Breaking News

Wawancara Eksklusif

Mas Menteri Nadiem Makarim Sulit Tidur Saat Pandemi, Berat Lihat Belajar dan Mengajar Terhenti

Nadiem kesulitan melepas lelah di malam hari saat pandemi melanda karena beratnya sebagai menteri pendidikan

Editor: Soegeng Haryadi
Kompas.com
Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim 

MENDIKBUD-Ristek Nadiem Makarim mengaku sebagai salah seorang yang terdampak pandemi Covid-19. Nadiem kesulitan melepas lelah di malam hari saat pandemi melanda karena beratnya sebagai menteri pendidikan yang harus melihat terhentinya kegiatan belajar mengajar.

"Perasaan pertama saya (saat pandemi Covid-19 melanda) ya khawatir dan takut akan apa dampak permanen yang bisa terjadi dari generasi ini. Itu yang menjadi hal yang bikin susah tidur malam hari," ujar Nadiem, saat wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat, Kamis (9/9). Berikut petikan wawancaranya.

**********

Dunia pendidikan Indonesia mulai terdampak ketika Maret 2020 dinyatakan pandemi Covid-19. Apa yang dirasakan Mas Menteri saat itu?
Macam-macam (perasaaan) yang keluar. Saya khawatir dan takut, apa dampak permanen yang bisa terjadi dari generasi ini. Itu yang menjadi hal yang bikin susah tidur malam hari.

Waktu pandemi ini keluar, kita sudah sadar. Kita melakukan berbagai macam kolaborasi dan riset. Misalnya dari Bank Dunia dan riset grup Inovasi yang mengkonfirmasi bahwa potensi kehilangan pembelajaran ini bisa antara 8 bulan sampai 1 tahun, dan ini merupakan suatu hal loss of learning.

Di luar itu masih banyak dampak lainnya dan kita ada satu lagi epidemi. Epidemi putus sekolah yang terjadi karena banyak sekali adik-adik di sekolah-sekolah. Misalnya di swasta siswa yang orang tuanya terpukul secara ekonomi dan dan tak mampu untuk bayar sekolahnya atau tidak merasa uang iuran yang mereka bayar itu bernilai walau hanya melalui PJJ.

Banyak adik adik kita yang nggak punya akses Internet yang sangat sulit melakukan PJJ, banyak yang putus sekolah karena secara disproporsionasi adalah perempuan ya. Banyak sekali putri-putri yang keluar dari sekolah dan ini memiliki dampak permanen.

Baca juga: Nadiem Makarim 2 Tahun jadi Mendikbud-Ristek, Belajar Menahan Frustrasi: Serasa 20 Tahun

Sisi psikologis, seperti depresi anak, kekerasan domestik di dalam rumah tangga karena stres, belum lagi dampak ekonominya.

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dilakukan juga oleh pemerintah Korea Selatan tahun lalu, tetapi sekolah dianggap sebagai klaster baru dan kebijakan itu dibatalkan. Belajar dari Korea Selatan, apakah ada penyiapan mitigasi bagi mereka-mereka yang sudah terlanjur melakukan PTM?

Kita harus selalu siap untuk skenario yang terburuk, menutup sekolah. Tapi kita tidak bisa hanya memikirkan skenario terburuk, memikirkan bagaimana caranya kita bisa hidup dengan pandemi.

Makanya, pak Presiden juga selalu menyebut, adanya penurunan angka ini, kita harus pindah format kepada endemi dimana kita akan hidup dengan virus ini.

Menurut Mas Menteri, apakah para guru dan tenaga pendidik ini perlu dibooster (vaksin ketiga) seperti juga tenaga kesehatan?
Keputusan itu saya serahkan kepada pakarnya yaitu Kementerian Kesehatan, itu bukan keputusan yang saya bisa komentari. Yang pasti kami berjuang untuk guru dan tenaga pendidik agar divaksinasi dan diprioritaskan untuk vaksinasi. Dan itu sudah berhasil berkat bantuan dari Kemenkes dan Satgas Covid.

Indonesia dan India adalah contoh negara dimana Delta varian yang saat ini (banyak menginfeksi) dari semua varian. Walaupun ada varian baru yang belum diidentifikasi bahwa varian tersebut sebagai varian yang penularannya lebih tinggi dari Delta.

Kita harus melihat riset dan selalu waspada. Indonesia sudah melalui itu, terutama di kota-kota besar. Jadinya Insyaallah kalau kita melihat India kota-kota besarnya sudah kembali normal, lumayan normal. Tentunya masih memakai masker. Jadi, varian Delta yang sudah menyebar dan juga sudah (dilakukan) vaksinasi.

Kalau ada yang terkena infeksi, sesuai dengan SKB 4 menteri sekolah itu ditutup selama 7 hari. Sampai aman lagi baru boleh buka lagi. Jadi harapan kami di Kemendikbudristek, sekolah itu secara umum dibuka, kalau ketemu kasus baru ditutup sekolahnya lagi. Tidak dipukul rata. Semua mal dan sektor ekonomi telah dibuka tapi sekolah tidak dimasukkan dalam status yang sama pentingnya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved