Wawancara Eksklusif

Mas Menteri Nadiem Makarim Sulit Tidur Saat Pandemi, Berat Lihat Belajar dan Mengajar Terhenti

Nadiem kesulitan melepas lelah di malam hari saat pandemi melanda karena beratnya sebagai menteri pendidikan

Editor: Soegeng Haryadi
Kompas.com
Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim 

Buat saya, (pendidikan) adalah sektor yang lebih penting. Harusnya sekolah yang buka duluan sih.
Ujungnya, yang membuat keputusan anak itu sekolah atau tidak, kan orang tua. Aturan kita sudah jelas, anaknya tidak bisa dipaksa, orang tuanya tidak bisa dipaksa. Mereka yang menentukan. Mau PJJ atau PTM terbatas.

Di pemerintahan Presiden Jokowi kali ini sudah ada dua menteri yang berurusan dengan hukum yaitu KPK. Bagaimana menjaga kementerian Mas Menteri tetap aman. Tidak ada anak buah, pejabat termasuk Mas Menteri berurusan dengan KPK?
Cara terbaik menurut saya untuk menghindari interaksi negatif dengan aparat penegak hukum adalah dengan melibatkan mereka dari awal hingga akhir. Irjen kami, dulu itu bekas KPK. Pengalaman dan kompetensi beliau itu luar biasa.

Saat ada project apapun yang berhubungan dengan penganggaran kita selalu diskusi sama BPKP, BPK, dan KPK. Kita gandeng dari awal untuk menjelaskan semua dan 100 persen transparan. Itu mungkin langkah pertama yang kita lakukan.

Kedua, integritas itu harga mati di tim saya. Integritas itu cara saya memilih orang, dari dirjen, eselon II, staf ahli, staf khusus. Level idealisme itu harus sangat tinggi.

Bahkan mungkin sampai saking tingginya integritas di pimpinan kementerian saya sampai banyak persepsi orang kayaknya kaku sekali, semuanya by the book. Tapi ya memang harus begitu kalau kita ingin menghindari pola seperti itu, ya dari atas sudah harus jelas.

Walaupun saya masih muda banget, belum punya kredibilitas sama semua bawahan saya. Pesan saya yang pertama adalah jangan main-main disini. Itu hal yang saya sangat serius dan zero tolerance terhadap ini.

Biasanya pesan pertama kan hangat-hangat, kalau menteri baru masuk. Tapi saya nggak, langsung nomor satu integritas dulu. Baru setelah itu silaturahmi, ngobrol-ngobrol dan mengetahui latar belakang.

Di masa pandemi ini, cara mas menteri menjaga kebugaran seperti apa?
Pertama kesehatan fisik dan mental itu nggak bisa dibedakan menurut saya. Itu nyambung. Kita selalu menyebutnya dua hal berbeda, padahal tidak. Jadi kesehatan batin, emosional dan fisik itu tidak bisa dipisahkan, saya melihatnya seperti itu.

Ada beberapa hal yang saya lakukan untuk menjaga kesehatan. Pertama saya Senin sampai Jumat puasa makan. Jadi saya baru makan itu pukul 17.00 WIB. Sebelumnya cuma minum kopi hitam dan air putih dari sejak bangun tidur, baru pukul 17.00 saya akan makan.

Kalau weekend saya bebas. Itu hal yang saya lakukan bukan hanya untuk jaga berat badan saja tapi untuk memastikan bahwa metabolisme dan jumlah kalori saya, jadi saya lebih bebas makan, lebih enak. Saat saya sudah boleh makan, saya bebas makan apa saja.

Saya olahraga cukup intensif. Karena nggak sempat olahraga di pagi dan siang hari terhalang kesibukan kerja, maka saya selalu olahraga malam hari. Selalu pukul 20.00 lewat, keseringan saya olahraga tenis. Dulu saya olahraga yang berbeda, tapi karena itu olahraga yang saat ini paling aman saat Covid-19 maka saya malam-malam main tenis agar kebugaran fisik dan mental lebih baik.

Agar kesehatan mental lebih baik, saya tidak pernah mengorbankan waktu dengan anak. Nidurin hingga bermain dengan anak. Itu harus, setiap hari harus temukan waktu untuk itu, hukumnya wajib di rumah tangga saya.

Jadi pada saat bermain dengan anak saya itu saya nggak bisa stres mengenai hal lain. Saya benar-benar hanya disitu dengan anak saya, itu membuat kesehatan mental saya luar biasa.

Yang menyelamatkan saya itu anak-anak saya, karena bermain dengan mereka saya diberikan ketenangan hati yang sangat penting. Itu tips kebugaran yang bisa saya share. (tribunnetwork/Vincentius Jyestha)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved