Polemik Pasar 16 Ilir Palembang

BREAKING NEWS: Pasar 16 Ilir Palembang Resmi Ditutup Pagar, PKL Masih Nekat Buka Lapak di Jalan

Melihat lapak yang sehari-hari menjadi tempat mencari nafkah, para pedagang kaki lima lantas berinisiatif menggunakan lahan jalan untuk berjualan.

|
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Odi Aria
Sripoku.com/Muhammad Imam Pramana
Lapak PKL pasar 16 Ilir Palembang telah ditutup dan dipagar seng, Selasa (4/7/2023). 

Pasalnya para pedagang kaki lima (PKL) terpaksa harus pindah lokasi jualan mereka.

Bahkan pagar seng sudah nampak mengelilingi gedung pusat pasar 16 ilir Palembang yang membuat PKL tidak bisa lagi membuka lapaknya.

Informasi ini didapat Sripoku.com dari petugas Satpol-PP, pemasangan seng dilakukan pada Selasa (4/7/2023) sekitar pukul 05:00 WIB.

Berikut ini sejarah pasar 16 ilir Palembang yang sudah ada sejak masa kesultanan Palembang Darussalam.

Pasar 16 ilir merupakan salah satu pasar tradisional terbesar yang ada di kota Palembang.

Pasar yang berada di Jalan pasar 16 ilir tepatnya di pinggiran Sungai Musi ini sudah ada sejak tahun 1821.

Menjadi pusat wisata belanja bagi warga Sumatera Selatan, hal ini membuat pasar 16 ilir sebagai salah satu penyokong terbesar dalam perekonomian warga kota Palembang.

Keberadaan Pasar 16 Ilir di Palembang sudah sejak tahun 1821. Belanda yang berhasil menaklukkan Kesultanan Palembang Darussalam kemudian mengangkat potensi perekonomian di kawasan itu.

Geliat perekonomian di Pasar 16 Ilir dan sekitarnya sesungguhnya sudah dimulai sejak Kimas Hindi Pangeran Ario Kesumo Abdulrohim memindahkan pusat kekuasaan dari 1 Ilir yang dibakar habis oleh VOC tahun 1659 ke Kuto Cerancang.

Pada awal tahun 1900-an, pola dangan di pasar 16 Ilir yaitu "Cungkukan" atau pola dangan yang menghamparkan dagangannya di tanah. Kemudian berkembang dengan adanya pembangunan petak permanen khusus untuk para pedagang di pasar ini.

Untuk kawasan Pasar Baru (hingga kini masih bernama Jl Pasar Baru) saat itu sudah berderet bangunan bertingkat dua yang di bagian bawahnya menjadi tempat berjualan.

Los-los mulai dibangun sekitar tahun 1918 dan dipermanenkan sekitar tahun 1939.

Kawasan 16 Ilir sebagai pusat perekonomian tampaknya semakin hidup. Pada tahun 1912-1915, orang-orang di Keresidenan Palembang (masuk seluruh daerah di Sumsel) demikian mudahnya membeli mobil.

Peningkatan kemakmuran makin menjadi setelah tahun 1920. Dalam tahun 1920, mobil pribadi belum sampai 300 buah. Tetapi, pada tahun 1927, jumlahnya meningkat sampai 3.475 buah.

Mobil ini terdiri atas berbagai mereka, antara lain Ford, Albion, Rugby, Chevrolet, dan Whitesteam (Djohan Hanafiah.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved