Mimbar Jumat

Mimbar Jumat: Pacaran Sesuai Syariat

“jangalah kalian mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu kotor dan sejelek-jeleknya jalan” (Q.S. Al Isra’, 32)

Editor: Bejoroy
Dokumen Pribadi
Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag (Dosen UIN Raden Fatah Palembang, Dirda LPPK Sakinah Kota Palembang.) 

Asy Syaukani mengatakan bahwa jika perantara kepada sesuatu dilarang, tentu saja tujuannya pun menjadi haram. Ketika perbuatan zina mendapat posisi sebagai dosa besar, maka mendekatinya pun dengan konteks berpacaran menjadi sebuah perbuatan yang dilarang.

Akan ada kemudharatan dalam setiap perkara yang dilarang oleh agama, tidak terkecuali dalam perilaku berpacaran. Di antara beberapa kemudharatan berpacaran selain sebagai jalan masuknya kepada perbuatan zina adalah menyebabkan kerugian dari berbagai sisi.

Pertama dari sisi waktu, pacaran menjadi aktivitas yang menyia-nyiakan waktu, terbuang untuk pekerjaan yang sia-sia. Karena tidak ada satu orang pun yang mampu menjamin langgengnya sebuah hubungan hingga masuk ke gerbang pernikahan meski ia telah dibina bertahun-tahun dengan konsep ideal dan romantis. Bisa saja ada hati yang berpaling, problematika yang menyelimuti perjalanan cinta yang tidak terpecahkan atau kekasih yang dipanggil kembali menghadap Tuhan sebelum hari pernikahan. Untuk apa memanjar cinta yang jelas-jelas belum tentu akan dimiliki. Hanya akan mengotori hati, menjadi boomerang jika pada saatnya menikah dengan orang lain yang bukan pacarnya.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Selanjutnya masih dalam sudut pandang ekonomis, pacaran dapat memperbesar dana belanja, menjadikan hidup boros bahkan membikin kantong bolong. Padahal kebanyakan usia berpacaran adalah remaja yang belum memiliki penghasilan secara tetap dan masih harus memperjuangkan masa depannya dengan konsep pemanfaatan waktu yang lebih serius. Untuk apa membuang uang dan waktu dengan percuma hanya untuk membeli kemaksiatan.

Dalam hubungan sosial, pacaran akan menyebabkan putusnya tali silaturahmi, merenggangkan hubungan dengan banyak orang. Nafsu yang membuat kedua insan selalu ingin bersama. Menyita waktu yang seharusnya ia pergunakan untuk berkumpul dengan keluarga atau teman dan mendekatkan diri kepada Allah.

Kalau orang yang sedang dilanda asmara disuruh memilih antara kesukaan pujaannya dengan kesukaan Allah maka ia akan memilih kesukaan pacarnya. Ia pun lebih merindukan perjumpaan dengan kekasihnya ketimbang pertemuannya dengan Allah. Lebih dari itu, angan-angannya untuk selalu dekat dengan sang kekasih, lebih dari keinginannya untuk dekat dengan Allah. Lalu dimana lagi posisi keluarga dan teman ketika Allah saja ia keluarkan dari dalam hatinya?

Terbanyak di antara perilaku orang berpacaran adalah menjadi bodoh. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pacaran akan membangkitkan nafsu. Orang yang selalu berada dalam nafsu yang tinggi akan menjadi bodoh.

Sebuah tim psikologi dari Kanada yang dipimpin oleh Shayna Skakoon-Sparling melakukan penelitian untuk mempelajari dampak rangsangan seksual kepada pengambilan risiko seksual dan pembuatan keputusan pada pria dan wanita. Hasilnya adalah otak yang berpikiran tentang seks bukanlah otak yang dapat diandalkan untuk nasihat-nasihat penting dalam kehidupan. Pikiran yang sudah rusak karena pacaran akan sulit untuk menerima nasehat baik sehingga akan mematikan hati.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Firman Allah: Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata (Q. S. az-Zumar :22). Selain menganggu stabilitas kerja otak, kelebihan hormon endorfin yang diproduksi oleh peningkatan nafsu akan menyebabkan tubuh mudah terkena berbagai macam penyakit fisik.

Tidak kalah pentingnya untuk dibahas, bahwa kemudharatan pacaran sering membuat seseorang harus melakukan kebohongan agar selalu terlihat menarik di depan pacarnya. Padahal dusta adalah perbuatan yang dilarang oleh agama sebagaimana dalam sebuah riwayat: “Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsoh (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya (H.R. al-Bukhariy).

Ibnul Qayyim berkata, hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.

Sebagai syariat yang sempurna, pastinya Islam mengatur hubungan dengan lawan jenis. Mencinta pastinya ada dan diperintahkan tapi tentu saja dalam ikatan suci pernikahan. Karena kesucian cinta hanya akan terjaga dalam ikatan yang suci pula.

Untuk mengenal karakter calon pasangan bisa dilakukan tanpa melanggar syariat. Ta’aruf bukan pacaran sebelum pernikahan. Pacaran seharusnya dilakukan dalam ikatan pernikahan. Tentu saja keputusan untuk menikah diambil pada waktu dan saat yang tepat. Kala itu berikanlah kasih sayang dan persembahan cinta terbaikmu hanya kepada dia yang diikat dalam jalinan suci pernikahan.***

Update COVID-19 9 Maret 2023.
Update COVID-19 9 Maret 2023. (https://covid19.go.id/)

 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved