Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Teladan di Balik Tabir Romansa Kehidupan Pernikahan Nabi
Tidak ada hal yang paling disukai oleh seorang istri selain ungkapan sayang dari suaminya. Terlebih jika perasaan sayang itu dapat diekspresikan.
Di antara perilaku baik yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap istrinya adalah memberikan panggilan sayang. Tidak ada hal yang paling disukai oleh seorang istri selain ungkapan sayang dari suaminya. Terlebih jika perasaan sayang itu dapat diekspresikan dan diketahui oleh orang banyak. Dari Aisyah RA istri Nabi SAW, ia berkata, "Orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan, lalu Rasulullah SAW. bersabda kepadaku, 'Wahai Humaira,' apakah engkau mau melihat mereka?" Aisyah menjawab, "Iya." Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi Nabi. Lalu ia mengatakan, "Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, Abul Qasim lakukanlah kebaikan kepada kami." Lalu Rasulullah SAW mengatakan, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?." Ia menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah." Maka beliau pun tetap berdiri, Lalu Nabi SAW mengulangi pertanyaannya, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?" Namun Aisyah tetap menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah SAW." Aisyah mengatakan, "Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi SAW terhadapku dan kedudukanku terhadapnya." (H.R al-Nasa'i).
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Rasa sayang suami tidak hanya diinginkan ada pada saat-saat yang bahagia. Tetapi ketika kesedihan mendera hati seorang istri, atau emosi yang menguasai pikiran. Harapan seorang istri adalah suaminya menjadi sandaran hati, penenang jiwa dan pengobat duka lara.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah bahwa pada saat istrinya bersedih Rasul yang menyeka air matanya. Dari Anas bin Malik RA dijelaskan bahwa "Suatu ketika Shofiyah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan. Sedangkan hari itu adalah bagiannya. Tetapi Shofiyah sangat lambat sekali jalannya, lantas Rasulullah SAW menghadap kepadanya sedangkan ia menangis dan berkata, ‘Engkau membawaku di atas unta yang lamban.’ Kemudian Rasulullah SAW menghapus air mata Shofiyah dengan kedua tangannya.” (HR Nasa’i 9162). "Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW (menenangkannya) mencubit hidungnya dan berkata, "Wahai 'Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, 'Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan'
Rasul juga sangat memuliakan dan menghargai istrinya. Ketika pada tradisi Arab Jahiliyah berlaku kebiasaan menjauhkan perempuan yang sedang haid dari rumah, menganggapnya najis dan membawa keburukan maka Rasulullah justru menunjukkan sikap memuliakannya. Aisyah berkata Dahulu Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca (al-Quran) sedangkan aku dalam keadaan haid" (HR al-Bukhari, 288).
Diceritakan pula "Dahulu aku menyisir rambut Rasulullah SAW sedangkan aku dalam keadaan haid" (HR Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat yng sangat populer disebutkan bahwa Rasulullah SAW disuguhkan sebuah wadah (air) kepadanya, kemudian aku minum dari wadah itu sedangkan aku dalam keadaan haid. Lantas Rasulullah SAW mengambil wadah tersebut dan meletakkan mulutnya di bekas tempat minumku. Terkadang aku mengambil tulang (yang ada sedikit dagingnya) kemudian memakan bagian darinya, lantas Rasulullah SAW mengambilnya dan meletakkan mulutnya di bekas mulutku.” (HR Ahmad, 24373).
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Youtube Sriwijaya Post di bawah ini:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, dalam sebuah hadis perjalanan pulang dari penaklukan Khaibar. "Kami keluar menuju Madinah. "Anas berkata, "Aku melihat Rasulullah SAW menyiapkan tempat duduk Shafiyah di belakangnya dengan kain, kemudian ia duduk di dekat untanya dan memposisikan lututnya, lantas Shafiyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau hingga naik (ke unta)."(HR Bukhari).
Rasul mengajarkan bahwa dalam keadaan apapun istri adalah pakaian bagi suaminya. Tidak ada kondisi buruk secara fisik maupun non fisik pada diri istri, melainkan suami tetap berada di dekatnya, memberikan kebahagian bersamanya, melindungi dan memuliakannya. Tidak jarang Rasulullah sengaja menghabiskan waktu khusus hanya untuk berbincang dan berjalan bersama dengan istrinya. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa Sayyidah Aisyah RA berkata, "Rasulullah SAW ketika hendak bepergian akan mengundi di antara istri-istrinya. Siapapun yang udiannya keluar, maka ia akan pergi bersamanya" (HR Bukhari dan Muslim).
Masih banyak riwayat yang menjelaskan tentang keteladanan Nabi dalam kehidupan rumah tangganya. Tidak akan habis kata-kata untuk melukiskan keagungan pribadi Rasulullah mulia. Romansa kehidupan pernikahan Nabi yang biasa didengar dalam ungkapan riwayat dan sepenggal syair akan memiliki makna yang lebih mendalam jika dilihat dari balik tabir bahwa Rasulullah sangat menghormati dan memuliakan perempuan. (*)
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.