Mimbar Jumat

Spirit Islam Dalam Merdeka Belajar

Merdeka belajar dalam Islam merupakan spirit untuk memenuhi rasa ingin tahu dan rasa ingin mengenal Allah (Ma’rifatullah) tanpa dibatasi oleh...

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Dr Fitri Oviyanti MAg (Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang). 

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:” Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. (QS. alAn’am ayat 76).

Tidak puas dengan Tuhan berupa bintang, Ibrahim, As melanjutkan dialog kosmologisnya dengan mengobservasi bulan.

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al-An’am: 77).

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Ibrahim, As. Melanjutkan pengamatannya dengan asumsi dasar bahwa Tuhan bukan fenomena alam yang muncul dan pergi dari pandangan mata. Kemudian pada keesokan harinya ketika ia melihat matahari terbit, ia berkata:
“Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, tetapi tatkala ia melihat matahari pun terbenam dan sirna, Ibrahim, AS. Berkata: “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (merdeka) dari apa yang kamu persekutukan.” (QS.al-An’am:78).

Pencarian Tuhan yang dialami oleh nabi Ibrahim, As. Mengandung makna pembebasan diri dari segala bentuk selain Allah SWT. atas dasar observasi terhadap fenomena alam dan penalaran logis dengan logika induktif, membuat nabi Ibrahim, As. menegaskan:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar., dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al’An’am: 79).

Ini merupakan sebuah paradigma, sikap dan keyakinan teologis yang rasional bahwa bertauhid sejatinya merdeka dari segala sesembahan selain Allah SWT. Berangkat dari keyakinan teologis seperti inilah konsep merdeka belajar dalam Islam.

Pembelajar dalam merdeka belajar merupakan manusia yang bertauhid. Dengan keyakinan teologis ini, akan muncul sikap kritis terhadap sumber-sumber kebenaran ilmu, baik yang diperoleh melalui proses pembelajaran maupun melalui pengalaman. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa merdeka belajar sejatinya merupakan fitrah, kecenderungan alami, dan kecintaan terhadap ilmu yang dititipkan oleh Allah SWT. kepada diri manusia.

Merdeka belajar, bukan berarti bebas tanpa batas dalam belajar, mempelajari dan mencari ilmu. Akan tetapi, merdeka belajar dalam Islam merupakan spirit untuk memenuhi rasa ingin tahu dan rasa ingin mengenal Allah (Ma’rifatullah) tanpa dibatasi oleh sekat-sekat fakultas, jurusan ataupun program studi. Spirit merdeka belajar sejalan dengan pesan pertama Allah dalam surat al’Alaq, Iqro’…(bacalah…).Wallahu a’lam bisshowab.***

Update COVID-19 8 Juni 2023.
Update COVID-19 8 Juni 2023. (https://covid19.go.id/)
Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved