuk 100 Hari Kerja HDCU |
![]() |
---|
Gugatan Pilkada Sumsel Dinilai Sulit Dikabulkan MK, Pengamat Ungkap 3 Faktor Kunci Menentukan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.