Mimbar Jumat

Peringatan 75 Tahun Nakba, 15 Mei, di Markas Besar PBB New York

Sejarah telah mencatat kejanggalannya pihak Israel yang terus mencaplok wilayah Palestina. Tentara Israel bebas berlalu-lalang di wilayah 2% itu.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Dasman Djamaluddin SH.M.Hum. (Mantan Wartawan Sriwijaya Post, Penulis Biografi dan Sejarawan) 

Fotografer UNRWA telah mencatat pengalaman pengungsi Palestina sejak mulai beroperasi pada tahun 1950. Esai foto ini adalah snapshot dari pameran foto arsip UNRWA yang diresmikan pada November 2013 di Yerusalem berjudul, 'Perjalanan Panjang Pengungsi Palestina'. Gambar-gambar diambil dari arsip UNRWA yang megah dan luas yang ditorehkan dalam Daftar Memori Dunia UNESCO pada tahun 2009, mengakui nilai sejarahnya. Karena kekerasan yang meningkat menyusul kegagalan rencana pembagian dan berakhirnya Mandat Inggris di Palestina, lebih dari 700.000 ribu warga Palestina meninggalkan tanah mereka yang akan menjadi Israel pada 15 Mei 1948. Pelarian tersebut kemudian dikenal sebagai Nakba, artinya bencana dalam bahasa Arab.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Peta Palestina 1947
Inilah peta Palestina tahun 1947. Peta ini dikirim Sekretaris Letjen TNI (Purn) Rais Abin, Dian Noviarsih Sudarsono dari National Geographic tahun 1947. Sesudahnya, Agency Yahudi pada 14 Mei 1948 memproklamirkan kemerdekaan bangsa Yahudi di wilayah Palestina dengan menyebut negara Israel, maka mulailah terjadi konflik antara negara Arab dengan Israel.

Bayangkan, sehari kemudian, lima negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon, dan Irak menyerang Israel. Mereka marah. Menurut hitungan di atas kertas, negara Israel kalah, karena diserang oleh lima negara Arab. Tetapi dalam kenyataan, negara Yahudi itu malah menang.

Waktu itu belum banyak pengungsi Yahudi yang pulang ke Israel. Mereka sejak dimusuhi dan dibunuh Adolf Hitler, banyak yang mengungsi ke berbagai negara untuk menyelamatkan diri. Oleh karena itu, penduduk Yahudi di AS yang diperkirakan banyak mentransfer teknologi persenjataan termodern ke negaranya, sehingga negara Arab kalah atau tertinggal dalam teknologi persenjataan.

Oleh karena itu, meski yang diserang Israel, negara Arab menganggap bahwa negara Sekutu pemenang Perang Dunia II, terutama AS selalu mendukung Israel hingga hari ini.

Juga AS bertindak tidak adil kepada bangsa Palestina. Coba lihat peta di atas. Tahun 1947, tidak ada negara Yahudi di wilayah Palestina. Tetapi pada tahun itu, yang perlu dicatat, badan dunia Liga Bangsa-Bangsa (LBB) berganti dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sedikit agak aneh. Apakah pergantian nama dari LBB yang dianggap gagal melaksanakan tugasnya, kemudian diganti dengan PBB, kehidupan bangsa Palestina semakin baik? Tidak. Ini sebuah strategi yang telah diperhitungkan sebelumnya, karena dengan cepat PBB mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan No. 181 tanggal 29 November 1947. Intinya, wilayah Palestina yang luas itu, sebagaimana peta di atas, dipecah menjadi tiga bagian.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Kaum Yahudi mendapat 56 persen dari seluruh wilayah Palestina, meskipun 30 persen dari seluruh penduduk di wilayah itu, pada saat itu. Arab-Palestina yang mendiami tanah Palestina, penduduk Muslim dan Kristen, seharusnya, sebagaimana peta di atas, jika terpaksa berbagi, maka penduduk Palestina harus mendapatkan 56 persen, bukan 42 persen. Waktu itu yang dua persen, semula memang menjadi wilayah Palestina itu, yaitu kota tua Jerusalem, menurut resolusi itu masuk pengawasan internasional.

Dua persen wilayah itu tidak seperti yang dibayangkan. Kita tidak tahu apakah pasukan internasional melaksanakan kewajibannya di Jerusalem. Hampir setiap hari, dunia selalu mendengar dan melihat penandangan mengerikan, di mana pasukan Israel bersenjata lengkap menyerang dengan senjata terhadap para pengunjuk rasa di wilayah perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel.

Oleh karena itu, di mana pasukan internasional? Bolehlah dipertimbangkan dan dikaji ulang, karena di Jerusalem ada pusat agama Islam, Kristen, dan Yahudi.

Sejarah memang telah mencatat kejanggalannya pihak Israel yang terus mencaplok wilayah Palestina. Tentara Israel bebas berlalu-lalang di wilayah dua persen itu. Jika memang masuk wilayah pengawasan internasional, sebaiknya sejak awal pasukan penjaga perdamaian PBB harus hadir di wilayah dua persen itu, bukannya di Masjid Al-Aqsa yang terlihat hanya pasukan Israel.***

Update COVID-19 18 Mei 2023.
Update COVID-19 18 Mei 2023. (https://covid19.go.id/)
Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved