Mimbar Jumat

Mimbar Jumat: Teladan di Balik Tabir Romansa Kehidupan Pernikahan Nabi

Tidak ada hal yang paling disukai oleh seorang istri selain ungkapan sayang dari suaminya. Terlebih jika perasaan sayang itu dapat diekspresikan.

Editor: Bejoroy
handout
Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag (Dirda LPPK Sakinah Kotamadya Palembang, Dosen UIN Raden Fatah Palembang) 

Oleh: Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag
(Dirda LPPK Sakinah Kotamadya Palembang, Dosen UIN Raden Fatah Palembang)

SRIPOKU.COM -- Komitmen Pada Keteladanan Nabi
Belum lama berlalu, peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW, manusia terbaik, yang dipilh untuk menjadi teladan dari setiap apapun yang disandarkan kepadanya (Q.S. 33, 21). Tidak cuma manusia yang mengakui kemuliaan pekertinya. Bahkan Allah, Tuhan yang menciptakan semua makhluk, bersama seluruh penduduk langit bershalawat, mengagungkan namanya (Q.S. 33, 56). Perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik dan non fisik bahkan apa yang menjadi cita-cita dan keinginan Nabi, pun disebut sebagai hadis yang memiliki nilai kebaikan untuk diimani dan dilaksanakan.

Kebaikan yang tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia tetapi juga berbuahkan surga nan abadi di kehidupan akhirat kelak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Siapa yang enggan itu?” Jawab Nabi: “Barangsiapa yang mentaatiku pasti masuk surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sungguh ia telah enggan” (H.R. al-Bukhari, 780).

Tentang bagaimana Rasul SAW berinteraksi dan membangun kasih sayang dengan pasangannya juga merupakan bagian dari teladan yang baik untuk dijadikan pedoman dan diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Meskipun dalam beberapa sudut pandang, kehidupan pernikahan Nabi dijadikan alat untuk mencaci dan mengotori kemulaiannya. Bukan perkara kecil yang tidak penting, apalagi menganggapnya sebagai sesuatu yang tabu untuk didiskusikan.

Kehidupan pernikahan yang sakinah hakikatnya merupakan pondasi penting dalam membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karenanya agar tidak muncul penilaian buruk atas pribadi mulia Rasulullah SAW, diperlukan tolok ukur yang tepat dan jelas. Apa sebenarnya yang terjadi di balik romansa kehidupan pernikahan Nabi, salah satunya dapat dilihat dari kontekstualisasi yang melatar belakangi lahirnya peristiwa.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Logo SripokuTv36

Pernikahan Dalam Tradisi Jahiliyah
Pada tradisi Jahiliyah, pernikahan umumnya terbagi menjadi empat macam. Pertama, pernikahan yang lazim dilakukan oleh suku-suku yang berkasta tinggi dan lazim dilakukan oleh masyarakat modern, yaitu didahului dengan proses melamar, memberikan mahar selanjutnya menikah.

Model pernikahan kedua disebut al-Istibdha’ yaitu seorang suami yang memerintahkan istrinya untuk berzina dengan laki-laki lain. Ia memberi kesempatan sebebas-bebasnya kepada istrinya, hingga dapat dipastikan bahwa ia telah mengandung anak si lelaki. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan keturunan.

Jenis pernikahan ketiga dilakukan dengan cara sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul lalu mendatangi seorang perempuan kemudian masing-masing mereka menggaulinya. Jika perempuan tersebut hamil dan melahirkan, selanjutnya ia dapat mengundang kembali sekelompok laki-laki tersebut. Perempuan dapat memilih seorang laki-laki yang dia senangi, kemudian menasabkan anaknya kepadanya.

Model pernikahan keempat adalah dilakukan dengan cara banyak laki-laki mendatangi seorang perempuan. Di pintu-pintu rumah perempuan ditancapkan bendera yang menjadi simbol bahwa siapapun yang menghendakinya, maka mereka bisa lansung masuk dan mendatanginya. Jika suatu hari si perempuan hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah datang berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah) guna menentukan nasab si anak.

Pernikahan dalam tradisi jahiliyah juga dikenal dengan cara menikahi banyak perempuan. Mereka dapat mengawini siapapun, berapapun, tanpa ada aturan yang bisa menghalanginya. Mengumpulkan dua bersaudara sekaligus, saudara sekandung, anak paman, keponakan, kerabat, bahkan dapat mewarisi dan menikahi ibu sendiri setelah ditalak atau bapaknya meninggal dunia.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Kaum wanita tidak bisa menentukan nasib mereka sendiri. Kebanyakan perempuan menjadi tumbal yang dikorbankan untuk berhala sembahan, dijadikan budak yang diperjual belikan serta sebagai bagian dari harta rampasan perang. Anak-anak yang lahir atau memiliki ibu dengan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan sepanjang hidupnya. Karena beragam faktor inilah kemudian berkembang sebuah tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup, menganggapnya sebagai sumber masalah dan petaka.

Romansa Kehidupan Rumah Tangga Nabi
Di tengah tradisi masyarakat Arab Jahiliyyah yang tidak memandang dan menghargai perempuan Rasulullah SAW menunjukkan keteladanan bahwa ia dengan segala kemulliaan yang dilekatkan kepadanya tidak menjadi terhina karena memuliakan dan menyayangi perempuan.

Rasulullah memproklamirkan bahwa perempuan dengan status dan tanggung jawab yang melekat kepadanya diberi derajat tiga kali lebih tinggi daripada kaum laki-laki (H.R. al-Bukhariy, 59721). Menempatkan surga yang dirindukan oleh semua anak manusia berada di bawah telapak kakinya (H.R, Ahmad, 7353). Mencontohkan bahwa menyayangi, menghormati dan bergaul baik dengan perempuan adalah bagian dari syariat yang tidak menurunkan kewibawaan seorang laki-laki.

Di antara perilaku baik yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap istrinya adalah memberikan panggilan sayang. Tidak ada hal yang paling disukai oleh seorang istri selain ungkapan sayang dari suaminya. Terlebih jika perasaan sayang itu dapat diekspresikan dan diketahui oleh orang banyak. Dari Aisyah RA istri Nabi SAW, ia berkata, "Orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan, lalu Rasulullah SAW. bersabda kepadaku, 'Wahai Humaira,' apakah engkau mau melihat mereka?" Aisyah menjawab, "Iya." Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi Nabi. Lalu ia mengatakan, "Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, Abul Qasim lakukanlah kebaikan kepada kami." Lalu Rasulullah SAW mengatakan, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?." Ia menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah." Maka beliau pun tetap berdiri, Lalu Nabi SAW mengulangi pertanyaannya, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?" Namun Aisyah tetap menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah SAW." Aisyah mengatakan, "Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi SAW terhadapku dan kedudukanku terhadapnya." (H.R al-Nasa'i).

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Rasa sayang suami tidak hanya diinginkan ada pada saat-saat yang bahagia. Tetapi ketika kesedihan mendera hati seorang istri, atau emosi yang menguasai pikiran. Harapan seorang istri adalah suaminya menjadi sandaran hati, penenang jiwa dan pengobat duka lara.

Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah bahwa pada saat istrinya bersedih Rasul yang menyeka air matanya. Dari Anas bin Malik RA dijelaskan bahwa "Suatu ketika Shofiyah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan. Sedangkan hari itu adalah bagiannya. Tetapi Shofiyah sangat lambat sekali jalannya, lantas Rasulullah SAW menghadap kepadanya sedangkan ia menangis dan berkata, ‘Engkau membawaku di atas unta yang lamban.’ Kemudian Rasulullah SAW menghapus air mata Shofiyah dengan kedua tangannya.” (HR Nasa’i 9162). "Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW (menenangkannya) mencubit hidungnya dan berkata, "Wahai 'Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, 'Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan'

Rasul juga sangat memuliakan dan menghargai istrinya. Ketika pada tradisi Arab Jahiliyah berlaku kebiasaan menjauhkan perempuan yang sedang haid dari rumah, menganggapnya najis dan membawa keburukan maka Rasulullah justru menunjukkan sikap memuliakannya. Aisyah berkata Dahulu Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca (al-Quran) sedangkan aku dalam keadaan haid" (HR al-Bukhari, 288).

Diceritakan pula "Dahulu aku menyisir rambut Rasulullah SAW sedangkan aku dalam keadaan haid" (HR Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat yng sangat populer disebutkan bahwa Rasulullah SAW disuguhkan sebuah wadah (air) kepadanya, kemudian aku minum dari wadah itu sedangkan aku dalam keadaan haid. Lantas Rasulullah SAW mengambil wadah tersebut dan meletakkan mulutnya di bekas tempat minumku. Terkadang aku mengambil tulang (yang ada sedikit dagingnya) kemudian memakan bagian darinya, lantas Rasulullah SAW mengambilnya dan meletakkan mulutnya di bekas mulutku.” (HR Ahmad, 24373).

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Youtube Sriwijaya Post di bawah ini:

Logo HUT Sripoku 36 Tahun.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, dalam sebuah hadis perjalanan pulang dari penaklukan Khaibar. "Kami keluar menuju Madinah. "Anas berkata, "Aku melihat Rasulullah SAW menyiapkan tempat duduk Shafiyah di belakangnya dengan kain, kemudian ia duduk di dekat untanya dan memposisikan lututnya, lantas Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau hingga naik (ke unta)."(HR Bukhari).

Rasul mengajarkan bahwa dalam keadaan apapun istri adalah pakaian bagi suaminya. Tidak ada kondisi buruk secara fisik maupun non fisik pada diri istri, melainkan suami tetap berada di dekatnya, memberikan kebahagian bersamanya, melindungi dan memuliakannya. Tidak jarang Rasulullah sengaja menghabiskan waktu khusus hanya untuk berbincang dan berjalan bersama dengan istrinya. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa Sayyidah Aisyah RA berkata, "Rasulullah SAW ketika hendak bepergian akan mengundi di antara istri-istrinya. Siapapun yang udiannya keluar, maka ia akan pergi bersamanya" (HR Bukhari dan Muslim).

Masih banyak riwayat yang menjelaskan tentang keteladanan Nabi dalam kehidupan rumah tangganya. Tidak akan habis kata-kata untuk melukiskan keagungan pribadi Rasulullah mulia. Romansa kehidupan pernikahan Nabi yang biasa didengar dalam ungkapan riwayat dan sepenggal syair akan memiliki makna yang lebih mendalam jika dilihat dari balik tabir bahwa Rasulullah sangat menghormati dan memuliakan perempuan. (*)

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved