Tragedi Kanjuruhan
Ratusan Korban Tewas di Kanjuruhan, Pengamat Kimia Ungkap Efek Terkena Gas Air Mata tak Main-main
Penggunaan gas airmata sendiri memang dapat memberikan efek cukup berbahaya bagi manusia apabila tepapar secara langsung.
Penulis: Mita Rosnita | Editor: Odi Aria
Bahkan disebutkan juga ada beberapa kasus yang kemudian menyebabkan kerusakan pada jaringan mata dan berakhir pada kebutaan," lanjutnya lagi.
Dalam kasus Kanjuruhan lalu, Dedi kemudian mencoba untuk menyelaraskan antara fenomena yang terjadi saat itu hingga kepada imbas yang dirasakan para penonton.
'Kalau kita lihat untuk penembakan yang terjadi di Malang waktu itu, tentu ini sangat disayangkan karena yang tak habis kita pahami mengapa gas air mata itu harus ditembakkan ke arah tribun dengan sirkulasi udara disana yang tidak stabil, mengapa tidak ditembakkan ke arah lapangan saja," ungkap dia.
Penembakan ke arah lapangan disebutkannya akan lebih baik dibandingkan ke arah kursi penonton.
"karena seperti yang saya sebutkan tadi, aerosol ini akan melebur ke udara lalu turun berbeda dengan gas yang akan melayang mengikuti udara," jelasnya.
Dedi kemudian mewajarkan apabila dalam situasi pelik itu banyak penonton yang panik dan berlari mencari pintu keluar, sebab secara spontan tubuh akan memberikan dorongan untuk terbebas dari kondisi tidak nyaman yang dirasakan, terlebih jumlah oksigen yang tidak banyak sebab desakan yang terjadi juga turut terintervensi oleh partikel aerosol tersebut.
"Rasa panas dan perih yang pasti akan menyerang tubuh secara langsung, apalagi bagi mereka yang terkena tembakan dari jarak dekat, saya sendiri saja tidak bisa membayangkannya," tuturnya.
Saat ditanyai kembali mengenai durasi efek dari penembakan gas air mata ke arah tubuh manusia ini, Dedi kembali mengatakan minimal rasa perih, panas dan iritasi yang terjadi itu dapat hilang dalam kangka waktu minimal 30 menit.
"Akan tetapi kita lihat lagi pola paparan dan jumlahnya apalagi kalau dibarengi dengan kelimpungan massa dan kepanikan yang terjadi.
Bahkan berdasarkan literatur yang pernah saya baca, ada yang sampai bertahun-tahun merasakan efek ini dalam bentuk kebutaan dan kerusakan fungsi pernapasan di paru-paru," kata dia lagi.
Dalam hal ini, dia juga kembali mengingatkan bahwa fungsi gas air mata sendiri memang benar diperuntukan bagi dunia militer dalam mengurai massa atau kerumunan dalam suatu peristiwa di ruang terbuka dengan batas penggunaan sesuai jumlah massa dan besar tidak kerumunan.
"Namun yang menjadi permasalahan, kenapa gas air mata ini digunakan di dalam stadion, aparat yang bertugas seharusnya bisa memahami ini termasuk jumlah pemakaiannya serta waktu kadaluarsa gas air mata yang umumnya expired dalam tiga tahun dari pembuatan," bebernya.
Dia juga menambahkan, jika dalam keadaan yang tidak terlalu genting, misal seperti demo dengan kapasitas orang banyak namun tidak anarkis, maka tidak perlu menggunakan gas air mata.
"Kalau jenisnya demo tidak anarkis dan menyampaikan aspirasi mereka, ya itu kan bagian daripada hak ya untuk menyampaikan aspirasi. Kalau tidak ada masalah yang kronis dan genting, tidak ada alasan harus melempar gas air mata.
Penggunaan gas air mata ini adalah ketika terjadi caos dan tidak ada cara penanggulangannya selain menggunakan gas air mata. Tapi kan ada hal lain sebetulnya, ada water canon yang lebih aman," jelasnya.
