Wong Kubu dalam Kesenjangan yang Tersembunyi

Di mata wong kubu, hutan adalah segalanya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan dihutan mereka mencari madu, rotan, Jernang, berburu & mengambil...

Editor: Bejoroy

Oleh Mohamad Ali Ghoik
Direktur Yayasan Depati

Wong kubu atau dikenal juga sebagai Suku Anak Dalam di Sumatra Selatan banyak ditemui di wilayah kabupaten Musi Banyuasin yang berada di kecamatan Bayung Lincir dan Batanghari Leko, penyebaran wong kubu sendiri terbagi dalam tiga kelompok besar mulai dari kubu Lalan kubu tungkal dan kubu bayat, suku kubu ini hidup di sepanjang aliran anak-anak sungai keempat (lebih kecil dari sungai tersier), seperti anak Sungai Bayung Lencir, Sungai Lilin, dan Sungai Bahar, penampilan mereka sangat sederhana.

Di mata wong kubu, hutan adalah segalanya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan dihutan mereka mencari madu, rotan, Jernang, berburu dan mengambil hasil hutan lainnya untuk dimakan atau dijual untuk keperluan sehati hari.

Pada saat ini hutan sebagai sumber penghidupan mereka sudah mulai berkurang, sumber penghidupan kini telah di bagi bagi sesuai dengan peruntukannya yang diatur oleh peraturan perundang undangan sehingga membatasi ruang gerak dari suku kubu ini

Historikal Suku Kubu
diperkirakan ditemukannya suku kubu dimasa Kerajaan Palembang sekitar tahun 1700, didalam bukunya peneliti dari Belanda Van Dongen ,ketika berkunjung di komunitas suku kubu di area Sei Lalan, lokasi Sei Bahar Musi Banyuasin Sumsel. Menemukan dokumen berupa Piagam yang terbuat dari lempeng tembaga.

Piagam tembaga ini diberikan kepada Suku Suku yang ada diperbatasan Sumatera Selatan, terutama suku suku yang terletak di daerah Sindang Merdeka, kenapa disebut sidang merdeka?, karena daerah Sindang Merdeka, dianggap sebagai daerah yang Merdeka dan tidak membayar pajak kepada Kerajaan Palembang .

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Tulisan dalam piagam tembaga menggunakan huruf Jawi yang isinya menyatakan bahwa; suku suku di Perbatasan yg ada dalam wilayah Sindang Merdeka untuk menjaga keamanan di perbatasan wilayahnya, dengan adanya Piagam itu wilayah Sindang Merdika di daerah perbatasan, dengan sendirinya wilayah itu masih termasuk dalam area wilayah kerajaan Palembang, dan pada umumnya mengakui adanya undang undang Simbur Cahaya.{van Dongen}

Temuan peneliti Belanda Van Dongen," menyatakan suku suku diperbatasan sebagai penjaga keamanan di perbatasan, dan secara politik suku suku diperbatasan masuk dalam cakupan dan kekuasaan wilayah Kerajaan Palembang. Dalam kontek ini menurut Cerita orang Suku Kubu yang menyebutkan ada hubungan dengan Kerajaan Palembang menjadi masuk akal, tapi tidak dalam kaitan hubungan kekerabatan.

Versi lain Suku Kubu ; Mengatakan leluhur suku kubu bernama Kubu Lebar Telapak dulunya adalah hulu balang Kerajaan Palembang yang melarikan diri kedalam hutan bersama hulu balangnya untuk membentuk Kubu kubu pertahanan di hutan hutan yang ada didaerah Uluan.

Sebab Sultan Palembang saat itu ditangkap Belanda dan dijajah oleh Belanda, para hulu balang tak rela dan tak mau dijajah oleh Belanda, maka para hulubalang melarikan dirilah kehutan hutan yang ada di wilayah Uluan Sumatera Selatan dan membentuk Kubu Pertahanan didalam hutan untuk melawan Belanda dari cerita ini mereka dipangil dengan sebutan wong Kubu.

Ciri dan Pola Hidup Suku Kubu
Pertama, Pada umumnya pola hidup suku kubu ini berkelompok, ketua kelompok biasanya dipangil Temengung, suku kubu tak mau terikat dengan peraturan yang ada dimasyarakat karena mereka punya aturan dan hukum sendiri, dengan pola hidup yang khas dan bahkan selaras dengan alam dan suku kubu mampu beradaptasi ratusan tahun di hutan di Sumatera Selatan.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Suku Kubu umumnya tinggal disekitar sungai atau anak sungai, ciri cirinya dulunya berpakaian dari kulit kayu Karas {lantung} dengan membawah senjata, panah, mandau dan Tombak { Kujur }, sekarang sering terlihat berpakaian kumal lusuh, kadang bersenjata Kecepek senjata api rakitan untuk berburu babi dan mengambil madu Sialang dan jerbang.

Cara berjalanya cepat dengan badan condong kedepan , dimana kakinya ketika jalan berjingkat, kedua telapak kakinya menghadap kedalam dan kakinya dengan ciri berbentuk O, ciri lainya berkulit gelap berambut keriting.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved