Kasus DBD di Sumsel

Update DBD di Sumsel, Ada 969 Kasus dan 7 Meninggal, Berikut Sebarannya di Kabupaten Kota

Update kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Selatan (Sumsel) pada sebulan terakhir. 

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Agung Dwipayana
Upaya-upaya pencegahan penyakit DBD dengan pemantauan jentik di rumah-rumah dan pemberian bubuk larvasida (abate) oleh petugas Dinkes Ogan Ilir, Rabu (24/1/2024). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Update kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Selatan (Sumsel) pada sebulan terakhir. 

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel mencatat selama awal tahun 2024 ini total ada 969 kasus DBD di Sumsel. 

Di mana tujuh orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia. 

"Dari tanggal 1 Januari hingga 2 Februari 2024 total ada 969 kasus DBD di Sumsel," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Sumsel, Muyono, Selasa (6/2/2024).

Muyono mengatakan, total kasus DBD di Sumsel 969 dan yang meninggal tujuh orang yaitu tiga di Palembang, dua di Banyuasin dan dua di OKU Selatan. Untuk kasus DBD ini di-update per bulan dan paling cepet per Minggu, untuk update lebih lanjut di Senin mendatang.

"Kasus DBD pada Januari-Februari 2024 ini lebih tinggi di bandingkan bulan sebelumnya. Dimana pada bulan November ada 220 kasus dan Desember 2023 ada sebanyak 499 kasus DBD di Sumsel," katanya.

Penyakit DBD Mengintai Warga OKU, 125 Orang Terjangkit dan 2 Meninggal Dunia

Menurutnya, Dinkes Sumsel sudah melakukan berbagai upaya untuk pencegahan DBD seperti telah memberikan bantuan ke seluruh Kabupaten/Kota di Sumsel berupa Zeta Sipermethrin sebanyak 1.800 liter, Temegard sebanyak 49.500 sachet dan Abate 5.400 kg juga RDT DBD Combo sebanyak 500 box. 

"Bukan hanya itu saja kita juga sudah memberikan bantuan fogging, namun sifatnya fogging ini hanya membunuh nyamuk yang besar. Diimbau juga masyarakat memelihara ikan tempalo/cupang yang memakan jentik-jentik nyamuk," katanya. 

Menurut Muyono, Dinkes Sumsel pada Januari sudah memberikan surat edaran sebanyak dua kali ke Kabupaten/Kota dalam mengantisipasi menghadapi peningkatan kasus DBD

"Perubahan iklim dari musim kemarau ke musim hujan menjadikan salah satu penyebab DBD, selain itu karena adanya tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti," katanya.

Masih kata Muyono, nyamuk Aedes Aegtypti ini berkembang di air yang tidak tersentuh dengan tanah artinya ada di tempat penampungan air. Kalau bersentuhan dengan tanah dia tidak berkembang.

"Untuk pengendalian DBD diimbau kepada masyarakat supaya melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras bak mandi, penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air juga memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk," ungkapnya.

Muyono menambahkan, untuk gejala DBD seperti suhu tubuh tinggi, muncul bintik-bintik merah, mual dan lain-lain. Untuk memastikannya harus dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut seperti melakukan pemeriksaan darah.

Kemudian kalau sudah ada yang terkena DBD, terapkan PSN. Jangan sampai sekitar rumah ada jentik-jentik nyamuk. Karena penularan DBD ini melalui nyamuk, jadi kalau nyamuk aedes mengigit penderita DBD kemudian ditularkan kepada orang sehat yang akhirnya terkena DBD.

Berikut rincian sebaran kasus DBD di 17 Kabupaten/Kota di Sumsel tertinggi masih di Palembang sebanyak 204 kasus DBD dan tiga meninggal. Kemudian OKI sebanyak 119 kasus dan Musi Banyuasin ada 105 kasus DBD.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved