Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Relasi Kemerdekaan dan Tauhid
Kemerdekaan adalah suatu keadaan yang di dalamnya seseorang atau negara bisa berdiri sendiri, bebas dan tidak terjajah.
Oleh: Dr. Fitri Oviyanti, M.Ag
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang)
SRIPOKU.COM -- BULAN Agustus merupakan bulan keramat bagi bangsa Indonesia, karena di bulan Agustus, bangsa Indonesia memperingari hari proklamasi kemerdekaannya. Untuk bangsa Indonesia yang Sebagian besar Bergama Islam, merayakan hari kemerdekaan sejatinya bukan hanya eforia. Sebab, merdeka dalam perspektif Islam memiliki makna yang dalam. Merdeka perspektif Islam bersinggungan langsung dengan aspek terpenting dalam kehidupan muslim. Aspek itu adalah tauhid (keimanan). Kemerdekaan dan tauhid memiliki relasi yang sangat kuat. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya sulit untuk dipisahkan. Jika kemerdekaan diibaratkan buah dari sebatang pohon, maka tauhid adalah akarnya yang terhujam ke tanah (bumi) yang menjadi dasar bagi tegaknya pohon buah tersebut.
Definisi Kemerdekaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi merdeka berarti bebas. Kemerdekaan artinya kebebasan. Sedangkan secara terminologi, Merdeka artinya adalah bebas dari segala penjajah dan penjajahan atau penghambaan. Kemerdekaan adalah suatu keadaan yang di dalamnya seseorang atau negara bisa berdiri sendiri, bebas dan tidak terjajah.
Istilah kemerdekaan dalam bahasa Arab disebut „al-Istiqlāl“. Hari Kemerdekaan disebut Id al-Istiqlāl. Hal ini merupakan bentuk penafsiran dari: التحرر والخلاص من القيد والسيطرة الاجنبية ”al-Taharrur wa al-Khalāsh min al-Qayd wa al-Saytharah al-Ajnabiyyah” artinya bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. Dalam istilah lain disebutkan: القدرة على تنفيذ مع عدم القسر والعنف من الخارج artinya Kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya. Kata lain yang sering digunakan untuk menyebutkan kemerdekaan adalah al-Hurriyyah. Kata ini biasa diterjemahkan sebagai kebebasan. Dari kata inilah terbentuk kata al-Tahrir yang berarti pembebasan.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
Makna Tauhid
Menurut bahasa, kata tauhid berasal dar bahasa Arab “Tauhid” , bentuk Masdar (infinitif) dari kata Wahhada. artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah). Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah).
Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah tidak boleh dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas mengatakan keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut:
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlas [112]:1-4)
Dengan demikian, dapa disimpulkan bahwa segala bentuk peribadatan harus ditujukan hanya kepada Allah semata. Hanya Allah yang wajib disembah. Tidak boleh peribadatan itu ditujukan kepada selain Allah SWT. Keesaan Allah SWT sangat penting ditanamkan dalam hati setiap orang yang mengimani adanya Allah SWT. Untuk mendukung ketercapaian keimanan tersebut harus didukung dengan pemahaman mengenai llmu tauhid dan cabang-cabang lain dari ilmu tauhid. Dengan pemahaman yang utuh seperti ini, diharapkan bisa memudahkan seseorang untuk bertauhid yang benar.
Kemudian untuk melengkapi pemahaman tentang pengertian tauhid tersebut, berikut ini dijelaskan tentang hal-hal lain yang terkait dengan penjelasan di atas. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah Swt. sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan daripada-Nya, serta tentang rasul-rasul Allah Swt. untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri mereka, hal-hal yang boleh (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal terlarang mengaitkannya kepada mereka.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid karena pokok pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan keesaan (wah.dah) Allah Swt. dalam zat- Nya, dalam menerima peribadatan dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan. Keyakinan tauhid inilah yang menjadi tujuan utama bagi kebangkitan Nabi Muhammad SAW.
Relasi Kemerdekaan dan Tauhid
Mentauhidkan Allah merupakan ajaran pokok yang disampaikan oleh setiap nabi dan rosul yang diutus oleh Allah SWT. sejak awal sejarah kemanusiaan di muka bumi. Namun, sejarah kemanusiaan diwarnai oleh kegagalan-kegagalan manusia dalam memaknai tauhid, sehingga terjadi banyak penyimpangan yang membutuhkan koreksi dari nabi-nabi selanjutnya.
Muhammad Imaduddin Abdulrohim, dalam buku kuliah tauhidnya pernah menuliskan bahwa nilai kemanusiaan yang paling utama adalah kemerdekaan. Kemerdekaan merupakan satu-satunya nilai yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Tanpa kemerdekaan, manusia sebenarnya tidak dapat menjalankan kehidupannya sebagai manusia yang sejati. Tanpa kemerdekaan, manusia tidak lagi dapat disebut sebagai manusia. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi eksistensi sekaligus harga diri bagi manusia.
Di masa kini, kita tidak berhadapan dengan penjajah secara fisik seperti yang dialami oleh para pejuang bangsa di masa lampau. Penjajahan di masa kini bisa berbentuk penjajahan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Namun, penjajahan yang paling besar sesungguhnya adalah hawa nafsu kita sendiri. Bahkan seringkali manusia menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya dengan menuruti segala kemauan hawa nafsunya.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Muslim yang benar adalah orang yang hanya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Jika muslim masih tunduk kepada selain Allah, maka sejatinya belum merdeka. Sebab penghambaan diri kepada selain Allah adalah bentuk keterjajahan pada diri manusia. Sesungguhnya kemerdekaan sejati adalah ketika kita siap diatur oleh sesuatu yang tidak memiliki kepentingan apa pun, kecuali untuk kebaikan kualitas diri kita yang bermuara pada tauhidisme.
Pada dasarnya, semua Rasul diutus ke dunia untuk mengajarkan dan menegakkan independensi tauhid. Dengan karakter tauhid, seseorang memiliki kedudukan sama di hadapan manusia lain. Karena itu, kita tidak boleh merendahkan orang lain karena dia sudah diangkat oleh Allah menjadi khalifah. Sebab, seseorang tidak dinilai dari posisi dan pendapatannya, tetapi dari peran yang dilakukan dan kontribusi yang diberikan serta peran-peran sosialnya.
Akhirnya kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan pikiran, tenaga, harta, air mata dan nyawa pejuang-pejuang bangsa terdahulu, hendaknya dapat kita jaga, rawat, pertahankan, perjuangkan, dan kita isi kemerdekaan ini dengan memaksimalkan seluruh potensi alam, sumber daya manusia, dan nilai-nilai juang bangsa Indonesia. Oleh karena itu diharapkan semangat, dan kebersamaan sebagai bangsa yang besar untuk bangkit melawan belenggu ketertinggalan untuk mencapai kehidupan bangsa yang mandiri, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah swt yaitu terwujudnya Negara dan bangsa yang baldatun tayyibatun warabbun ghafuururrohiiim. Wallahu ‘alam. (*)
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.