Idealisme Omong Kosong
Manusia bisa mengaktifkan dan menghidupkan gagasan-gagasannya dengan bebas tanpa ada seorangpun yang mampu melarangnnya,
Berita pembebasan para koruptor secara serentak setelah menjalani proses hukum penjara dengan pengurangan masa tahanan (remisi), sungguhnya suatu pertunjukan yang sangat menghina rasa keadilan rakyat. Belum lagi, kasus jual beli perkara di pengadilan, tidak tersentuhnya pejabat dari jeratan hukum atas tindakan pidana yang dilakukan, juga telah meruntuhkan kepercayaan masyarakat sampai di titik nadir terendah penyelenggaraan negara di negeri ini.
Nagara ini sungguh telah mengidap patologi birokrasi yang sangat akut, hampir tidak ada instansi yang luput dari praktik pelanggaran hukum tanpa adanya kepedulian serius untuk mengamputasi penyebarannya.
Nampaknya benar apa yang pernah dikatakan seorang idealis sejati Actonian bahwa “power tends to corrupt, but absolute power corrupt absolutely”, yakni kekuasaan cenderung korup, tapi kekuasaan yang absolut pasti korup. Karena itu, sebaiknya jangan berpikir untuk menjadikan negara, lembaga, institusi dan kekuasaan itu menjadi kuat, tetapi rakyat lah yang semestinya diberdayakan untuk menjadi kuat dan absolut.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Kekuatan rakyat yang diberdayakan pasti akan digunakan untuk mengontrol kekuasaan agar tidak korup dan menindas. Dalam teologi kekuasaan, suara rakyat diidentikkan dengan suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei).
Penguatan masyarakat civil sangat berpotensi menekan perilaku koruptif para penyelenggara negara. Program-program pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan agama menurut hemat saya penting dikembangkan. Edukasi tentang nilai-nilai kebaikan, kesucian, dan keluhuran harus diajarkan dengan jelas dan nyata kepada masyarakat.
Dalam perspektif ajaran Islam misalnya, mengkonsumsi makanan halal dan thoyyib adalah kunci memutuskan mata rantai korupsi secara genetic. Makanan yang dikonsumsi anak dan keluarga dari uang haram hasil korupsi pasti akan menjadi DNA koruptif yang masuk ke aliran darah sehingga secara turun temurun melahirkan tabi’at koruptif pula.
Inilah yang menjadi penyebab sulitnya menghapus perilaku korupsi, karena sesunguhnya telah menjadi DNA dan mendarah daging pada tubuh anak-anak koruptor yang tinggal menunggu waktu untuk melakukan perilaku koruptif lanjutan di kemudian hari.
Berdasarkan perspektif ini, menurut hemat saya jangan terlalu latah untuk mendukung dan memilih anak, isteri, dan keluarga para pejabat apalagi pejabat keruptif dalam event Pilkada, Pilcaleg, bahkan Pilpres sekalipun. Kerena cepat atau lambat perilaku koruptif itu pasti akan dilakukan karena memang telah memiliki DNA koruptif.
Sistem jaringan DNA yang terbentuk melalui asupan makanan minuman haram akan membelenggu dan mempengaruhi cara berpikir dan bersikap seseorang. Karena itu, seberapapun tingginya pendidikan dan cerdasnya seorang anak jika diasup dengan makanan dan fasilitas hasil korupsi maka pasti suatu saat akan melakukan perilaku koruptif. Ini mirip seperti jaringan setan yang tiada akhirnya.
Berbagai praktik mal-administrasion dan disfuctions of bureaucracy yang banyak terjadi selama ini, jika ditelusuri secara mendalam pasti melibatkan oknum-oknum yang tidak menjaga makanannya dari sumber halal dan baik (thoyyib). Karena itu, seberapa kuatnya sistem yang dibangun jika individu dalam sistem itu bermasalah pasti sistem itu akan diupayakan untuk direkayasa demi kepentingan tertentu.
Semoga negeri ini semakin banyak melahirkan para idealis sejati agar para idealis omong kosong ini tidak mendapatkan tempat pada sistem birokrasi yang berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila ini. Wallahu a’lam bi al-shawwab. ***
